SEJARAH CANDI BOROBUDUR
Borobudur ialah nama suatu candi Buddha yang terletak di Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang
yang letaknya sebelah unsur selatan + 15 km sebelah unsur selatan kota Magelang dataran kedu yang berbukit nyaris seluruhnya di kelilingi pegunungan, pegunungan yang mengelilingi Candi Borobudur di antaranya di sebelah unsur timur ada Gunung Merbabu dan Gunung Merapi Barat, Laut Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro.
Dalam etnis Tionghoa, candi ini disebut pun 婆羅浮屠 (Hanyu Pinyin: pó luó fú tú) dalam bahasa Mandarin.
ASAL USUL SEJARAH SINGKAT CANDI BOROBUDUR
WAKTU DIDIRIKAN
Banyak kitab – kitab sejarah yang menyebutkan mengenai Candi Borobudur akan namun kapan Candi Borobudur tersebut di dirikan tidaklah bisa di ketahui secara pasti
namun suatu estimasi dapat di peroleh dengan artikel singkat yang di pahatkan di atas pigura relief kaki pribumi Candi Borobudur ( Karwa Wibhangga )
menunjukan huruf sejenis dengan yang di dapatkan dari prasati di akhir abad ke – 8 sampai mula abad ke – 9
dari bukti – bukti itu dapat di tarik benang merah bahwa Candi Borobudur di dirikan selama tahun 800 M.
Kesimpulan itu di atas tersebut ternyata cocok benar dengan dengan kerangka sejarah Indonesia pada lazimnya dan pun sejarah yang berada di wilayah jawa tengah pada khususnya
periode antara abad ke – 8 dan pertengahan abad ke – 9 di familiar dengan abad Emas Wangsa Syailendra
kejayaan ini di tandai di bangunnya sebanyak besar candi yang di lereng – lereng gunung banyak sekali berdiri khas bangunan hindu sementara yang bertebaran di dataran – dataran ialah khas bangunan Budha namun ada pun sebagian khas Hindu
Dengan demikian bisa di tarik benang merah bahwa Candi Borobudur di bangun oleh wangsa Syailendra yang familiar dalam sejarah sebab karena usaha guna menjunjung tinggi dan memuliakan agama Budha Mahayana.
Tahap Pembangunan Borobudur
Tahap kesatu
Masa pembangunan Borobudur tidak diketahui tentu (diperkirakan antara 750 dan 850 M). Pada tadinya dibangun tata susun bertingkat. Sepertinya dirancang sebagai piramida berundak. tetapi lantas diubah. Sebagai bukti terdapat tata susun yang dibongkar.
Tahap kedua
Pondasi Borobudur diperlebar, diperbanyak dengan dua undak persegi dan satu undak lingkaran yang langsung diserahkan stupa induk besar.
Tahap ketiga
Undak atas lingkaran dengan stupa induk besar dirombak dan dihilangkan dan diganti tiga undak lingkaran. Stupa-stupa di bina pada puncak undak-undak ini dengan satu stupa besar di tengahnya.
Tahap keempat
Ada evolusi kecil seperti penciptaan relief evolusi tangga dan lengkung atas pintu.
PENEMUAN KEMBALI
Borobudur yang menjadi keganjilan dunia menjulang tinggi antara dataran rendah di sekelilingnya.
Tidak bakal pernah masuk akal mereka menyaksikan karya seni terbesar yang adalahhasil karya paling mengagumkan dan tidak lebih masuk akal lagi bila disampaikan Candi Borobudur pernah merasakan kerusakan
Memang demikian keadaannya Candi Borobudur terlupakan sekitar tenggang masa-masa yang lumayan lama bahkan hingga berabad – abad bangunan yang begitu megahnya di hadapkan pada proses kehancuran.
Kira – kira melulu 150 tahun Candi Borobudur di pakai sebagai pusat Ziarah, masa-masa yang singkat di bandingkan dengan usianya saat pekerja menghiasi / membina bukit alam Candi Borobudur dengan batu – batu di bawah pemerintahan yang paling terkenal yakni SAMARATUNGGA,
sekitar tahun 800 – an dengan berakhirnya kerajaan Mataram tahu 930 M pusat kehidupan dan kebudayaan jawa bergeser ke timur
Demikian sebab terbengkalai tak terurus maka lama – lama di sana – sini tumbuh macam – macam tumbuhan binal yang lama kelamaan menjadi rimbun dan menutupi bangunannya.
Pada kira – kira abad ke – 10 Candi Borobudur terlantar dan terlupakan.
Baru pada tahun 1814 M berkat usaha Sir Thomas Stamford Rafles Candi Borobudur hadir dari kegelapan masa silam.
Rafles ialah Letnan Gubernur Jendral Inggris, saat Indonesia di kuasai / di jajah Inggris pada tahun 1811 M –1816 M.
Pada tahun 1835 M semua candi dilepaskan dari apa yang menjadi penghalang pemandangan oleh Presiden kedua yang mempunyai nama Hartman,
karena begitu tertariknya terhadap Candi Borobudur sampai-sampai ia mengusahakan pembersihan lebih lanjut,
puing –puing yang masih menutupi candi di singkirkan dan tanah yang menutupi lorong – lorong dari bangunan candi di singkirkan semua sampai-sampai candi lebih baik di bandingkan sebelumnya.
Foto Pertama Candi Borobudur dari tahun 1873, bendera Belanda nampak pada stupa utama candi
PENYELAMATAN 1
Semenjak Candi Borobudur di temukan dimulailah usaha perbaikan dan pemugaran pulang bangunan Candi Borobudur
mula – awal hanya dilaksanakan secara kecil – kecilan serta penciptaan gambar – gambar dan photo – photo reliefnya.
Pemugaran Candi Borobudur yang kesatu kali dilaksanakan pada tahun 1907 M – 1911 M di bawah pimpinan Tuan Van erf dengan maksudnya ialah untuk menghindari kehancuran – kehancuran yang lebih banyak lagi dari bangunan Candi Borobudur
Teras tertinggi sesudah restorasi Van Erp
walaupun tidak sedikit bagian tembok atau dinding – dinding khususnya tingkat tiga dari bawah sebelah Barat Laut, Utara dan Timur Laut yang masih tampak oleng dan paling mengkhawatirkan untuk para pengunjung maupun bangunannya sendiri tetapi pekerjaan Van Erp itu untuk sedangkan Candi Borobudur bisa di selamatkan dari kehancuran yang lebih besar.
Mengenai gapura – gapura hanya sejumlah saja yang sudah di lakukan masa tersebut telah membalikkan kejayaan masa silam,
namun pun perlu di sadari bahwa tahun – tahun yang dilewati borobudur sekitar tersembunyi di semak – semak secara tidak langsung sudah menutupi dan mengayomi dari cuaca buruk yang barangkali dapat merusak bangunan Candi Borobudur,
Van Erp berasumsi miring dan meleseknya dinding – dinding dari bangunan tersebut tidak paling membahayakan bangunan itu,
Pendapat tersebut sampai 50 tahun lantas memang tidak salah bakal tetapi semenjak tahun 1960 M pendapat Tuan Van erf tersebut mulai di ragukan dan di khawatirkan bakal ada kehancuran yang lebih parah
PEMUGARAN CANDI BOROBUDUR
Pemugaran Candi Borobudur di mulai tanggal 10 Agustus 1973
prasati dimulainya kegiatan pemugaran Candi Borobudur terletak di sebelah Barat Laut Menghadap ke timur
karyawan pemugaran tidak tidak cukup dari 600 orang diantaranya terdapat tenaga – tenaga muda alumni SMA dan SIM
bangunan yang memang diserahkan pendidikan terutama mengenai teori dan praktek dalam bidang Chemika Arkeologi ( CA ) dan Teknologi Arkeologi ( TA )
Teknologi Arkeologi bertugas merombak dan memasang batu - batu Candi Borobudur sementara Chemika Arkeologi bertugas mencuci serta membetulkan batu – batu yang telah retak dan pecah,
pekerjaan – pekerjan di atas mempunyai sifat arkeologi seluruh di tangani oleh badan pemugaran Candi Borobudur,
sedangkan kegiatan yang mempunyai sifat teknis laksana penyediaan transportasi pengadaaan bahan – bahan bangunan di tangani oleh kontraktor
( PT NIDYA KARYA dan THE CONTRUCTION AND DEVELOPMENT CORPORATION OF THE FILIPINE ).
Bagian – unsur Candi Borobudur yang di pugar merupakan bagian Rupadhatu yaitu lokasi tingkat dari bawah yang berbentuk bujur sangkar sementara kaki Candi Borobudur serta teras I, II, III dan stupa induk ikut di pugar pemugaran berlalu pada tanggal 23 Februari 1983 M di bawah pimpinan DR Soekmono dengan di tandai suatu batu prasati seberat + 20 Ton.
Prasasti peresmian selesainya pemugaran sedang di halaman barat dengan batu yang paling besar di buatkan dengan dua unsur satu menghadap ke unsur utara satu lagi menghadap ke timur
penulisan dalam prasasti itu di tanda tangani langsung oleh tenaga yang berpengalaman dan terampil dari Yogyakarta yang bekerja pada proyek pemugaran Candi Borobudur.
Ikhtisar Waktu Proses Pemugaran Candi borobudur
1814 - Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jenderal Britania Raya di Jawa, mendengar adanya penemuan benda purbakala di desa Borobudur.
Raffles menyuruh H.C. Cornelius guna menyelidiki tempat penemuan, berupa bukit yang diisi semak belukar.
1873 - monografi kesatu mengenai candi diterbitkan.
1900 - pemerintahan Hindia Belanda memutuskan sebuah panitia pemugaran dan perawatan candi Borobudur.
1907 - Theodoor van Erp memimpin pemugaran sampai tahun 1911.
1926 - Borobudur dipugar kembali, namun terhenti pada tahun 1940 dampak krisis malaise dan Perang Dunia II.
1956 - Pemerintah Indonesia meminta pertolongan UNESCO.
Prof. Dr. C. Coremans datang ke Indonesia dari Belgia untuk menganalisis sebab-sebab kehancuran Borobudur.
1963 - Pemerintah Indonesia menerbitkan surat keputusan guna memugar Borobudur, namun berantakan sesudah terjadi peristiwa G-30-S.
1968 - Pada konferensi-15 di Perancis, UNESCO setuju guna memberi pertolongan untuk mengamankan Borobudur.
1971 - Pemerintah Indonesia menyusun badan pemugaran Borobudur yang diketuai Prof.Ir.Roosseno.
1972 - International Consultative Committee disusun dengan melibatkan sekian banyak negara dan Roosseno sebagai ketuanya.
Komite yang disponsori UNESCO meluangkan 5 juta dolar Amerika Serikat dari ongkos pemugaran 7.750 juta dolar Amerika Serikat.
Sisanya ditanggung Indonesia.
10 Agustus 1973 - Presiden Soeharto meresmikan dimulainya pemugaran Borobudur; pemugaran berlalu pada tahun 1984
21 Januari 1985 - terjadi serangan bom yang merusakkan sejumlah stupa pada Candi Borobudur yang lantas segera dibetulkan kembali.
Serangan dilaksanakan oleh kumpulan Islam ekstremis yang dipimpin oleh Husein Ali Al Habsyi.
1991 - Borobudur diputuskan sebagai Warisan Dunia UNESCO.
Batu Peringatan Pemugaran candi Borobudur dengan pertolongan UNESCO
ASAL USUL NAMA BOROBUDUR
Banyak teori yang berjuang menjelaskan nama candi ini.
Salah satunya mengaku bahwa nama ini bisa jadi berasal dari kata Sambharabhudhara, yaitu dengan kata lain "gunung" (bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras.
Selain tersebut terdapat sejumlah etimologi rakyat lainnya.
Misalkan kata borobudur berasal dari perkataan "para Buddha" yang sebab pergeseran bunyi menjadi borobudur.
Penjelasan lain merupakan bahwa nama ini berasal dari dua kata "bara" dan "beduhur".
Kata bara konon berasal dari kata vihara, sedangkan ada pula keterangan lain di mana bara berasal dari bahasa Sansekerta yang dengan kata lain kompleks candi atau biara dan beduhur dengan kata lain ialah "tinggi", atau mengingatkan dalam bahasa Bali yang berarti "di atas".
Jadi maksudnya merupakan sebuah biara atau asrama yang sedang di tanah tinggi.
Sejarawan J.G. de Casparis dalam disertasinya guna mendapatkan gelar doktor pada 1950 berasumsi bahwa Borobudur ialah tempat pemujaan.
Berdasarkan prasasti Karangtengah dan Kahulunan, Casparis memperkirakan pendiri Borobudur ialah raja Mataram dari wangsa Syailendra mempunyai nama Samaratungga, yang mengerjakan pembangunan selama tahun 824 M.
Bangunan raksasa tersebut baru dapat ditamatkan pada masa putrinya, Ratu Pramudawardhani.
Pembangunan Borobudur diduga memakan waktu separuh abad.
Dalam prasasti Karangtengah pula dilafalkan mengenai penganugerahan tanah sima (tanah bebas pajak) oleh Çrī Kahulunan (Pramudawardhani) untuk merawat Kamūlān yang dinamakan Bhūmisambhāra.
Istilah Kamūlān sendiri berasal dari kata awal yang berarti lokasi asal muasal, bangunan suci untuk menghormati leluhur,
kemungkinan leluhur dari wangsa Sailendra.
Casparis memperkirakan bahwa Bhūmi Sambhāra Bhudhāra dalam bahasa sansekerta yang berarti "Bukit himpunan kebaikan sepuluh tingkatan boddhisattwa", ialah nama pribumi Borobudur.
BANGUNAN CANDI BOROBUDUR
URAIAN BANGUNAN CANDI BOROBUDUR
Candi Borobudur di bangun mengunakan batu Adhesit sejumlah 55.000 M3
bangunan Candi Borobudur berbentuk limas yang berundak – undak dengan tangga naik pada ke – 4 sisinya ( Utara, selatan, Timur Dan Barat )
pada Candi Borobudur tidak terdapat ruangan di mana orang tak dapat masuk melainkan dapat naik ke atas saja.
Lebar bangunan Candi Borobudur 123 M
Panjang bangunan Candi Borobudur 123 M
Pada sudut yang membelok 113 M
Dan tinggi bangunan Candi Borobudur 30.5 M
Pada kaki yang pribumi di di blokir oleh batu Adhesit sejumlah 12.750 M3 sebagai selasar undaknya.
Candi Borobudur mempunyai struktur dasar punden berundak, dengan enam pelataran berbentuk bujur sangkar, tiga pelataran berbentuk bundar melingkar dan suatu stupa utama sebagai puncaknya.
Selain tersebut tersebar di seluruh pelatarannya sejumlah stupa.
Sepuluh pelataran yang dipunyai Borobudur mencerminkan secara jelas filsafat mazhab Mahayana.
Bagaikan suatu kitab, Borobudur mencerminkan sepuluh tingkatan Bodhisattva yang mesti dilewati untuk menjangkau kesempurnaan menjadi Buddha.
