Rumah Gadang, Rumah Tradisional Minangkabau
Rumah Gadang atau lokasi tinggal Godang ialah nama untuk lokasi tinggal adat tradisional Minangkabau yang tidak sedikit dijumpai di provinsi Sumatera Barat. Rumah ini pun disebut dengan nama beda oleh masyarakat setempat dengan nama lokasi tinggal Bagonjong atau Rumah Baanjuang.
Rumah Gadang sebagai lokasi tinggal bareng mempunyai ketentuan-ketentuan tersendiri. Contohnya saja laksana jumlah kamar yang bergantung pada jumlah wanita yang bermukim di dalamnya. Rumah Gadang seringkali dibangun di atas sebidang tanah milik family induk dari suku atau kumpulan tertentu secara turun menurun dan hanya dipunyai dan diwarisi dari dan untuk perempuan kumpulan tersebut.
Istana Pagaruyuang (Sumber: lihat.co.id)
Rumah Gadang, di samping sebagai lokasi tinggal, pun dapat bermanfaat sebagai lokasi musyawarah keluarga, tempat menyelenggarakan upacara-upacara, pewarisan nilai-nilai adat, dan adalahrepresentasi dari kebiasaan matrilineal. Rumah Gadang sangat diagungkan dan bahkan di anggap sebagai lokasi suci oleh masyarakat Minangkabau. Status lokasi tinggal Gadang yang begitu tinggi ini pun melahirkan sekian banyak macam tata krama. Setiap orang yang hendak naik ke lokasi tinggal Gadang mesti terlebih dahulu membasuh kakinya.
Bentuk lokasi tinggal Gadang sendiri bisa diibaratkan seperti format kapal. Kecil di bawah dan besar di atas. Bentuk atapnya memiliki lengkung ke atas, tidak cukup lebih separuh lingkaran, dan berasal dari daun Rumbio (nipah). Bentuknya serupa tanduk kerbau dengan jumlah lengkung empat atau enam, dengan satu lengkungan ke arah depan rumah.
Istana Pagaruyuang (Sumber: panduanwisata.id)
Setiap unsur dari lokasi tinggal Gadang mempunyai makna simbolis tersendiri. Unsur-unsur dari lokasi tinggal Gadang meliputi:
Gonjong, struktur atap yang laksana tanduk
Singkok, dinding segitiga yang terletak di bawah ujung gonjong
Pereng, rak di bawah singkok
Anjuang, lantai yang mengambang
Dindiang ari, dinding pada unsur samping
Dindiang tapi, dinding pada unsur depan dan belakang
Papan banyak, fasad depan
Papan sakapiang, rak di pinggiran rumah
Salangko, dinding di ruang bawah rumah
Istana Pagaruyuang (Sumber: linkedin.com)
Ketika kita merundingkan tentang arsitektur lokasi tinggal Gadang, tentu yang bakal kesatu kali terbayang ialah bentuk atapnya yang runcing. Atap ini dinamakan sebagai atap gonjong. Ciri khas format atap gonjong ini tidak jarang kali ada di setiap lokasi tinggal khas Minangkabau, bahkan pada rumah canggih mereka. Dahulunya atap lokasi tinggal Gadang diciptakan dari bahan ijuk yang bisa tahan sampai puluhan tahun. Namun, belakangan atap rumah tidak sedikit berganti dengan atap seng.
Rumah Gadang (Sumber: limakecil.wordpress.com)
Bentuk gonjong yang runcing diibaratkan laksana harapan untuk menjangkau Tuhan dan dindiang, yang secara tradisional tercipta dari potongan anyaman bambu, menggambarkan kekuatan dan utilitas dari masyarakat Minangkabau yang terbentuk saat tiap pribadi menjadi unsur masyarakat yang lebih banyak dan tidak berdiri sendiri.
Ada pula yang menuliskan bahwa atap gonjong adalahsimbol dari tanduk kerbau, simbol dari pucuk rebung, simbol kapal, dan simbol dari bukit. Kerbau sebab kerbau dinilai sebagai fauna yang paling erat kaitannya dengan nama Minangkabau. Pucuk rebung sebab rebung adalahbahan makanan adat. Kapal sebab orang Minangkabau dirasakan berasal dari regu Iskandar Zulkarnaen yang berlayar. Bukit karena wilayah Minangkabau yang berbukit.
Pilar lokasi tinggal Gadang dan Lanjar (Sumber: nitastrudwickphotography.com)
Pilar lokasi tinggal Gadang yang ideal dibentuk dalam lima baris yang berderet sepanjang rumah. Baris ini membagi unsur interior menjadi empat ruang panjang yang dinamakan Lanjar. Lanjar di belakang rumah dipecah menjadi kamar istirahat (Ruang). Berdasarkan keterangan dari adat, sebuah lokasi tinggal Gadang mesti mempunyai minimal lima Ruang, dan jumlah ideal ialah sembilan. Lanjar lain dipakai sebagai lokasi umum yang dinamakan labuah gajah (jalan gajah) yang dipakai untuk pekerjaan sehari-hari dan acara seremonial.
