Jumat, 18 Januari 2019

KURSUS KOMPUTER MAJALENGKA-HUKUM 2 ALLAH

KURSUS KOMPUTER MAJALENGKA
Hukum-Hukum Allah Adalah demi Manfaat Kita
1. Apa sikap yang umum terhadap ketaatan kepada hukum-hukum ilahi?
MENAATI hukum-hukum ilahi tidaklah populer dewasa ini. Bagi banyak orang, tunduk kepada kalangan berwenang yang lebih tinggi dan tidak kelihatan tampaknya sia-sia belaka. Kita hidup dalam era relativisme moral, manakala batasan antara yang benar dan yang salah telah kabur, dan ada banyak sekali daerah-daerah kelabu. (Amsal 17:15;Yesaya 5:20) Cara berpikir yang umum dalam banyak masyarakat sekuler tercermin dalam sebuah jajak pendapat baru-baru ini yang mengomentari bahwa ”kebanyakan orang Amerika ingin memutuskan sendiri apa yang benar, baik, dan bermakna”. Mereka memilih ”Allah yang tidak tegas. Peraturan yang tidak ketat. Atasan yang tidak tegas, dalam soal moral atau soal-soal lain”. Seorang analis sosial mengamati bahwa dewasa ini, ”setiap orang diharapkan untuk menentukan bagi diri sendiri apa artinya menjalani kehidupan yang baik dan bajik”. Ia melanjutkan, ”Semua bentuk kalangan berwenang yang lebih tinggi harus menyesuaikan peraturannya dengan kebutuhan masyarakat awam.”
2. Bagaimana pemunculan pertama kata hukum dalam Alkitab berkaitan erat dengan berkat dan perkenan ilahi?
Karena begitu banyak orang menyangsikan nilai hukum-hukum Yehuwa, kita perlu memperkuat keyakinan kita bahwa standar-standar Allah adalah demi manfaat kita. Sungguh menarik untuk memperhatikan pemunculan pertama kata hukum dalam Alkitab. Di Kejadian 26:5, kita membaca firman Allah, ”Abraham . . . terus menjalankan kewajibannya kepadaku, perintahku, ketetapanku, dan hukumku.” Kata-kata tersebut diucapkan berabad-abad sebelum Yehuwa memberikan kaidah hukum yang terperinci kepada keturunan Abraham. Bagaimana Allah mengupahi ketaatan Abraham, termasuk ketaatan kepada hukum-hukum-Nya? Allah Yehuwa berjanji kepadanya, ”Melalui benihmu, semua bangsa di bumi pasti akan memperoleh berkat.” (Kejadian 22:18) Dengan demikian, ketaatan kepada hukum-hukum ilahi berkaitan erat dengan berkat dan perkenan ilahi.
3. (a) Perasaan apa terhadap hukum Yehuwa yang dinyatakan oleh salah seorang pemazmur? (b) Pertanyaan-pertanyaan apa yang patut kita perhatikan?
Salah seorang pemazmur—kemungkinan seorang pangeran Yehuda dan calon raja—menyatakan perasaan yang tidak lazim dikaitkan dengan hukum. Ia berseru kepada Allah, ”Betapa kucintai hukummu!” (Mazmur 119:97) Hal ini bukan luapan emosi belaka, melainkan pernyataan kasih terhadap kehendak Allah yang dipaparkan dalam hukum-Nya. Yesus Kristus, Putra Allah yang sempurna, memiliki perasaan yang sama. Secara nubuat, Yesus dilukiskan mengatakan sebagai berikut, ”Melakukan kehendakmu, oh, Allahku, aku suka, dan hukummu ada di bagian dalamku.” (Mazmur 40:8; Ibrani 10:9) Bagaimana dengan kita? Apakah kita senang melakukan kehendak Allah? Apakah kita yakin bahwa hukum-hukum Yehuwa memang berguna dan bermanfaat? Di tempat mana kita menaruh ketaatan kepada hukum Allah dalam ibadat kita, dalam kehidupan kita sehari-hari, dalam membuat keputusan, dan dalam hubungan kita dengan orang lain? Untuk mengasihi hukum ilahi, kita hendaknya memahami mengapa Allah berhak merumuskan dan menegakkan hukum.