Bagian kaki Borobudur menggambarkan Kamadhatu, yakni dunia yang masih dikuasai oleh kama atau "nafsu rendah".
Bagian ini mayoritas tertutup oleh tumpukan batu yang diduga diciptakan untuk memperkuat konstruksi candi.
Pada unsur yang tertutup struktur ekstra ini ada 120 panel kisah Kammawibhangga.
Sebagian kecil struktur tambahan tersebut disisihkan sampai-sampai orang masih dapat menyaksikan relief pada unsur ini.
Empat lantai dengan dinding berelief di atasnya oleh para berpengalaman dinamakan Rupadhatu.
Lantainya berbentuk persegi.
Rupadhatu ialah dunia yang telah dapat melepaskan diri dari nafsu, namun masih terbelenggu oleh rupa dan bentuk.
Tingkatan ini menggambarkan alam antara yakni, antara alam bawah dan alam atas.
Pada unsur Rupadhatu ini patung-patung Buddha ada pada ceruk-ceruk dinding di atas ballustrade atau selasar.
Mulai lantai kelima sampai ketujuh dindingnya tidak berelief.
Tingkatan ini disebut Arupadhatu (yang berarti tidak berupa atau tidak berwujud).
Denah lantai berbentuk lingkaran.
Tingkatan ini menggambarkan alam atas, di mana insan sudah bebas dari segala kemauan dan ikatan format dan rupa, tetapi belum menjangkau nirwana.
Patung-patung Buddha ditempatkan di dalam stupa yang diblokir berlubang-lubang laksana dalam kurungan.
Dari luar patung-patung tersebut masih terlihat samar-samar.
Tingkatan tertinggi yang mencerminkan ketiadaan wujud dicerminkan berupa stupa yang terbesar dan tertinggi.
Stupa dicerminkan polos tanpa lubang-lubang.
Di dalam stupa terbesar ini pernah ditemukan patung Buddha yang tidak sempurna atau disebut pun unfinished Buddha, yang disalahsangkakan sebagai patung Adibuddha, padahal melewati penelitian lebih lanjut tidak pernah terdapat patung pada stupa utama, patung yang tidak selesai tersebut merupakan kekeliruan pemahatnya pada zaman dahulu.
menurut keyakinan patung yang salah dalam proses pembuatannya memang jangan dirusak.
Penggalian arkeologi yang dilaksanakan di halaman candi ini menemukan tidak sedikit patung laksana ini.
Di masa lalu, sejumlah patung Buddha bareng dengan 30 batu dengan relief, dua patung singa, sejumlah batu berbentuk kala, tangga dan gerbang diantarkan kepada Raja Thailand, Chulalongkorn yang mendatangi Hindia Belanda (kini Indonesia) pada tahun 1896 sebagai hadiah dari pemerintah Hindia Belanda saat itu.
Borobudur tidak mempunyai ruang-ruang pemujaan laksana candi-candi lain.
Yang ada merupakan lorong-lorong panjang yang adalahjalan sempit.
Lorong-lorong diberi batas dinding mengelilingi candi tingkat demi tingkat.
Di lorong-lorong berikut umat Buddha diduga melakukan upacara berlangsung kaki mengelilingi candi ke arah kanan.
Bentuk bangunan tanpa ruangan dan struktur bertingkat-tingkat ini diperkirakan adalahperkembangan dari format punden berundak, yang merupakan format arsitektur pribumi dari masa prasejarah Indonesia.
Struktur Borobudur bila disaksikan dari atas menyusun struktur Mandala.
Struktur Borobudur tidak menggunakan semen sama sekali, tetapi sistem interlock yaitu laksana balok-balok Lego yang dapat menempel tanpa lem.
PATUNG
Di dalam bangunan Budha ada patung – patung Budha berjumlah 504 buah diantaranya sebagai berikut:
Patung Budha yang ada pada relung – relung : 432 Buah
Sedangkan pada teras – teras I, II, III berjumlah : 72 Buah
Jumlah : 504 Buah
Agar lebih jelas rangkaian – rangkaian patung Budha pada Budha sebagai berikut:
1. Langkah I Teradapat : 104 Patung Budha
2. Langkah II Terdapat : 104 Patung Budha
3. Langkah III Terdapat : 88 Patung Budha
4. Langkah IV Terdapat : 22 Patung Budha
5. Langkah V Terdapat : 64 Patung Budha
6. Teras Bundar I Terdapat : 32 Patung Budha
7. Teras Bundar II Terdapat : 24 Patung Budha
8. Teras Bundar III Terdapat : 16 Patung Budha
Jumlah : 504 Patung Budha
Sekilas patung Budha tersebut tampak serupa semuanya tetapi sesunguhnya ada pun perbedaannya perbedaan yang paling jelas dan pun yang memisahkan satu sama lainya ialah dalam sikap tangannya yang di sebut Mudra dan merupakan karakteristik untuk masing-masing patung
sikap tangan patung Budha di Candi Borobudur terdapat 6 macam melulu saja sebab macam oleh sebab macam mudra yang di miliki menghadap seluruh arah (Timur Selatan Barat dan Utara) pada unsur rupadhatu tahapan V maupun pada unsur arupadhatu pada umumnya mencerminkan maksud yang sama maka jumlah mudra yang pokok terdapat 5
kelima mudra itu ialah Bhumispara – Mudra Wara – Mudra, Dhayana – Mudra, Abhaya – Mudra, Dharma Cakra – Mudra.
PATUNG SINGA
Pada Candi Borobudur di samping patung Budha pun ada patung singa jumlah patung singa seharusnya tidak tidak cukup dari 32 buah akan namun bila di hitung kini jumlahnya berkurang karena sekian banyak sebab satu satunya patung singa besar berada pada halaman sisi Barat yang pun menghadap ke barat seolah – olah sedang mengawal bangunan Candi Borobudur yang megah dan anggun.
STUPA
- Stupa Induk
Berukuran lebih banyak dari stupa – stupa lainya dan terletak di tengah – tengah sangat atas yang adalahmhkota dari semua monumen bangunan Candi Borobudur,
garis tengah Stupa induk + 9.90 M puncak yang tertinggi di sebut pinakel / Yasti Cikkara, terletak di atas Padmaganda dan pun trletak di garis Harmika.
- Stupa Berlubang / Terawang
Yang dimaksud stupa berlubang atau terawang merupakan Stupa yang ada pada teras I, II, III di mana di dalamnya ada patung Budha.
Di Candi Borobudur jumlah stupa berlubang seluruhnya 72 Buah, stupa – stupa itu berada pada tingkat Arupadhatu
Teras I ada 32 Stupa
Teras II ada 24 Stupa
Teras III ada 16 Stupa
Jumlah 72 Stupa
- Stupa kecil
Stupa kecil berbentuk nyaris sama dengan stupa yang lainya melulu saja perbedaannya yang menojol ialah ukurannya yang lebih kecil dari stupa yang lainya, seolah – olah menjadi dekorasi bangunan Candi Borobudur keberadaanstupa ini menduduki relung – relung pada tahapan ke II saampai tahapan ke V sementara pada tahapan I berupa Keben dan beberapa berupa Stupa kecil jumlah stupa kecil terdapat 1472 Buah.
RELIEF
Di masing-masing tingkatan dipahat relief-relief pada dinding candi.
Relief-relief ini dibaca cocok arah jarum jam atau dinamakan mapradaksina dalam bahasa Jawa Kuna yang berasal dari bahasa Sansekerta daksina yang dengan kata lain ialah timur.
Relief-relief ini bermacam-macam isi ceritanya, antara beda relief-relief kisah jātaka.
Pembacaan cerita-cerita relief ini senantiasa dimulai, dan selesai pada pintu gerbang sisi unsur timur di masing-masing tingkatnya, mulainya di sebelah kiri dan selesai di sebelah kanan pintu gerbang itu.
Maka secara nyata bahwa sebelah timur ialah tangga naik yang bahwasannya (utama) dan mengarah ke puncak candi, dengan kata lain bahwa candi menghadap ke unsur timur meskipun sisi-sisi lainnya serupa benar.
Secara runtutan, maka kisah pada relief candi secara singkat bermakna inilah ini :
KARMAWIBHANGGA
Sesuai dengan arti simbolis pada kaki candi,
relief yang menghiasi dinding batur yang terselubung tersebut mencerminkan hukum karma.
Deretan relief itu bukan merupakan kisah seri (serial),
tetapi pada masing-masing pigura mencerminkan suatu kisah yang memiliki korelasi karena akibat.
Relief itu tidak saja memberi cerminan terhadap tindakan tercela insan disertai dengan hukuman yang bakal diperolehnya,
tetapi pun perbuatan baik insan dan pahala.
Secara borongan adalahpenggambaran kehidupan insan dalam lingkaran bermunculan - hidup - mati (samsara) yang tidak pernah berakhir, dan oleh agama Buddha rantai tersebutlah yang akan diselesaikan untuk mengarah ke kesempurnaan
LALITAWISTARA
Merupakan penggambaran riwayat Sang Buddha dalam barisan relief-relief (tetapi bukan adalahriwayat yang menyeluruh )
yang dibuka dari turunnya Sang Buddha dari sorga Tusita, dan selesai dengan wejangan kesatu di Taman Rusa dekat kota Banaras.
Relief ini berjajar dari tangga pada sisi sebelah selatan, sesudah melampui barisan relief sejumlah 27 pigura yang dibuka dari tangga sisi timur.
Ke-27 pigura tersebut mencerminkan kesibukan, baik di sorga maupun di dunia, sebagai persiapan guna menyambut hadirnya penjelmaan terakhir Sang Bodhisattwa selaku calon Buddha.
Relief tersebut mencerminkan lahirnya Sang Buddha di arcapada ini sebagai Pangeran Siddhartha, putra Raja Suddhodana dan Permaisuri Maya dari Negeri Kapilawastu.
Relief itu berjumlah 120 pigura, yang selesai dengan wejangan kesatu, yang secara simbolis ditetapkan sebagai Pemutaran Roda Dharma, doktrin Sang Buddha di sebut dharma yang pun berarti "hukum", sementara dharma dicerminkan sebagai roda.
JATAKA DAN AWADANA
Jataka ialah cerita mengenai Sang Buddha sebelum dicetuskan sebagai Pangeran Siddharta.
Isinya adalahpokok penonjolan tindakan baik, yang memisahkan Sang Bodhisattwa dari makhluk beda manapun juga.
Sesungguhnya, pendataan jasa/perbuatan baik adalahtahapan persiapan dalam usaha mengarah ke ketingkat ke-Buddha-an.
Sedangkan Awadana, pada dasarnya nyaris sama dengan Jataka akan namun pelakunya bukan Sang Bodhisattwa, tetapi orang beda dan ceritanya dihimpun dalam buku Diwyawadana yang berarti tindakan mulia kedewaan, dan buku Awadanasataka atau seratus kisah Awadana.
Pada relief candi Borobudur jataka dan awadana, diperlakukan sama, dengan kata lain keduanya ada dalam barisan yang sama tanpa dibedakan.
Himpunan yang sangat terkenal dari kehidupan Sang Bodhisattwa ialah Jatakamala atau untaian kisah Jataka, karya penyair Aryasura dan jang hidup dalam abad ke-4 Masehi.
GANDAWYUHA
Merupakan barisan relief menghiasi dinding lorong ke-2,adalah kisah Sudhana yang berkelana tanpa mengenal lelah dalam usahanya menggali Pengetahuan Tertinggi mengenai Kebenaran Sejati oleh Sudhana.
Penggambarannya dalam 460 pigura didasarkan pada buku suci Buddha Mahayana yang berjudul Gandawyuha, dan guna bagian penutupnya menurut kisah kitab lainnya yakni Bhadracari.
ARCA BUDDHA
Di samping wujud buddha dalam kosmologi buddhis yang terukir di dinding, di Borobudur terdapat tidak sedikit arca buddha duduk bersila dalam posisi lotus serta memperlihatkan mudra atau sikap tangan simbolis tertentu.
Patung buddha dalam relung-relung di tingkat Rupadhatu, ditata menurut deretan di sisi luar pagar langkan.
Jumlahnya semakin berkurang pada sisi atasnya.
Barisan pagar langkan kesatu terdiri dari 104 relung, baris kedua 104 relung, baris ketiga 88 relung , baris keempat 72 relung, dan baris kelima 64 relung.
Jumlah total ada 432 arca Buddha di tingkat Rupadhatu.
Pada unsur Arupadhatu (tiga pelataran melingkar), arca Buddha ditaruh di dalam stupa-stupa berterawang (berlubang).
Pada pelataran melingkar kesatu ada 32 stupa, pelataran kedua 24 stupa, dan pelataran ketiga ada 16 stupa, semuanya total 72 stupa.
Dari jumlah asli sejumlah 504 arca Buddha, lebih dari 300 telah bobrok (kebanyakan tanpa kepala) dan 43 hilang (sejak penemuan monumen ini, kepala buddha sering dicopet sebagai barang koleksi, banyak sekali oleh museum luar negeri).
Secara sepintas seluruh arca buddha ini tampak serupa, akan namun ada perbedaan halus diantaranya, yakni pada mudra atau posisi sikap tangan.
Terdapat lima kelompok mudra: Utara, Timur, Selatan, Barat, dan Tengah, kesemuanya menurut lima arah utama kompas menurut doktrin Mahayana.
Keempat pagar langkan mempunyai empat mudra: Utara, Timur, Selatan, dan Barat,
dimana setiap arca buddha yang menghadap arah tersebut memperlihatkan mudra yang khas.
Arca Buddha pada pagar langkan kelima dan arca buddha di dalam 72 stupa berterawang di pelataran atas memperlihatkan mudra: Tengah atau Pusat.
Masing-masing mudra menggambarkan lima Dhyani Buddha;
masing-masing dengan arti simbolisnya tersendiri
Borobudur ialah nama suatu candi Buddha yang terletak di Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang
yang letaknya sebelah unsur selatan + 15 km sebelah unsur selatan kota Magelang dataran kedu yang berbukit nyaris seluruhnya di kelilingi pegunungan, pegunungan yang mengelilingi Candi Borobudur di antaranya di sebelah unsur timur ada Gunung Merbabu dan Gunung Merapi Barat, Laut Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro.
Dalam etnis Tionghoa, candi ini disebut pun 婆羅浮屠 (Hanyu Pinyin: pó luó fú tú) dalam bahasa Mandarin.
ASAL USUL SEJARAH SINGKAT CANDI BOROBUDUR
WAKTU DIDIRIKAN
Banyak kitab – kitab sejarah yang menyebutkan mengenai Candi Borobudur akan namun kapan Candi Borobudur tersebut di dirikan tidaklah bisa di ketahui secara pasti
namun suatu estimasi dapat di peroleh dengan artikel singkat yang di pahatkan di atas pigura relief kaki pribumi Candi Borobudur ( Karwa Wibhangga )
menunjukan huruf sejenis dengan yang di dapatkan dari prasati di akhir abad ke – 8 sampai mula abad ke – 9
dari bukti – bukti itu dapat di tarik benang merah bahwa Candi Borobudur di dirikan selama tahun 800 M.
