Selasa, 15 Januari 2019

KURSUS KOMPUTER MAJALENGKA-JUVENILE DELINQUENCY (Kenakalan Remaja)

KURSUS KOMPUTER MAJALENGKA
Juvenile Delinquency (Kenakalan Remaja)
Masalah kaum muda dalam masyarakat modern dua-duanya menjadi perhatian besar dan menjadi subjek urgen untuk studi akademis. Artikel ini berfokus pada satu bidang yang menjadi perhatian khusus yakni kenakalan remaja alias juvenile delinquency, atau perilaku kriminal yang dilaksanakan oleh anak di bawah umur. Studi mengenai kenakalan remaja ialah penting baik sebab kerusakan yang diderita oleh korbannya maupun persoalan yang dihadapi oleh pelakunya.
Lebih dari 2 juta anak muda sekarang diciduk setiap tahun untuk durjana yang serius, mulai berkeliaran hingga membunuh. Meskipun mayoritas pelanggaran hukum remaja kecil, sejumlah pemuda ini sangat riskan berani melaukan kekerasan. Lebih dari 700.000 pemuda dari 20.000 geng di Amerika Serikat, kekerasan geng jalanan dan kumpulan dapat memunculkan ketakutan ke semua kota. Pemuda tercebur dalam sejumlah tindak pidana yang serius kini dinyatakan sebagai masalah sosial yang patut mendapat perhatian. Pihak berwenangpun mesti berurusan dengan pelaku ini, dan menanggapi sekian banyak  masalah sosial lainnya, tergolong kekerasan dan pengabaian anak, durjana dan vandalisme di sekolah, krisis keluarga, dan penyalahgunaan narkoba.
Mengingat keragaman masalah ini, ada keperluan mendesak untuk mengerjakan strategi memerangi gejala sosial yang kompleks laksana kenakalan remaja. Tapi guna merumuskan strategi yang efektif menuntut pemahaman yang lebih terhadap penyebab juvenile delinquency dan pencegahannya.
Masalah-Masalah Remaja
Remaja ialah masa saat identitas dikembangkan lebih banyak (Erikson, 1963). Suatu kumpulan anak berumur 11 tahun ialah betul-betul homogen. Bagaimanapun juga, 6 tahun lantas ada sejumlah yang menjadi anak nakal, yang beda menjadi murid teladan, sejumlah menjadi berpengalaman matematika, terdapat yang pemain drama, dan yang beda lagi berpengalaman mesin. Pengalaman di lokasi tinggal dan di sekolah sebelum remaja, berperan urgen dalam menilai remaja sebagai individu. Demikian pun pengalaman di SMP dan SMA berperan urgen dalam menolong siswa-siswa melalui waktu sulit untuk mayoritas mereka.
Hampir mayoritas anak remaja merasakan suatu konflik emosi (Blos, 1989). Untuk mayoritas remaja, kekacauan emosi bisa ditangani dengan sukses, namun untuk sejumlah remaja lari pada obat bius atau bunuh diri.
Kenakalan Remaja
Satu dari masalah yang sangat serius dari remaja ialah remaja badung atau delinquent, dan banyak sekali laki-laki. Remaja nakal seringkali berprestasi rendah. Biasanya mereka didukung oleh kelompoknya. Sebab-sebab terjadinya anak badung atau juvenile delinquency pada umumnya ialah sebab yang kompleks, yang berarti suatu karena dapat memunculkan sebab yang lain. Para peneliti melihat tidak sedikit kemungkinan penyebab kenakalan remaja. Sedangkan para berpengalaman sosiologi berasumsi bahwa kenakalan remaja ialah suatu penyesuaian diri, yakni respons yang dipelajari terhadap kondisi lingkungan yang tidak sesuai atau lingkungan yang memusuhinya. Hasil riset Robbin (1986) berpendapat, kenakalan remaja dampak adanya masalah neurobiological, sehingga memunculkan genetik yang tidak normal. Ahli lain berasumsi kenakalan remaja adalahproduk dari konstitusi defektif mental dan emosi-emosi mental. Mental dan emosi anak remaja belum matang, masih labil, dan rusak dampak proses condition tidak jarang lingkungan yang buruk.
Gangguan Emosi
Gangguan emosi yang serius tidak jarang timbul pada anak-anak remaja. Mereka merasakan depresi, kegelisahan yang berlebihan mengenai kesehatan sampai benak bunuh din i atau mengupayakan bunuh diri (Mosterson, 1987). Banyak anak remaja yang tercebur dalam kenakalan remaja, bertingkah laku aneh, minum minuman keras, kejangkitan obat bius, alkohol, sampai-sampai memerlukan pertolongan yang serius. Pendidik-pendidik di sekolah menengah dan sekolah menengah atas mesti sensitif terhadap kenyataan bahwa anak-anak remaja yang sedang mengalami waktu sulit dan gangguan emosional adalahhal yang umum. Oleh sebab itu, guru hendaknya mengupayakan mengetahui bahwa anak-anak remaja dapat mengalami depresi, putus harapan, tingkah laku yang tidak bisa dipertanggungjawabkan, dan seluruh ini memerlukan bantuan. Di sini peranan konselor dan psikolog amat penting.
Penyalahgunaan Obat Bius dan Alkohol