Yehuwa—Pemberi Hukum yang Sah
4. Mengapa Yehuwa adalah Pemberi Hukum yang tertinggi dan yang sah?
Sebagai Pencipta, Yehuwa adalah Pemberi Hukum yang tertinggi dan yang sah di alam semesta. (Penyingkapan 4:11) Nabi Yesaya menyatakan, ”Yehuwa adalah Pemberi ketetapan bagi kita.” (Yesaya 33:22) Ia telah menetapkan hukum-hukum fisik yang mengatur ciptaan yang bernyawa dan yang tidak bernyawa. (Ayub 38:4-38; 39:1-12;Mazmur 104:5-19) Sebagai ciptaan Allah, manusia tunduk kepada hukum-hukum fisik Yehuwa. Dan, meskipun manusia adalah makhluk yang bebas memilih dan sanggup bernalar, ia berbahagia hanya apabila ia menundukkan diri kepada hukum moral dan hukum rohani Allah.—Roma 12:1; 1 Korintus 2:14-16.
5. Bagaimana prinsip di Galatia 6:7 terbukti benar sehubungan dengan hukum-hukum ilahi?
Seperti yang kita ketahui, hukum-hukum fisik Yehuwa tidak dapat dilanggar. (Yeremia 33:20, 21) Jika seseorang melawan beberapa hukum fisik, seperti hukum gravitasi, ia mengalami konsekuensinya. Demikian pula, hukum-hukum moral Allah tidak dapat dibatalkan dan tidak dapat dielakkan atau dilanggar tanpa mendapat sanksi. Hukum-hukum tersebut ditegakkan sama pastinya seperti hukum-hukum alam-Nya, meskipun akibatnya mungkin tidak segera dialami. ”Allah tidak dapat dicemoohkan. Sebab apa pun yang ditabur orang, ini juga yang akan dituainya.”—Galatia 6:7; 1 Timotius 5:24.
Cakupan Hukum Yehuwa
6. Seberapa luas cakupan hukum-hukum ilahi?
Salah satu wujud hukum ilahi yang menonjol adalah Hukum Musa. (Roma 7:12) Ketika tiba waktunya, Allah Yehuwa menggantikan Hukum Musa dengan ”hukum Kristus”.*(Galatia 6:2; 1 Korintus 9:21) Sebagai orang Kristen yang berada di bawah ”hukum yang sempurna yang berkaitan dengan kemerdekaan”, kita memahami bahwa petunjuk-petunjuk Allah tidak hanya terbatas pada aspek-aspek tertentu dalam kehidupan kita, seperti kepercayaan doktrinal atau ritus. Standar-standar-Nya mencakup semua aspek kehidupan, termasuk urusan keluarga, urusan bisnis, perilaku terhadap lawan jenis, sikap terhadap sesama rekan Kristen, dan partisipasi dalam ibadat sejati.—Yakobus 1:25, 27.
7. Berikan contoh-contoh hukum ilahi yang penting.
Misalnya, Alkitab mengatakan, ”Orang yang melakukan percabulan, ataupun penyembah berhala, ataupun pezina, ataupun pria yang dipelihara untuk tujuan yang tidak alami, ataupun pria yang tidur dengan pria, ataupun pencuri, ataupun orang yang tamak, ataupun pemabuk, ataupun pencerca, ataupun pemeras, tidak akan mewarisi kerajaan Allah.” (1 Korintus 6:9, 10) Ya, perzinaan dan percabulan bukanlah sekadar ”hubungan asmara”. Perilaku homoseksual bukanlah sekadar ”gaya hidup alternatif”. Semua itu adalah pelanggaran hukum Yehuwa. Demikian pula dengan hal-hal seperti mencuri, berdusta, dan memfitnah. (Mazmur 101:5; Kolose 3:9; 1 Petrus 4:15) Yakobus mengutuk tindakan membual, sedangkan Paulus menasihati kita untuk menghindari perkataan yang kosong dan senda gurau cabul. (Efesus 5:4; Yakobus 4:16) Bagi orang Kristen, semua peraturan tingkah laku ini merupakan bagian dari hukum Allah yang sempurna.—Mazmur 19:7.
8. (a) Apa sifat hukum Yehuwa? (b) Apa arti dasar di balik kata Ibrani untuk ”hukum”?