Kesimpulan itu di atas tersebut ternyata cocok benar dengan dengan kerangka sejarah Indonesia pada lazimnya dan pun sejarah yang berada di wilayah jawa tengah pada khususnya
periode antara abad ke – 8 dan pertengahan abad ke – 9 di familiar dengan abad Emas Wangsa Syailendra
kejayaan ini di tandai di bangunnya sebanyak besar candi yang di lereng – lereng gunung banyak sekali berdiri khas bangunan hindu sementara yang bertebaran di dataran – dataran ialah khas bangunan Budha namun ada pun sebagian khas Hindu
Dengan demikian bisa di tarik benang merah bahwa Candi Borobudur di bangun oleh wangsa Syailendra yang familiar dalam sejarah sebab karena usaha guna menjunjung tinggi dan memuliakan agama Budha Mahayana.
Tahap Pembangunan Borobudur
Tahap kesatu
Masa pembangunan Borobudur tidak diketahui tentu (diperkirakan antara 750 dan 850 M). Pada tadinya dibangun tata susun bertingkat. Sepertinya dirancang sebagai piramida berundak. tetapi lantas diubah. Sebagai bukti terdapat tata susun yang dibongkar.
Tahap kedua
Pondasi Borobudur diperlebar, diperbanyak dengan dua undak persegi dan satu undak lingkaran yang langsung diserahkan stupa induk besar.
Tahap ketiga
Undak atas lingkaran dengan stupa induk besar dirombak dan dihilangkan dan diganti tiga undak lingkaran. Stupa-stupa di bina pada puncak undak-undak ini dengan satu stupa besar di tengahnya.
Tahap keempat
Ada evolusi kecil seperti penciptaan relief evolusi tangga dan lengkung atas pintu.
PENEMUAN KEMBALI
Borobudur yang menjadi keganjilan dunia menjulang tinggi antara dataran rendah di sekelilingnya.
Tidak bakal pernah masuk akal mereka menyaksikan karya seni terbesar yang adalahhasil karya paling mengagumkan dan tidak lebih masuk akal lagi bila disampaikan Candi Borobudur pernah merasakan kerusakan
Memang demikian keadaannya Candi Borobudur terlupakan sekitar tenggang masa-masa yang lumayan lama bahkan hingga berabad – abad bangunan yang begitu megahnya di hadapkan pada proses kehancuran.
Kira – kira melulu 150 tahun Candi Borobudur di pakai sebagai pusat Ziarah, masa-masa yang singkat di bandingkan dengan usianya saat pekerja menghiasi / membina bukit alam Candi Borobudur dengan batu – batu di bawah pemerintahan yang paling terkenal yakni SAMARATUNGGA,
sekitar tahun 800 – an dengan berakhirnya kerajaan Mataram tahu 930 M pusat kehidupan dan kebudayaan jawa bergeser ke timur
Demikian sebab terbengkalai tak terurus maka lama – lama di sana – sini tumbuh macam – macam tumbuhan binal yang lama kelamaan menjadi rimbun dan menutupi bangunannya.
Pada kira – kira abad ke – 10 Candi Borobudur terlantar dan terlupakan.
Baru pada tahun 1814 M berkat usaha Sir Thomas Stamford Rafles Candi Borobudur hadir dari kegelapan masa silam.
Rafles ialah Letnan Gubernur Jendral Inggris, saat Indonesia di kuasai / di jajah Inggris pada tahun 1811 M –1816 M.
Pada tahun 1835 M semua candi dilepaskan dari apa yang menjadi penghalang pemandangan oleh Presiden kedua yang mempunyai nama Hartman,
karena begitu tertariknya terhadap Candi Borobudur sampai-sampai ia mengusahakan pembersihan lebih lanjut,
puing –puing yang masih menutupi candi di singkirkan dan tanah yang menutupi lorong – lorong dari bangunan candi di singkirkan semua sampai-sampai candi lebih baik di bandingkan sebelumnya.
Foto Pertama Candi Borobudur dari tahun 1873, bendera Belanda nampak pada stupa utama candi
PENYELAMATAN 1
Semenjak Candi Borobudur di temukan dimulailah usaha perbaikan dan pemugaran pulang bangunan Candi Borobudur
mula – awal hanya dilaksanakan secara kecil – kecilan serta penciptaan gambar – gambar dan photo – photo reliefnya.
Pemugaran Candi Borobudur yang kesatu kali dilaksanakan pada tahun 1907 M – 1911 M di bawah pimpinan Tuan Van erf dengan maksudnya ialah untuk menghindari kehancuran – kehancuran yang lebih banyak lagi dari bangunan Candi Borobudur
Teras tertinggi sesudah restorasi Van Erp
walaupun tidak sedikit bagian tembok atau dinding – dinding khususnya tingkat tiga dari bawah sebelah Barat Laut, Utara dan Timur Laut yang masih tampak oleng dan paling mengkhawatirkan untuk para pengunjung maupun bangunannya sendiri tetapi pekerjaan Van Erp itu untuk sedangkan Candi Borobudur bisa di selamatkan dari kehancuran yang lebih besar.
Mengenai gapura – gapura hanya sejumlah saja yang sudah di lakukan masa tersebut telah membalikkan kejayaan masa silam,
namun pun perlu di sadari bahwa tahun – tahun yang dilewati borobudur sekitar tersembunyi di semak – semak secara tidak langsung sudah menutupi dan mengayomi dari cuaca buruk yang barangkali dapat merusak bangunan Candi Borobudur,
Van Erp berasumsi miring dan meleseknya dinding – dinding dari bangunan tersebut tidak paling membahayakan bangunan itu,
Pendapat tersebut sampai 50 tahun lantas memang tidak salah bakal tetapi semenjak tahun 1960 M pendapat Tuan Van erf tersebut mulai di ragukan dan di khawatirkan bakal ada kehancuran yang lebih parah
PEMUGARAN CANDI BOROBUDUR
Pemugaran Candi Borobudur di mulai tanggal 10 Agustus 1973
prasati dimulainya kegiatan pemugaran Candi Borobudur terletak di sebelah Barat Laut Menghadap ke timur
karyawan pemugaran tidak tidak cukup dari 600 orang diantaranya terdapat tenaga – tenaga muda alumni SMA dan SIM
bangunan yang memang diserahkan pendidikan terutama mengenai teori dan praktek dalam bidang Chemika Arkeologi ( CA ) dan Teknologi Arkeologi ( TA )
Teknologi Arkeologi bertugas merombak dan memasang batu - batu Candi Borobudur sementara Chemika Arkeologi bertugas mencuci serta membetulkan batu – batu yang telah retak dan pecah,
pekerjaan – pekerjan di atas mempunyai sifat arkeologi seluruh di tangani oleh badan pemugaran Candi Borobudur,
sedangkan kegiatan yang mempunyai sifat teknis laksana penyediaan transportasi pengadaaan bahan – bahan bangunan di tangani oleh kontraktor
( PT NIDYA KARYA dan THE CONTRUCTION AND DEVELOPMENT CORPORATION OF THE FILIPINE ).
Bagian – unsur Candi Borobudur yang di pugar merupakan bagian Rupadhatu yaitu lokasi tingkat dari bawah yang berbentuk bujur sangkar sementara kaki Candi Borobudur serta teras I, II, III dan stupa induk ikut di pugar pemugaran berlalu pada tanggal 23 Februari 1983 M di bawah pimpinan DR Soekmono dengan di tandai suatu batu prasati seberat + 20 Ton.
Prasasti peresmian selesainya pemugaran sedang di halaman barat dengan batu yang paling besar di buatkan dengan dua unsur satu menghadap ke unsur utara satu lagi menghadap ke timur
penulisan dalam prasasti itu di tanda tangani langsung oleh tenaga yang berpengalaman dan terampil dari Yogyakarta yang bekerja pada proyek pemugaran Candi Borobudur.
Ikhtisar Waktu Proses Pemugaran Candi borobudur
1814 - Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jenderal Britania Raya di Jawa, mendengar adanya penemuan benda purbakala di desa Borobudur.
Raffles menyuruh H.C. Cornelius guna menyelidiki tempat penemuan, berupa bukit yang diisi semak belukar.
1873 - monografi kesatu mengenai candi diterbitkan.
1900 - pemerintahan Hindia Belanda memutuskan sebuah panitia pemugaran dan perawatan candi Borobudur.
1907 - Theodoor van Erp memimpin pemugaran sampai tahun 1911.
1926 - Borobudur dipugar kembali, namun terhenti pada tahun 1940 dampak krisis malaise dan Perang Dunia II.
1956 - Pemerintah Indonesia meminta pertolongan UNESCO.
Prof. Dr. C. Coremans datang ke Indonesia dari Belgia untuk menganalisis sebab-sebab kehancuran Borobudur.
1963 - Pemerintah Indonesia menerbitkan surat keputusan guna memugar Borobudur, namun berantakan sesudah terjadi peristiwa G-30-S.
1968 - Pada konferensi-15 di Perancis, UNESCO setuju guna memberi pertolongan untuk mengamankan Borobudur.
1971 - Pemerintah Indonesia menyusun badan pemugaran Borobudur yang diketuai Prof.Ir.Roosseno.
1972 - International Consultative Committee disusun dengan melibatkan sekian banyak negara dan Roosseno sebagai ketuanya.
Komite yang disponsori UNESCO meluangkan 5 juta dolar Amerika Serikat dari ongkos pemugaran 7.750 juta dolar Amerika Serikat.
Sisanya ditanggung Indonesia.
10 Agustus 1973 - Presiden Soeharto meresmikan dimulainya pemugaran Borobudur; pemugaran berlalu pada tahun 1984
21 Januari 1985 - terjadi serangan bom yang merusakkan sejumlah stupa pada Candi Borobudur yang lantas segera dibetulkan kembali.
Serangan dilaksanakan oleh kumpulan Islam ekstremis yang dipimpin oleh Husein Ali Al Habsyi.
1991 - Borobudur diputuskan sebagai Warisan Dunia UNESCO.
BAtu Peringatan Pemugaran candi Borobudur dengan pertolongan UNESCO
ASAL USUL NAMA BOROBUDUR
Banyak teori yang berjuang menjelaskan nama candi ini.
Salah satunya mengaku bahwa nama ini bisa jadi berasal dari kata Sambharabhudhara, yaitu dengan kata lain "gunung" (bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras.
Selain tersebut terdapat sejumlah etimologi rakyat lainnya.
Misalkan kata borobudur berasal dari perkataan "para Buddha" yang sebab pergeseran bunyi menjadi borobudur.
Penjelasan lain merupakan bahwa nama ini berasal dari dua kata "bara" dan "beduhur".
Kata bara konon berasal dari kata vihara, sedangkan ada pula keterangan lain di mana bara berasal dari bahasa Sansekerta yang dengan kata lain kompleks candi atau biara dan beduhur dengan kata lain ialah "tinggi", atau mengingatkan dalam bahasa Bali yang berarti "di atas".
Jadi maksudnya merupakan sebuah biara atau asrama yang sedang di tanah tinggi.
Sejarawan J.G. de Casparis dalam disertasinya guna mendapatkan gelar doktor pada 1950 berasumsi bahwa Borobudur ialah tempat pemujaan.
Berdasarkan prasasti Karangtengah dan Kahulunan, Casparis memperkirakan pendiri Borobudur ialah raja Mataram dari wangsa Syailendra mempunyai nama Samaratungga, yang mengerjakan pembangunan selama tahun 824 M.
Bangunan raksasa tersebut baru dapat ditamatkan pada masa putrinya, Ratu Pramudawardhani.
Pembangunan Borobudur diduga memakan waktu separuh abad.
Dalam prasasti Karangtengah pula dilafalkan mengenai penganugerahan tanah sima (tanah bebas pajak) oleh Çrī Kahulunan (Pramudawardhani) untuk merawat Kamūlān yang dinamakan Bhūmisambhāra.
Istilah Kamūlān sendiri berasal dari kata awal yang berarti lokasi asal muasal, bangunan suci untuk menghormati leluhur,
kemungkinan leluhur dari wangsa Sailendra.
Casparis memperkirakan bahwa Bhūmi Sambhāra Bhudhāra dalam bahasa sansekerta yang berarti "Bukit himpunan kebaikan sepuluh tingkatan boddhisattwa", ialah nama pribumi Borobudur.
BANGUNAN CANDI BOROBUDUR
URAIAN BANGUNAN CANDI BOROBUDUR
Candi Borobudur di bangun mengunakan batu Adhesit sejumlah 55.000 M3
bangunan Candi Borobudur berbentuk limas yang berundak – undak dengan tangga naik pada ke – 4 sisinya ( Utara, selatan, Timur Dan Barat )
pada Candi Borobudur tidak terdapat ruangan di mana orang tak dapat masuk melainkan dapat naik ke atas saja.
Lebar bangunan Candi Borobudur 123 M
Panjang bangunan Candi Borobudur 123 M
Pada sudut yang membelok 113 M
Dan tinggi bangunan Candi Borobudur 30.5 M
Pada kaki yang pribumi di di blokir oleh batu Adhesit sejumlah 12.750 M3 sebagai selasar undaknya.
Candi Borobudur mempunyai struktur dasar punden berundak, dengan enam pelataran berbentuk bujur sangkar, tiga pelataran berbentuk bundar melingkar dan suatu stupa utama sebagai puncaknya.
Selain tersebut tersebar di seluruh pelatarannya sejumlah stupa.
Sepuluh pelataran yang dipunyai Borobudur mencerminkan secara jelas filsafat mazhab Mahayana.
Bagaikan suatu kitab, Borobudur mencerminkan sepuluh tingkatan Bodhisattva yang mesti dilewati untuk menjangkau kesempurnaan menjadi Buddha.
Bagian kaki Borobudur menggambarkan Kamadhatu, yakni dunia yang masih dikuasai oleh kama atau "nafsu rendah".
Bagian ini mayoritas tertutup oleh tumpukan batu yang diduga diciptakan untuk memperkuat konstruksi candi.
Pada unsur yang tertutup struktur ekstra ini ada 120 panel kisah Kammawibhangga.
Sebagian kecil struktur tambahan tersebut disisihkan sampai-sampai orang masih dapat menyaksikan relief pada unsur ini.
Empat lantai dengan dinding berelief di atasnya oleh para berpengalaman dinamakan Rupadhatu.
Lantainya berbentuk persegi.
Rupadhatu ialah dunia yang telah dapat melepaskan diri dari nafsu, namun masih terbelenggu oleh rupa dan bentuk.
Tingkatan ini menggambarkan alam antara yakni, antara alam bawah dan alam atas.
Pada unsur Rupadhatu ini patung-patung Buddha ada pada ceruk-ceruk dinding di atas ballustrade atau selasar.
Mulai lantai kelima sampai ketujuh dindingnya tidak berelief.
Tingkatan ini disebut Arupadhatu (yang berarti tidak berupa atau tidak berwujud).
Denah lantai berbentuk lingkaran.
Tingkatan ini menggambarkan alam atas, di mana insan sudah bebas dari segala kemauan dan ikatan format dan rupa, tetapi belum menjangkau nirwana.