Penyalahgunaan obat bius dan alkohol meningkat secara mengharukan akhir-akhir tahun ini. Beberapa dari siswa-siswa SMA, khususnya di kota-kota besar, memakai mariyuana dan minum-minuman keras (bahkan telah merambat ke desa-desa). Obat bius yang pun disebut sebagai drugs. Drugs terdiri dari hard drugs dan soft drugs. Obat keras (hard drugs) dapat mempengaruhi saraf dan jiwa si penderita secara cepat.
Waktu ketagihannya dilangsungkan relatif pendek. Jika si penderita tidak segera mendapat jatah obat tersebut, dia dapat meninggal. Sedangkan soft drugs dapat mempengaruhi saraf dan jiwa penderita, namun tidak terlampau keras. Waktu ketagihannya agak panjang dan tidak mematikan. Gejala murid yang memakai narkoba antara lain: badan tidak terurus dan semakin lemah, tidak suka makan, matanya sayu dan merah, pembohong, malas, daya tangkap otaknya melemah, gampang tersinggung dan gampang marah.
Banyak remaja yang menggunakan narkoba sebab mula-mula iseng, rasa hendak tahu, atau sekadar ikut-ikutan teman. Ada pun remaja yang memakai narkoba sebab didorong oleh nafsu mendapatkan kedudukan sosial yang tinggi, hendak pengakuan atas egonya, serta untuk mengawal gengsi. Beberapa kumpulan anak remaja lain memakai narkoba karena hendak lari dan kendala hidup dan konflik-konflik batin. Anak remaja merasa menjadi “orang super” bila dapat merokok dan diberi ganja dan diselingi minuman keras atau minum Wie Seng, semacam arak keras yang berkadar alkohol yang paling tinggi. Segala kendala hidup, kendala di sekolah, di rumah dapat hilang lenyap diganti dengan rasa nikmat (teler) walaupun sesaat.
Usaha sekolah atau guru untuk membantu remaja yang tercebur dalam narkoba ini ialah mula-mula menggali sumber penyebab remaja memakai narkoba, sampai-sampai guru dapat mengatasi dan sumber tersebut. Usaha lain ialah melakukan perbuatan preventif yang lebih praktis dan segera bisa dilakukan. Langkah-langkah yang dapat dipungut misalnya melewati lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Kehamilan
Kehamilan dan mencetuskan anak meningkat di antara sejumlah kelompok gadis remaja, khususnya pada masyarakat yang tidak cukup mampu. Jika laki-laki remaja tidak jarang bertingkah laku sebagai anak badung untuk mencoba memperlihatkan kemandirian mereka dan kontrol orang dewasa, demikian juga untuk gadis remaja. Mereka membuktikannya dalam format seks dan di tidak sedikit kasus dengan memiliki anak, sampai-sampai memaksa dunia menyaksikan mereka sebagai orang dewasa. Sejak mencetuskan anak, gadis remaja menjadi susah untuk melanjutkan sekolah atau menggali pekerjaan. Oleh sebab itu, peranan sekolah dalam menolong gadis yang merasakan “kecelakaan” paling dibutuhkan. Sebaiknya, sekolah tidak menerbitkan remaja yang hamil di luar nikah. Biarlah mereka tetap diizinkan meneruskan sekolah mereka hingga lulus sehingga mempermudah dia menggali pekerjaan.
Kenakalan remaja ditinjau dari hubungan sosiologis
Kenakalan remaja terjadi di antaranya sebab kekosongan jiwa semua remaja yang masih membutuhkan tuntunan dan kasih sayang orang tua. Kurangnya tuntunan dari kasih sayang orang tua dapat mengakibatkan terjadinya kekosongan jiwa. Kekosongan jiwa dapat dirasakan siapa saja. Pada family mampu, tidak sedikit disebabkan kegiatan orang tua, sementara pada keluarga tidak cukup mampu seringkali lebih diakibatkan masalah ekonomi sampai-sampai keinginannya tidak kesampaian. Penyebab beda kenakalan remaja diakibatkan demonstration effect, yakni pola hidup yang menunjukkan penampilan yang tidak cocok dengan suasana yang sebetulnya demi prestise dan gengsi.
Secara sosiologis, terjadinya kenakalan remaja tidak sedikit disebabkan oleh faktor-faktor berikut:
a. Persoalan nilai dan kebenaran yang tidak cukup ditanamkan.
b. Timbulnya organisasi-organisasi non formal yang berperilaku menyimpang.
c. Timbulnya usaha-usaha guna mengubah suasana sesuai dengan trend.
d. Penghayatan dan pelaksanaan agama yang kurang.
Dengan mengetahui sekian banyak  faktor yang memunculkan juvenile delinquency tersebut, pihak-pihak yang bersangkutan laksana orang tua, guru, teman, sahabat, para berpengalaman sampai pemerintah tentu dapat bekerja sama mengatasi kenakalan remaja ketika ini.

Kursus Komputer bersertifikat. Lembaga kursus Citra Telematika menyelenggarakan :

1. Aplikasi Perkantoran
2. Desain Grafis
3. Jaringan Komputer
4. Robotika
5. Pemasaran Digital
Kursus Komputer di Majalengka
Citra Telematika - Kursus Komputer di Majalengka


Jl. Raya Timur No. 65, Ciborelang, Jatiwangi
Kab. Majalengka


(0233) 8281236 | 085216667297

Tidak ada komentar:

Posting Komentar