Peraturan-peraturan fundamental semacam itu dalam Firman Yehuwa memperlihatkan bahwa hukum-Nya bukan sekadar daftar ketetapan yang dingin dan kaku. Peraturan-peraturan itu membentuk dasar untuk kehidupan yang seimbang dan produktif, yang mempengaruhi semua aspek tingkah laku ke arah yang baik. Hukum ilahi bersifat membangun, etis, dan mengandung hikmah. (Mazmur 119:72) Kata ”hukum” sebagaimana yang digunakan sang pemazmur diterjemahkan dari kata Ibrani toh·rahʹ.Seorang sarjana Alkitab mengatakan, ”Kata ini dibentuk dari sebuah kata kerja yang berarti menunjukkan, membimbing, membidik, melepaskan ke depan. Jadi, maknanya . . . adalah suatu peraturan tingkah laku.” Bagi sang pemazmur, hukum merupakan karunia Allah. Tidakkah kita seharusnya juga menghargai hukum Allah, membiarkannya membentuk pola hidup kita?
9, 10. (a) Mengapa kita membutuhkan pengarahan yang dapat diandalkan? (b) Hanya dengan cara bagaimana kita dapat memiliki kehidupan yang menyenangkan dan sukses?
Semua ciptaan membutuhkan pengarahan yang dapat diandalkan dan petunjuk yang dapat dipercaya. Halnya demikian dengan Yesus dan malaikat-malaikat lain, yang lebih tinggi daripada manusia. (Mazmur 8:5; Yohanes 5:30; 6:38; Ibrani 2:7; Penyingkapan 22:8, 9) Jika makhluk-makhluk sempurna tersebut dapat menarik manfaat dari bimbingan ilahi, terlebih lagi bagi manusia-manusia yang tidak sempurna! Sejarah manusia dan pengalaman pribadi kita telah membuktikan kebenaran pengamatan nabi Yeremia, ”Aku tahu benar, oh, Yehuwa, bahwa manusia tidak mempunyai kuasa untuk menentukan jalannya sendiri. Manusia, yang berjalan, tidak mempunyai kuasa untuk mengarahkan langkahnya.”—Yeremia 10:23.
10 Jika kita ingin memiliki kehidupan yang menyenangkan dan sukses, kita harus mencari petunjuk Allah. Raja Salomo sadar akan bahayanya hidup mengikuti standar-standar pribadi, terlepas dari petunjuk ilahi, ”Ada jalan yang lurus dalam pandangan seseorang, tetapi ujungnya adalah jalan-jalan kematian.”—Amsal 14:12.
Alasan-Alasan untuk Mengasihi Hukum Yehuwa
11. Mengapa kita hendaknya ingin memahami hukum Allah?
11 Kita hendaknya memupuk keinginan yang besar untuk memahami hukum Yehuwa. Pemazmur menyatakan keinginan demikian sewaktu ia mengatakan, ”Bukalah mataku, agar aku melihat hal-hal yang menakjubkan dari hukummu.” (Mazmur 119:18) Semakin banyak kita mengenal Allah dan jalan-jalan-Nya, semakin dalam pemahaman kita akan kebenaran kata-kata Yesaya, ”Aku, Yehuwa, adalah Allahmu, Pribadi yang mengajarkan hal-hal yang bermanfaat bagimu, Pribadi yang membuat engkau melangkah di jalan yang harus kautempuh. Oh, seandainya saja engkau mau memperhatikan perintah-perintahku!” (Yesaya 48:17, 18) Yehuwa benar-benar ingin agar umat-Nya menghindari malapetaka dan menikmati kehidupan dengan memperhatikan perintah-perintah-Nya. Mari kita selidiki beberapa alasan utama mengapa kita hendaknya mengasihi hukum Allah.
12. Bagaimana pengetahuan Yehuwa tentang diri kita menjadikan-Nya Pemberi Hukum yang terbaik?
12 Hukum ilahi berasal dari Pribadi yang paling mengenal kita. Karena Yehuwa adalah Pencipta kita, masuk akal bahwa Ia mengenal manusia dengan sangat saksama. (Mazmur 139:1, 2; Kisah 17:24-28) Sahabat karib, kerabat, bahkan orang tua tidak dapat mengenal diri kita sebaik Yehuwa. Ya, Allah bahkan mengenal kita jauh lebih baik daripada kita sendiri! Pembuat kita memiliki pengertian yang tak tertandingi berkenaan dengan kebutuhan rohani, emosi, mental, dan fisik kita. Seraya Ia mengarahkan perhatian-Nya kepada kita, Ia memperlihatkan pemahaman yang sangat dalam akan pembawaan, hasrat, dan aspirasi kita. Yehuwa memahami keterbatasan kita, tetapi Ia juga mengetahui potensi kita untuk melakukan kebaikan. Sang pemazmur mengatakan, ”Ia tahu benar bagaimana kita dibentuk, Ia ingat bahwa kita ini debu.” (Mazmur 103:14) Oleh karena itu, kita dapat merasa aman secara rohani seraya kita berupaya berjalan dalam hukum-Nya, dengan rela menundukkan diri kepada petunjuk ilahi.—Amsal 3:19-26.