Patung-patung Buddha ditempatkan di dalam stupa yang diblokir berlubang-lubang laksana dalam kurungan.
Dari luar patung-patung tersebut masih terlihat samar-samar.
Tingkatan tertinggi yang mencerminkan ketiadaan wujud dicerminkan berupa stupa yang terbesar dan tertinggi.
Stupa dicerminkan polos tanpa lubang-lubang.
Di dalam stupa terbesar ini pernah ditemukan patung Buddha yang tidak sempurna atau disebut pun unfinished Buddha, yang disalahsangkakan sebagai patung Adibuddha, padahal melewati penelitian lebih lanjut tidak pernah terdapat patung pada stupa utama, patung yang tidak selesai tersebut merupakan kekeliruan pemahatnya pada zaman dahulu.
menurut keyakinan patung yang salah dalam proses pembuatannya memang jangan dirusak.
Penggalian arkeologi yang dilaksanakan di halaman candi ini menemukan tidak sedikit patung laksana ini.
Di masa lalu, sejumlah patung Buddha bareng dengan 30 batu dengan relief, dua patung singa, sejumlah batu berbentuk kala, tangga dan gerbang diantarkan kepada Raja Thailand, Chulalongkorn yang mendatangi Hindia Belanda (kini Indonesia) pada tahun 1896 sebagai hadiah dari pemerintah Hindia Belanda saat itu.
Borobudur tidak mempunyai ruang-ruang pemujaan laksana candi-candi lain.
Yang ada merupakan lorong-lorong panjang yang adalahjalan sempit.
Lorong-lorong diberi batas dinding mengelilingi candi tingkat demi tingkat.
Di lorong-lorong berikut umat Buddha diduga melakukan upacara berlangsung kaki mengelilingi candi ke arah kanan.
Bentuk bangunan tanpa ruangan dan struktur bertingkat-tingkat ini diperkirakan adalahperkembangan dari format punden berundak, yang merupakan format arsitektur pribumi dari masa prasejarah Indonesia.
Struktur Borobudur bila disaksikan dari atas menyusun struktur Mandala.
Struktur Borobudur tidak menggunakan semen sama sekali, tetapi sistem interlock yaitu laksana balok-balok Lego yang dapat menempel tanpa lem.
PATUNG
Di dalam bangunan Budha ada patung – patung Budha berjumlah 504 buah diantaranya sebagai berikut:
Patung Budha yang ada pada relung – relung : 432 Buah
Sedangkan pada teras – teras I, II, III berjumlah : 72 Buah
Jumlah : 504 Buah
Agar lebih jelas rangkaian – rangkaian patung Budha pada Budha sebagai berikut:
1. Langkah I Teradapat : 104 Patung Budha
2. Langkah II Terdapat : 104 Patung Budha
3. Langkah III Terdapat : 88 Patung Budha
4. Langkah IV Terdapat : 22 Patung Budha
5. Langkah V Terdapat : 64 Patung Budha
6. Teras Bundar I Terdapat : 32 Patung Budha
7. Teras Bundar II Terdapat : 24 Patung Budha
8. Teras Bundar III Terdapat : 16 Patung Budha
Jumlah : 504 Patung Budha
Sekilas patung Budha tersebut tampak serupa semuanya tetapi sesunguhnya ada pun perbedaannya perbedaan yang paling jelas dan pun yang memisahkan satu sama lainya ialah dalam sikap tangannya yang di sebut Mudra dan merupakan karakteristik untuk masing-masing patung
sikap tangan patung Budha di Candi Borobudur terdapat 6 macam melulu saja sebab macam oleh sebab macam mudra yang di miliki menghadap seluruh arah (Timur Selatan Barat dan Utara) pada unsur rupadhatu tahapan V maupun pada unsur arupadhatu pada umumnya mencerminkan maksud yang sama maka jumlah mudra yang pokok terdapat 5
kelima mudra itu ialah Bhumispara – Mudra Wara – Mudra, Dhayana – Mudra, Abhaya – Mudra, Dharma Cakra – Mudra.
PATUNG SINGA
Pada Candi Borobudur di samping patung Budha pun ada patung singa jumlah patung singa seharusnya tidak tidak cukup dari 32 buah akan namun bila di hitung kini jumlahnya berkurang karena sekian banyak sebab satu satunya patung singa besar berada pada halaman sisi Barat yang pun menghadap ke barat seolah – olah sedang mengawal bangunan Candi Borobudur yang megah dan anggun.
STUPA
- Stupa Induk
Berukuran lebih banyak dari stupa – stupa lainya dan terletak di tengah – tengah sangat atas yang adalahmhkota dari semua monumen bangunan Candi Borobudur,
garis tengah Stupa induk + 9.90 M puncak yang tertinggi di sebut pinakel / Yasti Cikkara, terletak di atas Padmaganda dan pun trletak di garis Harmika.
- Stupa Berlubang / Terawang
Yang dimaksud stupa berlubang atau terawang merupakan Stupa yang ada pada teras I, II, III di mana di dalamnya ada patung Budha.
Di Candi Borobudur jumlah stupa berlubang seluruhnya 72 Buah, stupa – stupa itu berada pada tingkat Arupadhatu
Teras I ada 32 Stupa
Teras II ada 24 Stupa
Teras III ada 16 Stupa
Jumlah 72 Stupa
- Stupa kecil
Stupa kecil berbentuk nyaris sama dengan stupa yang lainya melulu saja perbedaannya yang menojol ialah ukurannya yang lebih kecil dari stupa yang lainya, seolah – olah menjadi dekorasi bangunan Candi Borobudur keberadaanstupa ini menduduki relung – relung pada tahapan ke II saampai tahapan ke V sementara pada tahapan I berupa Keben dan beberapa berupa Stupa kecil jumlah stupa kecil terdapat 1472 Buah.
RELIEF
Di masing-masing tingkatan dipahat relief-relief pada dinding candi.
Relief-relief ini dibaca cocok arah jarum jam atau dinamakan mapradaksina dalam bahasa Jawa Kuna yang berasal dari bahasa Sansekerta daksina yang dengan kata lain ialah timur.
Relief-relief ini bermacam-macam isi ceritanya, antara beda relief-relief kisah jātaka.
Pembacaan cerita-cerita relief ini senantiasa dimulai, dan selesai pada pintu gerbang sisi unsur timur di masing-masing tingkatnya, mulainya di sebelah kiri dan selesai di sebelah kanan pintu gerbang itu.
Maka secara nyata bahwa sebelah timur ialah tangga naik yang bahwasannya (utama) dan mengarah ke puncak candi, dengan kata lain bahwa candi menghadap ke unsur timur meskipun sisi-sisi lainnya serupa benar.
Secara runtutan, maka kisah pada relief candi secara singkat bermakna inilah ini :
KARMAWIBHANGGA
Sesuai dengan arti simbolis pada kaki candi,
relief yang menghiasi dinding batur yang terselubung tersebut mencerminkan hukum karma.
Deretan relief itu bukan merupakan kisah seri (serial),
tetapi pada masing-masing pigura mencerminkan suatu kisah yang memiliki korelasi karena akibat.
Relief itu tidak saja memberi cerminan terhadap tindakan tercela insan disertai dengan hukuman yang bakal diperolehnya,
tetapi pun perbuatan baik insan dan pahala.
Secara borongan adalahpenggambaran kehidupan insan dalam lingkaran bermunculan - hidup - mati (samsara) yang tidak pernah berakhir, dan oleh agama Buddha rantai tersebutlah yang akan diselesaikan untuk mengarah ke kesempurnaan
LALITAWISTARA
Merupakan penggambaran riwayat Sang Buddha dalam barisan relief-relief (tetapi bukan adalahriwayat yang menyeluruh )
yang dibuka dari turunnya Sang Buddha dari sorga Tusita, dan selesai dengan wejangan kesatu di Taman Rusa dekat kota Banaras.
Relief ini berjajar dari tangga pada sisi sebelah selatan, sesudah melampui barisan relief sejumlah 27 pigura yang dibuka dari tangga sisi timur.
Ke-27 pigura tersebut mencerminkan kesibukan, baik di sorga maupun di dunia, sebagai persiapan guna menyambut hadirnya penjelmaan terakhir Sang Bodhisattwa selaku calon Buddha.
Relief tersebut mencerminkan lahirnya Sang Buddha di arcapada ini sebagai Pangeran Siddhartha, putra Raja Suddhodana dan Permaisuri Maya dari Negeri Kapilawastu.
Relief itu berjumlah 120 pigura, yang selesai dengan wejangan kesatu, yang secara simbolis ditetapkan sebagai Pemutaran Roda Dharma, doktrin Sang Buddha di sebut dharma yang pun berarti "hukum", sementara dharma dicerminkan sebagai roda.
JATAKA DAN AWADANA
Jataka ialah cerita mengenai Sang Buddha sebelum dicetuskan sebagai Pangeran Siddharta.
Isinya adalahpokok penonjolan tindakan baik, yang memisahkan Sang Bodhisattwa dari makhluk beda manapun juga.
Sesungguhnya, pendataan jasa/perbuatan baik adalahtahapan persiapan dalam usaha mengarah ke ketingkat ke-Buddha-an.
Sedangkan Awadana, pada dasarnya nyaris sama dengan Jataka akan namun pelakunya bukan Sang Bodhisattwa, tetapi orang beda dan ceritanya dihimpun dalam buku Diwyawadana yang berarti tindakan mulia kedewaan, dan buku Awadanasataka atau seratus kisah Awadana.
Pada relief candi Borobudur jataka dan awadana, diperlakukan sama, dengan kata lain keduanya ada dalam barisan yang sama tanpa dibedakan.
Himpunan yang sangat terkenal dari kehidupan Sang Bodhisattwa ialah Jatakamala atau untaian kisah Jataka, karya penyair Aryasura dan jang hidup dalam abad ke-4 Masehi.
GANDAWYUHA
Merupakan barisan relief menghiasi dinding lorong ke-2,adalah kisah Sudhana yang berkelana tanpa mengenal lelah dalam usahanya menggali Pengetahuan Tertinggi mengenai Kebenaran Sejati oleh Sudhana.
Penggambarannya dalam 460 pigura didasarkan pada buku suci Buddha Mahayana yang berjudul Gandawyuha, dan guna bagian penutupnya menurut kisah kitab lainnya yakni Bhadracari.
ARCA BUDDHA
Di samping wujud buddha dalam kosmologi buddhis yang terukir di dinding, di Borobudur terdapat tidak sedikit arca buddha duduk bersila dalam posisi lotus serta memperlihatkan mudra atau sikap tangan simbolis tertentu.
Patung buddha dalam relung-relung di tingkat Rupadhatu, ditata menurut deretan di sisi luar pagar langkan.
Jumlahnya semakin berkurang pada sisi atasnya.
Barisan pagar langkan kesatu terdiri dari 104 relung, baris kedua 104 relung, baris ketiga 88 relung , baris keempat 72 relung, dan baris kelima 64 relung.
Jumlah total ada 432 arca Buddha di tingkat Rupadhatu.
Pada unsur Arupadhatu (tiga pelataran melingkar), arca Buddha ditaruh di dalam stupa-stupa berterawang (berlubang).
Pada pelataran melingkar kesatu ada 32 stupa, pelataran kedua 24 stupa, dan pelataran ketiga ada 16 stupa, semuanya total 72 stupa.
Dari jumlah asli sejumlah 504 arca Buddha, lebih dari 300 telah bobrok (kebanyakan tanpa kepala) dan 43 hilang (sejak penemuan monumen ini, kepala buddha sering dicopet sebagai barang koleksi, banyak sekali oleh museum luar negeri).
Secara sepintas seluruh arca buddha ini tampak serupa, akan namun ada perbedaan halus diantaranya, yakni pada mudra atau posisi sikap tangan.
Terdapat lima kelompok mudra: Utara, Timur, Selatan, Barat, dan Tengah, kesemuanya menurut lima arah utama kompas menurut doktrin Mahayana.
Keempat pagar langkan mempunyai empat mudra: Utara, Timur, Selatan, dan Barat,
dimana setiap arca buddha yang menghadap arah tersebut memperlihatkan mudra yang khas.
Arca Buddha pada pagar langkan kelima dan arca buddha di dalam 72 stupa berterawang di pelataran atas memperlihatkan mudra: Tengah atau Pusat.
Masing-masing mudra menggambarkan lima Dhyani Buddha;
masing-masing dengan arti simbolisnya tersendiri
Borobudur ialah nama suatu candi Buddha yang terletak di Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang
yang letaknya sebelah unsur selatan + 15 km sebelah unsur selatan kota Magelang dataran kedu yang berbukit nyaris seluruhnya di kelilingi pegunungan, pegunungan yang mengelilingi Candi Borobudur di antaranya di sebelah unsur timur ada Gunung Merbabu dan Gunung Merapi Barat, Laut Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro.
Dalam etnis Tionghoa, candi ini disebut pun 婆羅浮屠 (Hanyu Pinyin: pó luó fú tú) dalam bahasa Mandarin.
ASAL USUL SEJARAH SINGKAT CANDI BOROBUDUR
WAKTU DIDIRIKAN
Banyak kitab – kitab sejarah yang menyebutkan mengenai Candi Borobudur akan namun kapan Candi Borobudur tersebut di dirikan tidaklah bisa di ketahui secara pasti
namun suatu estimasi dapat di peroleh dengan artikel singkat yang di pahatkan di atas pigura relief kaki pribumi Candi Borobudur ( Karwa Wibhangga )
menunjukan huruf sejenis dengan yang di dapatkan dari prasati di akhir abad ke – 8 sampai mula abad ke – 9
dari bukti – bukti itu dapat di tarik benang merah bahwa Candi Borobudur di dirikan selama tahun 800 M.
Kesimpulan itu di atas tersebut ternyata cocok benar dengan dengan kerangka sejarah Indonesia pada lazimnya dan pun sejarah yang berada di wilayah jawa tengah pada khususnya
periode antara abad ke – 8 dan pertengahan abad ke – 9 di familiar dengan abad Emas Wangsa Syailendra
kejayaan ini di tandai di bangunnya sebanyak besar candi yang di lereng – lereng gunung banyak sekali berdiri khas bangunan hindu sementara yang bertebaran di dataran – dataran ialah khas bangunan Budha namun ada pun sebagian khas Hindu
Dengan demikian bisa di tarik benang merah bahwa Candi Borobudur di bangun oleh wangsa Syailendra yang familiar dalam sejarah sebab karena usaha guna menjunjung tinggi dan memuliakan agama Budha Mahayana.
Tahap Pembangunan Borobudur
Tahap kesatu
Masa pembangunan Borobudur tidak diketahui tentu (diperkirakan antara 750 dan 850 M). Pada tadinya dibangun tata susun bertingkat. Sepertinya dirancang sebagai piramida berundak. tetapi lantas diubah. Sebagai bukti terdapat tata susun yang dibongkar.
Tahap kedua
Pondasi Borobudur diperlebar, diperbanyak dengan dua undak persegi dan satu undak lingkaran yang langsung diserahkan stupa induk besar.