Rangkiang (Sumber: kabaranah.com)
Rumah Gadang pun memiliki sejumlah lumbung padi (Rangkiang), dengan setiap mempunyai nama dan faedah yang berbeda. Rangkiang Sitinjau Lauik mengandung beras guna upacara adat. Rangkiang Sitangka Lapa mengandung beras untuk donasi ke desa kurang mampu dan desa yang kelaparan. Rangkiang Sibayau-bayau mengandung beras untuk keperluan sehari-hari keluarga. Di halaman depan lokasi tinggal Gadang ada pula ruang Anjuang, lokasi pengantin bersanding atau lokasi penobatan kepala adat. Maka, lokasi tinggal Gadang juga disebut sebagai lokasi tinggal Baanjuang.
Bentuk interior lokasi tinggal Gadang (Sumber: www.dwiaryanti.com)
Rumah Gadang ini diciptakan berbentuk empat persegi panjang dan dipecah atas dua bagian, muka dan belakang. Pada unsur depan dinding lokasi tinggal Gadang diciptakan dari bahan papan, sementara bagian belakang dari bahan bambu. Papan dinding dipasang vertikal dan seluruh papan yang menjadi dinding atau menjadi bingkai diberi ukiran sampai-sampai seluruh dinding menjadi sarat ukiran. Penempatan motif ukiran tergantung pada rangkaian dan letak papan pada dinding lokasi tinggal Gadang.
Motif ukiran lokasi tinggal Gadang (Sumber: www.saribundo.biz)
Sesuai dengan doktrin falsafah Minangkabau yang bersumber dari alam, “alam takambang jadi guru”, ukiran-ukiran pada lokasi tinggal Gadang pun adalahsimbolisasi dari alam. Pada dasarnya ukiran pada Rumah Gadang adalahragam hias dalam format garis melingkar atau persegi. Biasanya bermotif tanaman merambat, akar yang berdaun, berbunga dan berbuah.
Pola akar seringkali berbentuk lingkaran, akar berjajaran, berhimpitan, berjalinan dan pun sambung menyambung. Cabang atau ranting akar berkeluk ke luar, ke dalam, ke atas dan ke bawah. Motif beda yang dijumpai ialah motif geometri segi tiga, empat dan genjang. Motif daun, bunga atau buah dapat pun diukir tersendiri atau secara berjajaran.
Istana Pagaruyuang (Sumber: rumah.mylandsshore.com)
Nenek moyang orang Minang ternyata berpikiran jauh maju mendahului zamannya dalam membina rumah. Konstruksi lokasi tinggal gadang ternyata sudah dirancang untuk menyangga gempuran gempa bumi. Rumah gadang di Sumatera Barat memperlihatkan ketangguhan rekayasa konstruksi yang mempunyai daya elastis dan soliditas ketika terjadi guncangan gempa sampai berkekuatan di atas 8 skala Richter. Bentuk lokasi tinggal Gadang menciptakan rumah Gadang tetap stabil menerima guncangan dari bumi. Getaran yang datang dari tanah terhadap bangunan terdistribusi ke seluruh bangunan.
Bagian dalam lokasi tinggal Gadang (Sumber: minangjelita.com)
Rumah gadang tidak memakai paku sebagai pengikat, namun berupa pasak sebagai sambungan. Hal ini menciptakan bangunan mempunyai sifat paling lentur. Di samping itu, kaki atau tiang bangunan unsur bawah tidak pernah menyentuh bumi atau tanah. Tapak tiang dialasi dengan batu sandi. Batu ini bermanfaat sebagai peredam getaran gelombang dari tanah sampai-sampai tidak memprovokasi bangunan di atasnya.
Jika terdapat getaran gempa bumi, lokasi tinggal Gadang melulu akan berayun atau bergoyang mengekor gelombang yang dimunculkan getaran tersebut. Darmansyah, seorang berpengalaman konstruksi di Sumatera Barat menuliskan, dari segi ilmu konstruksi bangunan lokasi tinggal gadang jauh lebih maju minimal 300 tahun dibanding konstruksi yang terdapat di dunia pada zamannya.
Citra Telematika - Kursus Komputer di Majalengka
|
Jl. Raya Timur No. 65, Ciborelang, Jatiwangi
Kab. Majalengka
(0233) 8281236 | 085216667297
Tidak ada komentar:
Posting Komentar