13. Mengapa kita dapat yakin bahwa Yehuwa benar-benar menginginkan hal yang terbaik bagi kita?
13 Hukum Ilahi berasal dari Pribadi yang mengasihi kita. Allah sangat memikirkan kesejahteraan abadi kita. Bukankah dengan pengorbanan besar Ia memberikan Putra-Nya sebagai ”tebusan untuk penukar bagi banyak orang”? (Matius 20:28) Bukankah Yehuwa telah berjanji bahwa ’Ia tidak akan membiarkan kita digoda melampaui apa yang dapat kita tanggung’? (1 Korintus 10:13) Bukankah Alkitab meyakinkan kita bahwa Ia ’memperhatikan kita’? (1 Petrus 5:7) Selain Yehuwa, tidak ada pribadi lain yang lebih memiliki minat yang pengasih untuk menyediakan petunjuk yang bermanfaat bagi manusia ciptaan. Ia tahu apa yang baik bagi kita dan di mana batas pemisah antara kebahagiaan dan kesedihan. Meskipun kita tidak sempurna dan berbuat salah, bila kita mengejar keadilbenaran, Ia memperlihatkan kasih-Nya kepada kita dengan cara-cara yang akan menghasilkan kehidupan dan berkat.—Yehezkiel 33:11.
14. Apa perbedaan penting antara hukum Allah dan gagasan-gagasan manusia?
14 Hukum Allah pasti tidak berubah. Pada masa kita yang bergejolak ini, Yehuwa adalah batu karang yang teguh, Ia ada dari kekal sampai kekal. (Mazmur 90:2) Ia berkata tentang diri-Nya, ”Akulah Yehuwa; aku belum berubah.” (Maleakhi 3:6) Standar-standar Allah, sebagaimana dicatat di dalam Alkitab, dapat diandalkan sepenuhnya—tidak seperti gagasan manusia yang terus-menerus berubah seperti pasir apung. (Yakobus 1:17) Misalnya, selama bertahun-tahun, para psikolog menganjurkan untuk membesarkan anak dengan cara yang serbaboleh, tetapi belakangan beberapa psikolog berubah pikiran dan mengakui bahwa saran mereka keliru. Standar dan pedoman duniawi untuk masalah ini berayun ke sana kemari bagaikan ditiup angin. Namun, Firman Yehuwa tidak goyah. Selama berabad-abad, Alkitab telah menyediakan nasihat tentang cara membesarkan anak-anak dengan kasih. Rasul Paulus menulis, ”Bapak-bapak, janganlah membuat anak-anakmu kesal, tetapi teruslah besarkan mereka dengan disiplin dan pengaturan-mental dari Yehuwa.” (Efesus 6:4) Alangkah menenteramkannya mengetahui bahwa kita dapat mengandalkan standar-standar Yehuwa; standar-standar tersebut tidak akan berubah!
Berkat-Berkat bagi Orang yang Menaati Hukum Allah
15, 16. (a) Apa hasilnya jika kita menerapkan standar-standar Yehuwa? (b) Bagaimana hukum Allah terbukti sebagai pembimbing yang tepat dalam perkawinan?
15 Melalui nabi-Nya, Yesaya, Allah mengatakan, ”Firmanku yang keluar dari mulutku . . . akan berhasil.” (Yesaya 55:11) Demikian pula, apabila kita dengan sungguh-sungguh berupaya mengikuti standar-standar yang terdapat dalam Firman-Nya, kita pasti akan memperoleh sukses, mencapai hal-hal yang bermanfaat, dan menuai kebahagiaan.