Tahap ketiga
Undak atas lingkaran dengan stupa induk besar dirombak dan dihilangkan dan diganti tiga undak lingkaran. Stupa-stupa di bina pada puncak undak-undak ini dengan satu stupa besar di tengahnya.
Tahap keempat
Ada evolusi kecil seperti penciptaan relief evolusi tangga dan lengkung atas pintu.
PENEMUAN KEMBALI
Borobudur yang menjadi keganjilan dunia menjulang tinggi antara dataran rendah di sekelilingnya.
Tidak bakal pernah masuk akal mereka menyaksikan karya seni terbesar yang adalahhasil karya paling mengagumkan dan tidak lebih masuk akal lagi bila disampaikan Candi Borobudur pernah merasakan kerusakan
Memang demikian keadaannya Candi Borobudur terlupakan sekitar tenggang masa-masa yang lumayan lama bahkan hingga berabad – abad bangunan yang begitu megahnya di hadapkan pada proses kehancuran.
Kira – kira melulu 150 tahun Candi Borobudur di pakai sebagai pusat Ziarah, masa-masa yang singkat di bandingkan dengan usianya saat pekerja menghiasi / membina bukit alam Candi Borobudur dengan batu – batu di bawah pemerintahan yang paling terkenal yakni SAMARATUNGGA,
sekitar tahun 800 – an dengan berakhirnya kerajaan Mataram tahu 930 M pusat kehidupan dan kebudayaan jawa bergeser ke timur
Demikian sebab terbengkalai tak terurus maka lama – lama di sana – sini tumbuh macam – macam tumbuhan binal yang lama kelamaan menjadi rimbun dan menutupi bangunannya.
Pada kira – kira abad ke – 10 Candi Borobudur terlantar dan terlupakan.
Baru pada tahun 1814 M berkat usaha Sir Thomas Stamford Rafles Candi Borobudur hadir dari kegelapan masa silam.
Rafles ialah Letnan Gubernur Jendral Inggris, saat Indonesia di kuasai / di jajah Inggris pada tahun 1811 M –1816 M.
Pada tahun 1835 M semua candi dilepaskan dari apa yang menjadi penghalang pemandangan oleh Presiden kedua yang mempunyai nama Hartman,
karena begitu tertariknya terhadap Candi Borobudur sampai-sampai ia mengusahakan pembersihan lebih lanjut,
puing –puing yang masih menutupi candi di singkirkan dan tanah yang menutupi lorong – lorong dari bangunan candi di singkirkan semua sampai-sampai candi lebih baik di bandingkan sebelumnya.
Foto Pertama Candi Borobudur dari tahun 1873, bendera Belanda nampak pada stupa utama candi
PENYELAMATAN 1
Semenjak Candi Borobudur di temukan dimulailah usaha perbaikan dan pemugaran pulang bangunan Candi Borobudur
mula – awal hanya dilaksanakan secara kecil – kecilan serta penciptaan gambar – gambar dan photo – photo reliefnya.
Pemugaran Candi Borobudur yang kesatu kali dilaksanakan pada tahun 1907 M – 1911 M di bawah pimpinan Tuan Van erf dengan maksudnya ialah untuk menghindari kehancuran – kehancuran yang lebih banyak lagi dari bangunan Candi Borobudur
Teras tertinggi sesudah restorasi Van Erp
walaupun tidak sedikit bagian tembok atau dinding – dinding khususnya tingkat tiga dari bawah sebelah Barat Laut, Utara dan Timur Laut yang masih tampak oleng dan paling mengkhawatirkan untuk para pengunjung maupun bangunannya sendiri tetapi pekerjaan Van Erp itu untuk sedangkan Candi Borobudur bisa di selamatkan dari kehancuran yang lebih besar.
Mengenai gapura – gapura hanya sejumlah saja yang sudah di lakukan masa tersebut telah membalikkan kejayaan masa silam,
namun pun perlu di sadari bahwa tahun – tahun yang dilewati borobudur sekitar tersembunyi di semak – semak secara tidak langsung sudah menutupi dan mengayomi dari cuaca buruk yang barangkali dapat merusak bangunan Candi Borobudur,
Van Erp berasumsi miring dan meleseknya dinding – dinding dari bangunan tersebut tidak paling membahayakan bangunan itu,
Pendapat tersebut sampai 50 tahun lantas memang tidak salah bakal tetapi semenjak tahun 1960 M pendapat Tuan Van erf tersebut mulai di ragukan dan di khawatirkan bakal ada kehancuran yang lebih parah
PEMUGARAN CANDI BOROBUDUR
Pemugaran Candi Borobudur di mulai tanggal 10 Agustus 1973
prasati dimulainya kegiatan pemugaran Candi Borobudur terletak di sebelah Barat Laut Menghadap ke timur
karyawan pemugaran tidak tidak cukup dari 600 orang diantaranya terdapat tenaga – tenaga muda alumni SMA dan SIM
bangunan yang memang diserahkan pendidikan terutama mengenai teori dan praktek dalam bidang Chemika Arkeologi ( CA ) dan Teknologi Arkeologi ( TA )
Teknologi Arkeologi bertugas merombak dan memasang batu - batu Candi Borobudur sementara Chemika Arkeologi bertugas mencuci serta membetulkan batu – batu yang telah retak dan pecah,
pekerjaan – pekerjan di atas mempunyai sifat arkeologi seluruh di tangani oleh badan pemugaran Candi Borobudur,
sedangkan kegiatan yang mempunyai sifat teknis laksana penyediaan transportasi pengadaaan bahan – bahan bangunan di tangani oleh kontraktor
( PT NIDYA KARYA dan THE CONTRUCTION AND DEVELOPMENT CORPORATION OF THE FILIPINE ).
Bagian – unsur Candi Borobudur yang di pugar merupakan bagian Rupadhatu yaitu lokasi tingkat dari bawah yang berbentuk bujur sangkar sementara kaki Candi Borobudur serta teras I, II, III dan stupa induk ikut di pugar pemugaran berlalu pada tanggal 23 Februari 1983 M di bawah pimpinan DR Soekmono dengan di tandai suatu batu prasati seberat + 20 Ton.
Prasasti peresmian selesainya pemugaran sedang di halaman barat dengan batu yang paling besar di buatkan dengan dua unsur satu menghadap ke unsur utara satu lagi menghadap ke timur
penulisan dalam prasasti itu di tanda tangani langsung oleh tenaga yang berpengalaman dan terampil dari Yogyakarta yang bekerja pada proyek pemugaran Candi Borobudur.
Ikhtisar Waktu Proses Pemugaran Candi borobudur
1814 - Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jenderal Britania Raya di Jawa, mendengar adanya penemuan benda purbakala di desa Borobudur.
Raffles menyuruh H.C. Cornelius guna menyelidiki tempat penemuan, berupa bukit yang diisi semak belukar.
1873 - monografi kesatu mengenai candi diterbitkan.
1900 - pemerintahan Hindia Belanda memutuskan sebuah panitia pemugaran dan perawatan candi Borobudur.
1907 - Theodoor van Erp memimpin pemugaran sampai tahun 1911.
1926 - Borobudur dipugar kembali, namun terhenti pada tahun 1940 dampak krisis malaise dan Perang Dunia II.
1956 - Pemerintah Indonesia meminta pertolongan UNESCO.
Prof. Dr. C. Coremans datang ke Indonesia dari Belgia untuk menganalisis sebab-sebab kehancuran Borobudur.
1963 - Pemerintah Indonesia menerbitkan surat keputusan guna memugar Borobudur, namun berantakan sesudah terjadi peristiwa G-30-S.
1968 - Pada konferensi-15 di Perancis, UNESCO setuju guna memberi pertolongan untuk mengamankan Borobudur.
1971 - Pemerintah Indonesia menyusun badan pemugaran Borobudur yang diketuai Prof.Ir.Roosseno.
1972 - International Consultative Committee disusun dengan melibatkan sekian banyak negara dan Roosseno sebagai ketuanya.
Komite yang disponsori UNESCO meluangkan 5 juta dolar Amerika Serikat dari ongkos pemugaran 7.750 juta dolar Amerika Serikat.
Sisanya ditanggung Indonesia.
10 Agustus 1973 - Presiden Soeharto meresmikan dimulainya pemugaran Borobudur; pemugaran berlalu pada tahun 1984
21 Januari 1985 - terjadi serangan bom yang merusakkan sejumlah stupa pada Candi Borobudur yang lantas segera dibetulkan kembali.
Serangan dilaksanakan oleh kumpulan Islam ekstremis yang dipimpin oleh Husein Ali Al Habsyi.
1991 - Borobudur diputuskan sebagai Warisan Dunia UNESCO.
BAtu Peringatan Pemugaran candi Borobudur dengan pertolongan UNESCO
ASAL USUL NAMA BOROBUDUR
Banyak teori yang berjuang menjelaskan nama candi ini.
Salah satunya mengaku bahwa nama ini bisa jadi berasal dari kata Sambharabhudhara, yaitu dengan kata lain "gunung" (bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras.
Selain tersebut terdapat sejumlah etimologi rakyat lainnya.
Misalkan kata borobudur berasal dari perkataan "para Buddha" yang sebab pergeseran bunyi menjadi borobudur.
Penjelasan lain merupakan bahwa nama ini berasal dari dua kata "bara" dan "beduhur".
Kata bara konon berasal dari kata vihara, sedangkan ada pula keterangan lain di mana bara berasal dari bahasa Sansekerta yang dengan kata lain kompleks candi atau biara dan beduhur dengan kata lain ialah "tinggi", atau mengingatkan dalam bahasa Bali yang berarti "di atas".
Jadi maksudnya merupakan sebuah biara atau asrama yang sedang di tanah tinggi.
Sejarawan J.G. de Casparis dalam disertasinya guna mendapatkan gelar doktor pada 1950 berasumsi bahwa Borobudur ialah tempat pemujaan.
Berdasarkan prasasti Karangtengah dan Kahulunan, Casparis memperkirakan pendiri Borobudur ialah raja Mataram dari wangsa Syailendra mempunyai nama Samaratungga, yang mengerjakan pembangunan selama tahun 824 M.
Bangunan raksasa tersebut baru dapat ditamatkan pada masa putrinya, Ratu Pramudawardhani.
Pembangunan Borobudur diduga memakan waktu separuh abad.
Dalam prasasti Karangtengah pula dilafalkan mengenai penganugerahan tanah sima (tanah bebas pajak) oleh Çrī Kahulunan (Pramudawardhani) untuk merawat Kamūlān yang dinamakan Bhūmisambhāra.
Istilah Kamūlān sendiri berasal dari kata awal yang berarti lokasi asal muasal, bangunan suci untuk menghormati leluhur,
kemungkinan leluhur dari wangsa Sailendra.
Casparis memperkirakan bahwa Bhūmi Sambhāra Bhudhāra dalam bahasa sansekerta yang berarti "Bukit himpunan kebaikan sepuluh tingkatan boddhisattwa", ialah nama pribumi Borobudur.
BANGUNAN CANDI BOROBUDUR
URAIAN BANGUNAN CANDI BOROBUDUR
Candi Borobudur di bangun mengunakan batu Adhesit sejumlah 55.000 M3
bangunan Candi Borobudur berbentuk limas yang berundak – undak dengan tangga naik pada ke – 4 sisinya ( Utara, selatan, Timur Dan Barat )
pada Candi Borobudur tidak terdapat ruangan di mana orang tak dapat masuk melainkan dapat naik ke atas saja.
Lebar bangunan Candi Borobudur 123 M
Panjang bangunan Candi Borobudur 123 M
Pada sudut yang membelok 113 M
Dan tinggi bangunan Candi Borobudur 30.5 M
Pada kaki yang pribumi di di blokir oleh batu Adhesit sejumlah 12.750 M3 sebagai selasar undaknya.
Candi Borobudur mempunyai struktur dasar punden berundak, dengan enam pelataran berbentuk bujur sangkar, tiga pelataran berbentuk bundar melingkar dan suatu stupa utama sebagai puncaknya.
Selain tersebut tersebar di seluruh pelatarannya sejumlah stupa.
Sepuluh pelataran yang dipunyai Borobudur mencerminkan secara jelas filsafat mazhab Mahayana.
Bagaikan suatu kitab, Borobudur mencerminkan sepuluh tingkatan Bodhisattva yang mesti dilewati untuk menjangkau kesempurnaan menjadi Buddha.
Bagian kaki Borobudur menggambarkan Kamadhatu, yakni dunia yang masih dikuasai oleh kama atau "nafsu rendah".
Bagian ini mayoritas tertutup oleh tumpukan batu yang diduga diciptakan untuk memperkuat konstruksi candi.
Pada unsur yang tertutup struktur ekstra ini ada 120 panel kisah Kammawibhangga.
Sebagian kecil struktur tambahan tersebut disisihkan sampai-sampai orang masih dapat menyaksikan relief pada unsur ini.
Empat lantai dengan dinding berelief di atasnya oleh para berpengalaman dinamakan Rupadhatu.
Lantainya berbentuk persegi.
Rupadhatu ialah dunia yang telah dapat melepaskan diri dari nafsu, namun masih terbelenggu oleh rupa dan bentuk.
Tingkatan ini menggambarkan alam antara yakni, antara alam bawah dan alam atas.
Pada unsur Rupadhatu ini patung-patung Buddha ada pada ceruk-ceruk dinding di atas ballustrade atau selasar.
Mulai lantai kelima sampai ketujuh dindingnya tidak berelief.
Tingkatan ini disebut Arupadhatu (yang berarti tidak berupa atau tidak berwujud).
Denah lantai berbentuk lingkaran.
Tingkatan ini menggambarkan alam atas, di mana insan sudah bebas dari segala kemauan dan ikatan format dan rupa, tetapi belum menjangkau nirwana.
Patung-patung Buddha ditempatkan di dalam stupa yang diblokir berlubang-lubang laksana dalam kurungan.
Dari luar patung-patung tersebut masih terlihat samar-samar.
Tingkatan tertinggi yang mencerminkan ketiadaan wujud dicerminkan berupa stupa yang terbesar dan tertinggi.
Stupa dicerminkan polos tanpa lubang-lubang.
Di dalam stupa terbesar ini pernah ditemukan patung Buddha yang tidak sempurna atau disebut pun unfinished Buddha, yang disalahsangkakan sebagai patung Adibuddha, padahal melewati penelitian lebih lanjut tidak pernah terdapat patung pada stupa utama, patung yang tidak selesai tersebut merupakan kekeliruan pemahatnya pada zaman dahulu.
menurut keyakinan patung yang salah dalam proses pembuatannya memang jangan dirusak.
Penggalian arkeologi yang dilaksanakan di halaman candi ini menemukan tidak sedikit patung laksana ini.
Di masa lalu, sejumlah patung Buddha bareng dengan 30 batu dengan relief, dua patung singa, sejumlah batu berbentuk kala, tangga dan gerbang diantarkan kepada Raja Thailand, Chulalongkorn yang mendatangi Hindia Belanda (kini Indonesia) pada tahun 1896 sebagai hadiah dari pemerintah Hindia Belanda saat itu.
Borobudur tidak mempunyai ruang-ruang pemujaan laksana candi-candi lain.
Yang ada merupakan lorong-lorong panjang yang adalahjalan sempit.
Lorong-lorong diberi batas dinding mengelilingi candi tingkat demi tingkat.
Di lorong-lorong berikut umat Buddha diduga melakukan upacara berlangsung kaki mengelilingi candi ke arah kanan.
Bentuk bangunan tanpa ruangan dan struktur bertingkat-tingkat ini diperkirakan adalahperkembangan dari format punden berundak, yang merupakan format arsitektur pribumi dari masa prasejarah Indonesia.
Struktur Borobudur bila disaksikan dari atas menyusun struktur Mandala.
Struktur Borobudur tidak menggunakan semen sama sekali, tetapi sistem interlock yaitu laksana balok-balok Lego yang dapat menempel tanpa lem.
PATUNG
Di dalam bangunan Budha ada patung – patung Budha berjumlah 504 buah diantaranya sebagai berikut:
Patung Budha yang ada pada relung – relung : 432 Buah
Sedangkan pada teras – teras I, II, III berjumlah : 72 Buah
Jumlah : 504 Buah
Agar lebih jelas rangkaian – rangkaian patung Budha pada Budha sebagai berikut:
1. Langkah I Teradapat : 104 Patung Budha
2. Langkah II Terdapat : 104 Patung Budha
3. Langkah III Terdapat : 88 Patung Budha
4. Langkah IV Terdapat : 22 Patung Budha
5. Langkah V Terdapat : 64 Patung Budha
6. Teras Bundar I Terdapat : 32 Patung Budha
7. Teras Bundar II Terdapat : 24 Patung Budha
8. Teras Bundar III Terdapat : 16 Patung Budha
Jumlah : 504 Patung Budha
Sekilas patung Budha tersebut tampak serupa semuanya tetapi sesunguhnya ada pun perbedaannya perbedaan yang paling jelas dan pun yang memisahkan satu sama lainya ialah dalam sikap tangannya yang di sebut Mudra dan merupakan karakteristik untuk masing-masing patung
sikap tangan patung Budha di Candi Borobudur terdapat 6 macam melulu saja sebab macam oleh sebab macam mudra yang di miliki menghadap seluruh arah (Timur Selatan Barat dan Utara) pada unsur rupadhatu tahapan V maupun pada unsur arupadhatu pada umumnya mencerminkan maksud yang sama maka jumlah mudra yang pokok terdapat 5
kelima mudra itu ialah Bhumispara – Mudra Wara – Mudra, Dhayana – Mudra, Abhaya – Mudra, Dharma Cakra – Mudra.
PATUNG SINGA
Pada Candi Borobudur di samping patung Budha pun ada patung singa jumlah patung singa seharusnya tidak tidak cukup dari 32 buah akan namun bila di hitung kini jumlahnya berkurang karena sekian banyak sebab satu satunya patung singa besar berada pada halaman sisi Barat yang pun menghadap ke barat seolah – olah sedang mengawal bangunan Candi Borobudur yang megah dan anggun.
STUPA
- Stupa Induk
Berukuran lebih banyak dari stupa – stupa lainya dan terletak di tengah – tengah sangat atas yang adalahmhkota dari semua monumen bangunan Candi Borobudur,
garis tengah Stupa induk + 9.90 M puncak yang tertinggi di sebut pinakel / Yasti Cikkara, terletak di atas Padmaganda dan pun trletak di garis Harmika.
- Stupa Berlubang / Terawang
Yang dimaksud stupa berlubang atau terawang merupakan Stupa yang ada pada teras I, II, III di mana di dalamnya ada patung Budha.
Di Candi Borobudur jumlah stupa berlubang seluruhnya 72 Buah, stupa – stupa itu berada pada tingkat Arupadhatu
Teras I ada 32 Stupa
Teras II ada 24 Stupa
Teras III ada 16 Stupa
Jumlah 72 Stupa
- Stupa kecil
Stupa kecil berbentuk nyaris sama dengan stupa yang lainya melulu saja perbedaannya yang menojol ialah ukurannya yang lebih kecil dari stupa yang lainya, seolah – olah menjadi dekorasi bangunan Candi Borobudur keberadaanstupa ini menduduki relung – relung pada tahapan ke II saampai tahapan ke V sementara pada tahapan I berupa Keben dan beberapa berupa Stupa kecil jumlah stupa kecil terdapat 1472 Buah.
RELIEF
Di masing-masing tingkatan dipahat relief-relief pada dinding candi.
Relief-relief ini dibaca cocok arah jarum jam atau dinamakan mapradaksina dalam bahasa Jawa Kuna yang berasal dari bahasa Sansekerta daksina yang dengan kata lain ialah timur.
Relief-relief ini bermacam-macam isi ceritanya, antara beda relief-relief kisah jātaka.
Pembacaan cerita-cerita relief ini senantiasa dimulai, dan selesai pada pintu gerbang sisi unsur timur di masing-masing tingkatnya, mulainya di sebelah kiri dan selesai di sebelah kanan pintu gerbang itu.
Maka secara nyata bahwa sebelah timur ialah tangga naik yang bahwasannya (utama) dan mengarah ke puncak candi, dengan kata lain bahwa candi menghadap ke unsur timur meskipun sisi-sisi lainnya serupa benar.
Secara runtutan, maka kisah pada relief candi secara singkat bermakna inilah ini :
KARMAWIBHANGGA
Sesuai dengan arti simbolis pada kaki candi,
relief yang menghiasi dinding batur yang terselubung tersebut mencerminkan hukum karma.
Deretan relief itu bukan merupakan kisah seri (serial),
tetapi pada masing-masing pigura mencerminkan suatu kisah yang memiliki korelasi karena akibat.
Relief itu tidak saja memberi cerminan terhadap tindakan tercela insan disertai dengan hukuman yang bakal diperolehnya,
tetapi pun perbuatan baik insan dan pahala.
Secara borongan adalahpenggambaran kehidupan insan dalam lingkaran bermunculan - hidup - mati (samsara) yang tidak pernah berakhir, dan oleh agama Buddha rantai tersebutlah yang akan diselesaikan untuk mengarah ke kesempurnaan
LALITAWISTARA
Merupakan penggambaran riwayat Sang Buddha dalam barisan relief-relief (tetapi bukan adalahriwayat yang menyeluruh )
yang dibuka dari turunnya Sang Buddha dari sorga Tusita, dan selesai dengan wejangan kesatu di Taman Rusa dekat kota Banaras.
Relief ini berjajar dari tangga pada sisi sebelah selatan, sesudah melampui barisan relief sejumlah 27 pigura yang dibuka dari tangga sisi timur.
Ke-27 pigura tersebut mencerminkan kesibukan, baik di sorga maupun di dunia, sebagai persiapan guna menyambut hadirnya penjelmaan terakhir Sang Bodhisattwa selaku calon Buddha.
Relief tersebut mencerminkan lahirnya Sang Buddha di arcapada ini sebagai Pangeran Siddhartha, putra Raja Suddhodana dan Permaisuri Maya dari Negeri Kapilawastu.
Relief itu berjumlah 120 pigura, yang selesai dengan wejangan kesatu, yang secara simbolis ditetapkan sebagai Pemutaran Roda Dharma, doktrin Sang Buddha di sebut dharma yang pun berarti "hukum", sementara dharma dicerminkan sebagai roda.
JATAKA DAN AWADANA
Jataka ialah cerita mengenai Sang Buddha sebelum dicetuskan sebagai Pangeran Siddharta.
Isinya adalahpokok penonjolan tindakan baik, yang memisahkan Sang Bodhisattwa dari makhluk beda manapun juga.
Sesungguhnya, pendataan jasa/perbuatan baik adalahtahapan persiapan dalam usaha mengarah ke ketingkat ke-Buddha-an.
Sedangkan Awadana, pada dasarnya nyaris sama dengan Jataka akan namun pelakunya bukan Sang Bodhisattwa, tetapi orang beda dan ceritanya dihimpun dalam buku Diwyawadana yang berarti tindakan mulia kedewaan, dan buku Awadanasataka atau seratus kisah Awadana.
Pada relief candi Borobudur jataka dan awadana, diperlakukan sama, dengan kata lain keduanya ada dalam barisan yang sama tanpa dibedakan.
Himpunan yang sangat terkenal dari kehidupan Sang Bodhisattwa ialah Jatakamala atau untaian kisah Jataka, karya penyair Aryasura dan jang hidup dalam abad ke-4 Masehi.
GANDAWYUHA
Merupakan barisan relief menghiasi dinding lorong ke-2,adalah kisah Sudhana yang berkelana tanpa mengenal lelah dalam usahanya menggali Pengetahuan Tertinggi mengenai Kebenaran Sejati oleh Sudhana.
Penggambarannya dalam 460 pigura didasarkan pada buku suci Buddha Mahayana yang berjudul Gandawyuha, dan guna bagian penutupnya menurut kisah kitab lainnya yakni Bhadracari.
ARCA BUDDHA
Di samping wujud buddha dalam kosmologi buddhis yang terukir di dinding, di Borobudur terdapat tidak sedikit arca buddha duduk bersila dalam posisi lotus serta memperlihatkan mudra atau sikap tangan simbolis tertentu.
Patung buddha dalam relung-relung di tingkat Rupadhatu, ditata menurut deretan di sisi luar pagar langkan.
Jumlahnya semakin berkurang pada sisi atasnya.
Barisan pagar langkan kesatu terdiri dari 104 relung, baris kedua 104 relung, baris ketiga 88 relung , baris keempat 72 relung, dan baris kelima 64 relung.
Jumlah total ada 432 arca Buddha di tingkat Rupadhatu.
Pada unsur Arupadhatu (tiga pelataran melingkar), arca Buddha ditaruh di dalam stupa-stupa berterawang (berlubang).
Pada pelataran melingkar kesatu ada 32 stupa, pelataran kedua 24 stupa, dan pelataran ketiga ada 16 stupa, semuanya total 72 stupa.
Dari jumlah asli sejumlah 504 arca Buddha, lebih dari 300 telah bobrok (kebanyakan tanpa kepala) dan 43 hilang (sejak penemuan monumen ini, kepala buddha sering dicopet sebagai barang koleksi, banyak sekali oleh museum luar negeri).
Secara sepintas seluruh arca buddha ini tampak serupa, akan namun ada perbedaan halus diantaranya, yakni pada mudra atau posisi sikap tangan.
Terdapat lima kelompok mudra: Utara, Timur, Selatan, Barat, dan Tengah, kesemuanya menurut lima arah utama kompas menurut doktrin Mahayana.
Keempat pagar langkan mempunyai empat mudra: Utara, Timur, Selatan, dan Barat,
dimana setiap arca buddha yang menghadap arah tersebut memperlihatkan mudra yang khas.
Arca Buddha pada pagar langkan kelima dan arca buddha di dalam 72 stupa berterawang di pelataran atas memperlihatkan mudra: Tengah atau Pusat.
Masing-masing mudra menggambarkan lima Dhyani Buddha;
masing-masing dengan arti simbolisnya tersendiri
Borobudur ialah nama suatu candi Buddha yang terletak di Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang
yang letaknya sebelah unsur selatan + 15 km sebelah unsur selatan kota Magelang dataran kedu yang berbukit nyaris seluruhnya di kelilingi pegunungan, pegunungan yang mengelilingi Candi Borobudur di antaranya di sebelah unsur timur ada Gunung Merbabu dan Gunung Merapi Barat, Laut Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro.
Dalam etnis Tionghoa, candi ini disebut pun 婆羅浮屠 (Hanyu Pinyin: pó luó fú tú) dalam bahasa Mandarin.
ASAL USUL SEJARAH SINGKAT CANDI BOROBUDUR
WAKTU DIDIRIKAN
Banyak kitab – kitab sejarah yang menyebutkan mengenai Candi Borobudur akan namun kapan Candi Borobudur tersebut di dirikan tidaklah bisa di ketahui secara pasti
namun suatu estimasi dapat di peroleh dengan artikel singkat yang di pahatkan di atas pigura relief kaki pribumi Candi Borobudur ( Karwa Wibhangga )
menunjukan huruf sejenis dengan yang di dapatkan dari prasati di akhir abad ke – 8 sampai mula abad ke – 9
dari bukti – bukti itu dapat di tarik benang merah bahwa Candi Borobudur di dirikan selama tahun 800 M.
Kesimpulan itu di atas tersebut ternyata cocok benar dengan dengan kerangka sejarah Indonesia pada lazimnya dan pun sejarah yang berada di wilayah jawa tengah pada khususnya
periode antara abad ke – 8 dan pertengahan abad ke – 9 di familiar dengan abad Emas Wangsa Syailendra
kejayaan ini di tandai di bangunnya sebanyak besar candi yang di lereng – lereng gunung banyak sekali berdiri khas bangunan hindu sementara yang bertebaran di dataran – dataran ialah khas bangunan Budha namun ada pun sebagian khas Hindu
Dengan demikian bisa di tarik benang merah bahwa Candi Borobudur di bangun oleh wangsa Syailendra yang familiar dalam sejarah sebab karena usaha guna menjunjung tinggi dan memuliakan agama Budha Mahayana.
Tahap Pembangunan Borobudur
Tahap kesatu
Masa pembangunan Borobudur tidak diketahui tentu (diperkirakan antara 750 dan 850 M). Pada tadinya dibangun tata susun bertingkat. Sepertinya dirancang sebagai piramida berundak. tetapi lantas diubah. Sebagai bukti terdapat tata susun yang dibongkar.
Tahap kedua
Pondasi Borobudur diperlebar, diperbanyak dengan dua undak persegi dan satu undak lingkaran yang langsung diserahkan stupa induk besar.
Tahap ketiga
Undak atas lingkaran dengan stupa induk besar dirombak dan dihilangkan dan diganti tiga undak lingkaran. Stupa-stupa di bina pada puncak undak-undak ini dengan satu stupa besar di tengahnya.
Tahap keempat
Ada evolusi kecil seperti penciptaan relief evolusi tangga dan lengkung atas pintu.
PENEMUAN KEMBALI
Borobudur yang menjadi keganjilan dunia menjulang tinggi antara dataran rendah di sekelilingnya.
Tidak bakal pernah masuk akal mereka menyaksikan karya seni terbesar yang adalahhasil karya paling mengagumkan dan tidak lebih masuk akal lagi bila disampaikan Candi Borobudur pernah merasakan kerusakan
Memang demikian keadaannya Candi Borobudur terlupakan sekitar tenggang masa-masa yang lumayan lama bahkan hingga berabad – abad bangunan yang begitu megahnya di hadapkan pada proses kehancuran.
Kira – kira melulu 150 tahun Candi Borobudur di pakai sebagai pusat Ziarah, masa-masa yang singkat di bandingkan dengan usianya saat pekerja menghiasi / membina bukit alam Candi Borobudur dengan batu – batu di bawah pemerintahan yang paling terkenal yakni SAMARATUNGGA,
sekitar tahun 800 – an dengan berakhirnya kerajaan Mataram tahu 930 M pusat kehidupan dan kebudayaan jawa bergeser ke timur
Demikian sebab terbengkalai tak terurus maka lama – lama di sana – sini tumbuh macam – macam tumbuhan binal yang lama kelamaan menjadi rimbun dan menutupi bangunannya.