16 Pertimbangkan bagaimana hukum-hukum Allah merupakan pembimbing yang tepat untuk perkawinan yang berhasil. ”Hendaklah pernikahan terhormat di antara kamu semua,” tulis Paulus, ”dan tempat tidur pernikahan tanpa kecemaran, karena Allah akan menghakimi orang yang melakukan percabulan dan pezina.” (Ibrani 13:4) Suami dan istri harus saling menghormati dan mengasihi, ”Hendaklah kamu masing-masing secara perorangan juga mengasihi istrinya seperti dirinya sendiri; sebaliknya, istri harus memiliki respek yang dalam kepada suaminya.” (Efesus 5:33Satu Korintus 13:4-8menggambarkan jenis kasih yang dibutuhkan, ”Kasih itu panjang sabar dan baik hati. Kasih tidak cemburu, tidak membual, tidak menjadi besar kepala, tidak berlaku tidak sopan, tidak memperhatikan kepentingan diri sendiri, tidak terpancing menjadi marah. Kasih tidak mencatat kerugian. Kasih tidak bersukacita karena ketidakadilbenaran, tetapi bersukacita karena kebenaran. Kasih menanggung segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mempunyai harapan akan segala sesuatu, bertekun menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan.” Perkawinan yang dicirikan oleh kasih semacam ini tidak akan berkesudahan.
17. Apa saja manfaat menerapkan standar-standar Yehuwa mengenai penggunaan alkohol?
17 Bukti lain bahwa standar Yehuwa bermanfaat adalah fakta bahwa Ia mengutuk kemabukan. Ia bahkan mengecam ’orang yang gemar minum banyak anggur’. (1 Timotius 3:3, 8; Roma 13:13) Banyak orang yang mengabaikan standar-standar Allah dalam hal ini menderita penyakit-penyakit yang disebabkan atau diperburuk oleh penggunaan alkohol yang berlebihan. Karena mengabaikan nasihat Alkitab mengenai kesahajaan, beberapa orang telah terjerumus dalam kebiasaan minum berlebihan untuk ”membantu mereka relaks”. Terlalu banyak minum menimbulkan problem yang tak kalah banyaknya, termasuk kehilangan respek, ketegangan dalam hubungan keluarga atau perpecahan keluarga, pemborosan penghasilan, dan kehilangan pekerjaan. (Amsal 23:19-21, 29-35) Bukankah standar-standar Yehuwa sehubungan dengan penggunaan alkohol merupakan perlindungan?
18. Apakah hukum Allah praktis dalam urusan finansial? Jelaskan.
18 Standar-standar Allah juga terbukti praktis dalam urusan finansial. Alkitab mendesak orang Kristen untuk jujur dan rajin. (Lukas 16:10; Efesus 4:28; Kolose 3:23) Karena mengikuti nasihat ini, banyak orang Kristen mendapat kenaikan jabatan atau tidak kehilangan pekerjaan sewaktu orang lain di-PHK. Manfaat finansial juga diperoleh apabila seseorang menghindari kebiasaan dan kecanduan yang tidak sesuai dengan prinsip Alkitab, seperti berjudi, merokok, dan menyalahgunakan obat-obatan. Saudara pasti dapat menyebutkan contoh-contoh lain kepraktisan standar-standar Allah dari segi ekonomi.
19, 20. Mengapa menerima dan berpaut pada hukum-hukum ilahi merupakan haluan hikmat?
19 Mudah bagi manusia yang tidak sempurna untuk menyimpang dari hukum-hukum dan standar-standar Allah. Pikirkan tentang orang Israel di Gunung Sinai. Allah berfirman kepada mereka, ”Jika kamu dengan sungguh-sungguh menaati perkataanku dan benar-benar berpegang pada perjanjianku, kamu pasti akan menjadi milikku yang istimewa dari antara semua bangsa lain.” Mereka menjawab, ”Semua hal yang Yehuwa katakan, kami bersedia lakukan.” Namun, alangkah kontrasnya haluan yang mereka pilih! (Keluaran 19:5, 8; Mazmur 106:12-43) Sebaliknya, marilah kita menerima dan berpaut pada standar-standar Allah.
20 Berpaut erat pada hukum-hukum yang tak tertandingi yang telah Yehuwa sediakan sebagai bantuan untuk membimbing kehidupan kita adalah haluan yang berhikmat dan mendatangkan kebahagiaan. (Mazmur 19:7-11) Agar dapat melakukannya dengan berhasil, kita juga perlu menghargai nilai prinsip-prinsip ilahi. Hal ini akan dibahas dalam artikel berikut.
Kursus Komputer di Majalengka
Citra Telematika - Kursus Komputer di Majalengka

Jl. Raya Timur No. 65, Ciborelang, Jatiwangi
Kab. Majalengka


(0233) 8281236 | 085216667297

Tidak ada komentar:

Posting Komentar