Pada kira – kira abad ke – 10 Candi Borobudur terlantar dan terlupakan.
Baru pada tahun 1814 M berkat usaha Sir Thomas Stamford Rafles Candi Borobudur hadir dari kegelapan masa silam.
Rafles ialah Letnan Gubernur Jendral Inggris, saat Indonesia di kuasai / di jajah Inggris pada tahun 1811 M –1816 M.
Pada tahun 1835 M semua candi dilepaskan dari apa yang menjadi penghalang pemandangan oleh Presiden kedua yang mempunyai nama Hartman,
karena begitu tertariknya terhadap Candi Borobudur sampai-sampai ia mengusahakan pembersihan lebih lanjut,
puing –puing yang masih menutupi candi di singkirkan dan tanah yang menutupi lorong – lorong dari bangunan candi di singkirkan semua sampai-sampai candi lebih baik di bandingkan sebelumnya.
Foto Pertama Candi Borobudur dari tahun 1873, bendera Belanda nampak pada stupa utama candi
PENYELAMATAN 1
Semenjak Candi Borobudur di temukan dimulailah usaha perbaikan dan pemugaran pulang bangunan Candi Borobudur
mula – awal hanya dilaksanakan secara kecil – kecilan serta penciptaan gambar – gambar dan photo – photo reliefnya.
Pemugaran Candi Borobudur yang kesatu kali dilaksanakan pada tahun 1907 M – 1911 M di bawah pimpinan Tuan Van erf dengan maksudnya ialah untuk menghindari kehancuran – kehancuran yang lebih banyak lagi dari bangunan Candi Borobudur
Teras tertinggi sesudah restorasi Van Erp
walaupun tidak sedikit bagian tembok atau dinding – dinding khususnya tingkat tiga dari bawah sebelah Barat Laut, Utara dan Timur Laut yang masih tampak oleng dan paling mengkhawatirkan untuk para pengunjung maupun bangunannya sendiri tetapi pekerjaan Van Erp itu untuk sedangkan Candi Borobudur bisa di selamatkan dari kehancuran yang lebih besar.
Mengenai gapura – gapura hanya sejumlah saja yang sudah di lakukan masa tersebut telah membalikkan kejayaan masa silam,
namun pun perlu di sadari bahwa tahun – tahun yang dilewati borobudur sekitar tersembunyi di semak – semak secara tidak langsung sudah menutupi dan mengayomi dari cuaca buruk yang barangkali dapat merusak bangunan Candi Borobudur,
Van Erp berasumsi miring dan meleseknya dinding – dinding dari bangunan tersebut tidak paling membahayakan bangunan itu,
Pendapat tersebut sampai 50 tahun lantas memang tidak salah bakal tetapi semenjak tahun 1960 M pendapat Tuan Van erf tersebut mulai di ragukan dan di khawatirkan bakal ada kehancuran yang lebih parah
PEMUGARAN CANDI BOROBUDUR
Pemugaran Candi Borobudur di mulai tanggal 10 Agustus 1973
prasati dimulainya kegiatan pemugaran Candi Borobudur terletak di sebelah Barat Laut Menghadap ke timur
karyawan pemugaran tidak tidak cukup dari 600 orang diantaranya terdapat tenaga – tenaga muda alumni SMA dan SIM
bangunan yang memang diserahkan pendidikan terutama mengenai teori dan praktek dalam bidang Chemika Arkeologi ( CA ) dan Teknologi Arkeologi ( TA )
Teknologi Arkeologi bertugas merombak dan memasang batu - batu Candi Borobudur sementara Chemika Arkeologi bertugas mencuci serta membetulkan batu – batu yang telah retak dan pecah,
pekerjaan – pekerjan di atas mempunyai sifat arkeologi seluruh di tangani oleh badan pemugaran Candi Borobudur,
sedangkan kegiatan yang mempunyai sifat teknis laksana penyediaan transportasi pengadaaan bahan – bahan bangunan di tangani oleh kontraktor
( PT NIDYA KARYA dan THE CONTRUCTION AND DEVELOPMENT CORPORATION OF THE FILIPINE ).
Bagian – unsur Candi Borobudur yang di pugar merupakan bagian Rupadhatu yaitu lokasi tingkat dari bawah yang berbentuk bujur sangkar sementara kaki Candi Borobudur serta teras I, II, III dan stupa induk ikut di pugar pemugaran berlalu pada tanggal 23 Februari 1983 M di bawah pimpinan DR Soekmono dengan di tandai suatu batu prasati seberat + 20 Ton.
Prasasti peresmian selesainya pemugaran sedang di halaman barat dengan batu yang paling besar di buatkan dengan dua unsur satu menghadap ke unsur utara satu lagi menghadap ke timur
penulisan dalam prasasti itu di tanda tangani langsung oleh tenaga yang berpengalaman dan terampil dari Yogyakarta yang bekerja pada proyek pemugaran Candi Borobudur.
Ikhtisar Waktu Proses Pemugaran Candi borobudur
1814 - Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jenderal Britania Raya di Jawa, mendengar adanya penemuan benda purbakala di desa Borobudur.
Raffles menyuruh H.C. Cornelius guna menyelidiki tempat penemuan, berupa bukit yang diisi semak belukar.
1873 - monografi kesatu mengenai candi diterbitkan.
1900 - pemerintahan Hindia Belanda memutuskan sebuah panitia pemugaran dan perawatan candi Borobudur.
1907 - Theodoor van Erp memimpin pemugaran sampai tahun 1911.
1926 - Borobudur dipugar kembali, namun terhenti pada tahun 1940 dampak krisis malaise dan Perang Dunia II.
1956 - Pemerintah Indonesia meminta pertolongan UNESCO.
Prof. Dr. C. Coremans datang ke Indonesia dari Belgia untuk menganalisis sebab-sebab kehancuran Borobudur.
1963 - Pemerintah Indonesia menerbitkan surat keputusan guna memugar Borobudur, namun berantakan sesudah terjadi peristiwa G-30-S.
1968 - Pada konferensi-15 di Perancis, UNESCO setuju guna memberi pertolongan untuk mengamankan Borobudur.
1971 - Pemerintah Indonesia menyusun badan pemugaran Borobudur yang diketuai Prof.Ir.Roosseno.
1972 - International Consultative Committee disusun dengan melibatkan sekian banyak negara dan Roosseno sebagai ketuanya.
Komite yang disponsori UNESCO meluangkan 5 juta dolar Amerika Serikat dari ongkos pemugaran 7.750 juta dolar Amerika Serikat.
Sisanya ditanggung Indonesia.
10 Agustus 1973 - Presiden Soeharto meresmikan dimulainya pemugaran Borobudur; pemugaran berlalu pada tahun 1984
21 Januari 1985 - terjadi serangan bom yang merusakkan sejumlah stupa pada Candi Borobudur yang lantas segera dibetulkan kembali.
Serangan dilaksanakan oleh kumpulan Islam ekstremis yang dipimpin oleh Husein Ali Al Habsyi.
1991 - Borobudur diputuskan sebagai Warisan Dunia UNESCO.
BAtu Peringatan Pemugaran candi Borobudur dengan pertolongan UNESCO
ASAL USUL NAMA BOROBUDUR
Banyak teori yang berjuang menjelaskan nama candi ini.
Salah satunya mengaku bahwa nama ini bisa jadi berasal dari kata Sambharabhudhara, yaitu dengan kata lain "gunung" (bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras.
Selain tersebut terdapat sejumlah etimologi rakyat lainnya.
Misalkan kata borobudur berasal dari perkataan "para Buddha" yang sebab pergeseran bunyi menjadi borobudur.
Penjelasan lain merupakan bahwa nama ini berasal dari dua kata "bara" dan "beduhur".
Kata bara konon berasal dari kata vihara, sedangkan ada pula keterangan lain di mana bara berasal dari bahasa Sansekerta yang dengan kata lain kompleks candi atau biara dan beduhur dengan kata lain ialah "tinggi", atau mengingatkan dalam bahasa Bali yang berarti "di atas".
Jadi maksudnya merupakan sebuah biara atau asrama yang sedang di tanah tinggi.
Sejarawan J.G. de Casparis dalam disertasinya guna mendapatkan gelar doktor pada 1950 berasumsi bahwa Borobudur ialah tempat pemujaan.
Berdasarkan prasasti Karangtengah dan Kahulunan, Casparis memperkirakan pendiri Borobudur ialah raja Mataram dari wangsa Syailendra mempunyai nama Samaratungga, yang mengerjakan pembangunan selama tahun 824 M.
Bangunan raksasa tersebut baru dapat ditamatkan pada masa putrinya, Ratu Pramudawardhani.
Pembangunan Borobudur diduga memakan waktu separuh abad.
Dalam prasasti Karangtengah pula dilafalkan mengenai penganugerahan tanah sima (tanah bebas pajak) oleh Çrī Kahulunan (Pramudawardhani) untuk merawat Kamūlān yang dinamakan Bhūmisambhāra.
Istilah Kamūlān sendiri berasal dari kata awal yang berarti lokasi asal muasal, bangunan suci untuk menghormati leluhur,
kemungkinan leluhur dari wangsa Sailendra.
Casparis memperkirakan bahwa Bhūmi Sambhāra Bhudhāra dalam bahasa sansekerta yang berarti "Bukit himpunan kebaikan sepuluh tingkatan boddhisattwa", ialah nama pribumi Borobudur.
BANGUNAN CANDI BOROBUDUR
URAIAN BANGUNAN CANDI BOROBUDUR
Candi Borobudur di bangun mengunakan batu Adhesit sejumlah 55.000 M3
bangunan Candi Borobudur berbentuk limas yang berundak – undak dengan tangga naik pada ke – 4 sisinya ( Utara, selatan, Timur Dan Barat )
pada Candi Borobudur tidak terdapat ruangan di mana orang tak dapat masuk melainkan dapat naik ke atas saja.
Lebar bangunan Candi Borobudur 123 M
Panjang bangunan Candi Borobudur 123 M
Pada sudut yang membelok 113 M
Dan tinggi bangunan Candi Borobudur 30.5 M
Pada kaki yang pribumi di di blokir oleh batu Adhesit sejumlah 12.750 M3 sebagai selasar undaknya.
Candi Borobudur mempunyai struktur dasar punden berundak, dengan enam pelataran berbentuk bujur sangkar, tiga pelataran berbentuk bundar melingkar dan suatu stupa utama sebagai puncaknya.
Selain tersebut tersebar di seluruh pelatarannya sejumlah stupa.
Sepuluh pelataran yang dipunyai Borobudur mencerminkan secara jelas filsafat mazhab Mahayana.
Bagaikan suatu kitab, Borobudur mencerminkan sepuluh tingkatan Bodhisattva yang mesti dilewati untuk menjangkau kesempurnaan menjadi Buddha.
Bagian kaki Borobudur menggambarkan Kamadhatu, yakni dunia yang masih dikuasai oleh kama atau "nafsu rendah".
Bagian ini mayoritas tertutup oleh tumpukan batu yang diduga diciptakan untuk memperkuat konstruksi candi.
Pada unsur yang tertutup struktur ekstra ini ada 120 panel kisah Kammawibhangga.
Sebagian kecil struktur tambahan tersebut disisihkan sampai-sampai orang masih dapat menyaksikan relief pada unsur ini.
Empat lantai dengan dinding berelief di atasnya oleh para berpengalaman dinamakan Rupadhatu.
Lantainya berbentuk persegi.
Rupadhatu ialah dunia yang telah dapat melepaskan diri dari nafsu, namun masih terbelenggu oleh rupa dan bentuk.
Tingkatan ini menggambarkan alam antara yakni, antara alam bawah dan alam atas.
Pada unsur Rupadhatu ini patung-patung Buddha ada pada ceruk-ceruk dinding di atas ballustrade atau selasar.
Mulai lantai kelima sampai ketujuh dindingnya tidak berelief.
Tingkatan ini disebut Arupadhatu (yang berarti tidak berupa atau tidak berwujud).
Denah lantai berbentuk lingkaran.
Tingkatan ini menggambarkan alam atas, di mana insan sudah bebas dari segala kemauan dan ikatan format dan rupa, tetapi belum menjangkau nirwana.
Patung-patung Buddha ditempatkan di dalam stupa yang diblokir berlubang-lubang laksana dalam kurungan.
Dari luar patung-patung tersebut masih terlihat samar-samar.
Tingkatan tertinggi yang mencerminkan ketiadaan wujud dicerminkan berupa stupa yang terbesar dan tertinggi.
Stupa dicerminkan polos tanpa lubang-lubang.
Di dalam stupa terbesar ini pernah ditemukan patung Buddha yang tidak sempurna atau disebut pun unfinished Buddha, yang disalahsangkakan sebagai patung Adibuddha, padahal melewati penelitian lebih lanjut tidak pernah terdapat patung pada stupa utama, patung yang tidak selesai tersebut merupakan kekeliruan pemahatnya pada zaman dahulu.
menurut keyakinan patung yang salah dalam proses pembuatannya memang jangan dirusak.
Penggalian arkeologi yang dilaksanakan di halaman candi ini menemukan tidak sedikit patung laksana ini.
Di masa lalu, sejumlah patung Buddha bareng dengan 30 batu dengan relief, dua patung singa, sejumlah batu berbentuk kala, tangga dan gerbang diantarkan kepada Raja Thailand, Chulalongkorn yang mendatangi Hindia Belanda (kini Indonesia) pada tahun 1896 sebagai hadiah dari pemerintah Hindia Belanda saat itu.
Borobudur tidak mempunyai ruang-ruang pemujaan laksana candi-candi lain.
Yang ada merupakan lorong-lorong panjang yang adalahjalan sempit.
Lorong-lorong diberi batas dinding mengelilingi candi tingkat demi tingkat.
Di lorong-lorong berikut umat Buddha diduga melakukan upacara berlangsung kaki mengelilingi candi ke arah kanan.
Bentuk bangunan tanpa ruangan dan struktur bertingkat-tingkat ini diperkirakan adalahperkembangan dari format punden berundak, yang merupakan format arsitektur pribumi dari masa prasejarah Indonesia.
Struktur Borobudur bila disaksikan dari atas menyusun struktur Mandala.
Struktur Borobudur tidak menggunakan semen sama sekali, tetapi sistem interlock yaitu laksana balok-balok Lego yang dapat menempel tanpa lem.
PATUNG
Di dalam bangunan Budha ada patung – patung Budha berjumlah 504 buah diantaranya sebagai berikut:
Patung Budha yang ada pada relung – relung : 432 Buah
Sedangkan pada teras – teras I, II, III berjumlah : 72 Buah
Jumlah : 504 Buah
Agar lebih jelas rangkaian – rangkaian patung Budha pada Budha sebagai berikut:
1. Langkah I Teradapat : 104 Patung Budha
2. Langkah II Terdapat : 104 Patung Budha
3. Langkah III Terdapat : 88 Patung Budha
4. Langkah IV Terdapat : 22 Patung Budha
5. Langkah V Terdapat : 64 Patung Budha
6. Teras Bundar I Terdapat : 32 Patung Budha
7. Teras Bundar II Terdapat : 24 Patung Budha
8. Teras Bundar III Terdapat : 16 Patung Budha
Jumlah : 504 Patung Budha
Sekilas patung Budha tersebut tampak serupa semuanya tetapi sesunguhnya ada pun perbedaannya perbedaan yang paling jelas dan pun yang memisahkan satu sama lainya ialah dalam sikap tangannya yang di sebut Mudra dan merupakan karakteristik untuk masing-masing patung
sikap tangan patung Budha di Candi Borobudur terdapat 6 macam melulu saja sebab macam oleh sebab macam mudra yang di miliki menghadap seluruh arah (Timur Selatan Barat dan Utara) pada unsur rupadhatu tahapan V maupun pada unsur arupadhatu pada umumnya mencerminkan maksud yang sama maka jumlah mudra yang pokok terdapat 5
kelima mudra itu ialah Bhumispara – Mudra Wara – Mudra, Dhayana – Mudra, Abhaya – Mudra, Dharma Cakra – Mudra.
PATUNG SINGA
Pada Candi Borobudur di samping patung Budha pun ada patung singa jumlah patung singa seharusnya tidak tidak cukup dari 32 buah akan namun bila di hitung kini jumlahnya berkurang karena sekian banyak sebab satu satunya patung singa besar berada pada halaman sisi Barat yang pun menghadap ke barat seolah – olah sedang mengawal bangunan Candi Borobudur yang megah dan anggun.
STUPA
- Stupa Induk
Berukuran lebih banyak dari stupa – stupa lainya dan terletak di tengah – tengah sangat atas yang adalahmhkota dari semua monumen bangunan Candi Borobudur,
garis tengah Stupa induk + 9.90 M puncak yang tertinggi di sebut pinakel / Yasti Cikkara, terletak di atas Padmaganda dan pun trletak di garis Harmika.
- Stupa Berlubang / Terawang
Yang dimaksud stupa berlubang atau terawang merupakan Stupa yang ada pada teras I, II, III di mana di dalamnya ada patung Budha.
Di Candi Borobudur jumlah stupa berlubang seluruhnya 72 Buah, stupa – stupa itu berada pada tingkat Arupadhatu
Teras I ada 32 Stupa
Teras II ada 24 Stupa
Teras III ada 16 Stupa
Jumlah 72 Stupa
- Stupa kecil
Stupa kecil berbentuk nyaris sama dengan stupa yang lainya melulu saja perbedaannya yang menojol ialah ukurannya yang lebih kecil dari stupa yang lainya, seolah – olah menjadi dekorasi bangunan Candi Borobudur keberadaanstupa ini menduduki relung – relung pada tahapan ke II saampai tahapan ke V sementara pada tahapan I berupa Keben dan beberapa berupa Stupa kecil jumlah stupa kecil terdapat 1472 Buah.
RELIEF
Di masing-masing tingkatan dipahat relief-relief pada dinding candi.
Relief-relief ini dibaca cocok arah jarum jam atau dinamakan mapradaksina dalam bahasa Jawa Kuna yang berasal dari bahasa Sansekerta daksina yang dengan kata lain ialah timur.
Relief-relief ini bermacam-macam isi ceritanya, antara beda relief-relief kisah jātaka.
Pembacaan cerita-cerita relief ini senantiasa dimulai, dan selesai pada pintu gerbang sisi unsur timur di masing-masing tingkatnya, mulainya di sebelah kiri dan selesai di sebelah kanan pintu gerbang itu.
Maka secara nyata bahwa sebelah timur ialah tangga naik yang bahwasannya (utama) dan mengarah ke puncak candi, dengan kata lain bahwa candi menghadap ke unsur timur meskipun sisi-sisi lainnya serupa benar.
Secara runtutan, maka kisah pada relief candi secara singkat bermakna inilah ini :
KARMAWIBHANGGA
Sesuai dengan arti simbolis pada kaki candi,
relief yang menghiasi dinding batur yang terselubung tersebut mencerminkan hukum karma.
Deretan relief itu bukan merupakan kisah seri (serial),
tetapi pada masing-masing pigura mencerminkan suatu kisah yang memiliki korelasi karena akibat.
Relief itu tidak saja memberi cerminan terhadap tindakan tercela insan disertai dengan hukuman yang bakal diperolehnya,
tetapi pun perbuatan baik insan dan pahala.
Secara borongan adalahpenggambaran kehidupan insan dalam lingkaran bermunculan - hidup - mati (samsara) yang tidak pernah berakhir, dan oleh agama Buddha rantai tersebutlah yang akan diselesaikan untuk mengarah ke kesempurnaan
LALITAWISTARA
Merupakan penggambaran riwayat Sang Buddha dalam barisan relief-relief (tetapi bukan adalahriwayat yang menyeluruh )
yang dibuka dari turunnya Sang Buddha dari sorga Tusita, dan selesai dengan wejangan kesatu di Taman Rusa dekat kota Banaras.
Relief ini berjajar dari tangga pada sisi sebelah selatan, sesudah melampui barisan relief sejumlah 27 pigura yang dibuka dari tangga sisi timur.
Ke-27 pigura tersebut mencerminkan kesibukan, baik di sorga maupun di dunia, sebagai persiapan guna menyambut hadirnya penjelmaan terakhir Sang Bodhisattwa selaku calon Buddha.
Relief tersebut mencerminkan lahirnya Sang Buddha di arcapada ini sebagai Pangeran Siddhartha, putra Raja Suddhodana dan Permaisuri Maya dari Negeri Kapilawastu.
Relief itu berjumlah 120 pigura, yang selesai dengan wejangan kesatu, yang secara simbolis ditetapkan sebagai Pemutaran Roda Dharma, doktrin Sang Buddha di sebut dharma yang pun berarti "hukum", sementara dharma dicerminkan sebagai roda.
JATAKA DAN AWADANA
Jataka ialah cerita mengenai Sang Buddha sebelum dicetuskan sebagai Pangeran Siddharta.
Isinya adalahpokok penonjolan tindakan baik, yang memisahkan Sang Bodhisattwa dari makhluk beda manapun juga.
Sesungguhnya, pendataan jasa/perbuatan baik adalahtahapan persiapan dalam usaha mengarah ke ketingkat ke-Buddha-an.
Sedangkan Awadana, pada dasarnya nyaris sama dengan Jataka akan namun pelakunya bukan Sang Bodhisattwa, tetapi orang beda dan ceritanya dihimpun dalam buku Diwyawadana yang berarti tindakan mulia kedewaan, dan buku Awadanasataka atau seratus kisah Awadana.
Pada relief candi Borobudur jataka dan awadana, diperlakukan sama, dengan kata lain keduanya ada dalam barisan yang sama tanpa dibedakan.
Himpunan yang sangat terkenal dari kehidupan Sang Bodhisattwa ialah Jatakamala atau untaian kisah Jataka, karya penyair Aryasura dan jang hidup dalam abad ke-4 Masehi.
GANDAWYUHA
Merupakan barisan relief menghiasi dinding lorong ke-2,adalah kisah Sudhana yang berkelana tanpa mengenal lelah dalam usahanya menggali Pengetahuan Tertinggi mengenai Kebenaran Sejati oleh Sudhana.
Penggambarannya dalam 460 pigura didasarkan pada buku suci Buddha Mahayana yang berjudul Gandawyuha, dan guna bagian penutupnya menurut kisah kitab lainnya yakni Bhadracari.
ARCA BUDDHA
Di samping wujud buddha dalam kosmologi buddhis yang terukir di dinding, di Borobudur terdapat tidak sedikit arca buddha duduk bersila dalam posisi lotus serta memperlihatkan mudra atau sikap tangan simbolis tertentu.
Patung buddha dalam relung-relung di tingkat Rupadhatu, ditata menurut deretan di sisi luar pagar langkan.
Jumlahnya semakin berkurang pada sisi atasnya.
Barisan pagar langkan kesatu terdiri dari 104 relung, baris kedua 104 relung, baris ketiga 88 relung , baris keempat 72 relung, dan baris kelima 64 relung.
Jumlah total ada 432 arca Buddha di tingkat Rupadhatu.
Pada unsur Arupadhatu (tiga pelataran melingkar), arca Buddha ditaruh di dalam stupa-stupa berterawang (berlubang).
Pada pelataran melingkar kesatu ada 32 stupa, pelataran kedua 24 stupa, dan pelataran ketiga ada 16 stupa, semuanya total 72 stupa.
Dari jumlah asli sejumlah 504 arca Buddha, lebih dari 300 telah bobrok (kebanyakan tanpa kepala) dan 43 hilang (sejak penemuan monumen ini, kepala buddha sering dicopet sebagai barang koleksi, banyak sekali oleh museum luar negeri).
Secara sepintas seluruh arca buddha ini tampak serupa, akan namun ada perbedaan halus diantaranya, yakni pada mudra atau posisi sikap tangan.
Terdapat lima kelompok mudra: Utara, Timur, Selatan, Barat, dan Tengah, kesemuanya menurut lima arah utama kompas menurut doktrin Mahayana.
Keempat pagar langkan mempunyai empat mudra: Utara, Timur, Selatan, dan Barat,
dimana setiap arca buddha yang menghadap arah tersebut memperlihatkan mudra yang khas.
Arca Buddha pada pagar langkan kelima dan arca buddha di dalam 72 stupa berterawang di pelataran atas memperlihatkan mudra: Tengah atau Pusat.
Masing-masing mudra menggambarkan lima Dhyani Buddha;
masing-masing dengan arti simbolisnya tersendiri
Borobudur ialah nama suatu candi Buddha yang terletak di Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang
yang letaknya sebelah unsur selatan + 15 km sebelah unsur selatan kota Magelang dataran kedu yang berbukit nyaris seluruhnya di kelilingi pegunungan, pegunungan yang mengelilingi Candi Borobudur di antaranya di sebelah unsur timur ada Gunung Merbabu dan Gunung Merapi Barat, Laut Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro.
Dalam etnis Tionghoa, candi ini disebut pun 婆羅浮屠 (Hanyu Pinyin: pó luó fú tú) dalam bahasa Mandarin.
ASAL USUL SEJARAH SINGKAT CANDI BOROBUDUR
WAKTU DIDIRIKAN
Banyak kitab – kitab sejarah yang menyebutkan mengenai Candi Borobudur akan namun kapan Candi Borobudur tersebut di dirikan tidaklah bisa di ketahui secara pasti
namun suatu estimasi dapat di peroleh dengan artikel singkat yang di pahatkan di atas pigura relief kaki pribumi Candi Borobudur ( Karwa Wibhangga )
menunjukan huruf sejenis dengan yang di dapatkan dari prasati di akhir abad ke – 8 sampai mula abad ke – 9
dari bukti – bukti itu dapat di tarik benang merah bahwa Candi Borobudur di dirikan selama tahun 800 M.
Kesimpulan itu di atas tersebut ternyata cocok benar dengan dengan kerangka sejarah Indonesia pada lazimnya dan pun sejarah yang berada di wilayah jawa tengah pada khususnya
periode antara abad ke – 8 dan pertengahan abad ke – 9 di familiar dengan abad Emas Wangsa Syailendra
kejayaan ini di tandai di bangunnya sebanyak besar candi yang di lereng – lereng gunung banyak sekali berdiri khas bangunan hindu sementara yang bertebaran di dataran – dataran ialah khas bangunan Budha namun ada pun sebagian khas Hindu
Dengan demikian bisa di tarik benang merah bahwa Candi Borobudur di bangun oleh wangsa Syailendra yang familiar dalam sejarah sebab karena usaha guna menjunjung tinggi dan memuliakan agama Budha Mahayana.
Tahap Pembangunan Borobudur
Tahap kesatu
Masa pembangunan Borobudur tidak diketahui tentu (diperkirakan antara 750 dan 850 M). Pada tadinya dibangun tata susun bertingkat. Sepertinya dirancang sebagai piramida berundak. tetapi lantas diubah. Sebagai bukti terdapat tata susun yang dibongkar.
Tahap kedua
Pondasi Borobudur diperlebar, diperbanyak dengan dua undak persegi dan satu undak lingkaran yang langsung diserahkan stupa induk besar.
Tahap ketiga
Undak atas lingkaran dengan stupa induk besar dirombak dan dihilangkan dan diganti tiga undak lingkaran. Stupa-stupa di bina pada puncak undak-undak ini dengan satu stupa besar di tengahnya.
Tahap keempat
Ada evolusi kecil seperti penciptaan relief evolusi tangga dan lengkung atas pintu.
PENEMUAN KEMBALI
Borobudur yang menjadi keganjilan dunia menjulang tinggi antara dataran rendah di sekelilingnya.
Tidak bakal pernah masuk akal mereka menyaksikan karya seni terbesar yang adalahhasil karya paling mengagumkan dan tidak lebih masuk akal lagi bila disampaikan Candi Borobudur pernah merasakan kerusakan
Memang demikian keadaannya Candi Borobudur terlupakan sekitar tenggang masa-masa yang lumayan lama bahkan hingga berabad – abad bangunan yang begitu megahnya di hadapkan pada proses kehancuran.
Kira – kira melulu 150 tahun Candi Borobudur di pakai sebagai pusat Ziarah, masa-masa yang singkat di bandingkan dengan usianya saat pekerja menghiasi / membina bukit alam Candi Borobudur dengan batu – batu di bawah pemerintahan yang paling terkenal yakni SAMARATUNGGA,
sekitar tahun 800 – an dengan berakhirnya kerajaan Mataram tahu 930 M pusat kehidupan dan kebudayaan jawa bergeser ke timur
Demikian sebab terbengkalai tak terurus maka lama – lama di sana – sini tumbuh macam – macam tumbuhan binal yang lama kelamaan menjadi rimbun dan menutupi bangunannya.
Pada kira – kira abad ke – 10 Candi Borobudur terlantar dan terlupakan.
Baru pada tahun 1814 M berkat usaha Sir Thomas Stamford Rafles Candi Borobudur hadir dari kegelapan masa silam.
Rafles ialah Letnan Gubernur Jendral Inggris, saat Indonesia di kuasai / di jajah Inggris pada tahun 1811 M –1816 M.
Pada tahun 1835 M semua candi dilepaskan dari apa yang menjadi penghalang pemandangan oleh Presiden kedua yang mempunyai nama Hartman,
karena begitu tertariknya terhadap Candi Borobudur sampai-sampai ia mengusahakan pembersihan lebih lanjut,
puing –puing yang masih menutupi candi di singkirkan dan tanah yang menutupi lorong – lorong dari bangunan candi di singkirkan semua sampai-sampai candi lebih baik di bandingkan sebelumnya.
Foto Pertama Candi Borobudur dari tahun 1873, bendera Belanda nampak pada stupa utama candi
PENYELAMATAN 1
Semenjak Candi Borobudur di temukan dimulailah usaha perbaikan dan pemugaran pulang bangunan Candi Borobudur
mula – awal hanya dilaksanakan secara kecil – kecilan serta penciptaan gambar – gambar dan photo – photo reliefnya.
Pemugaran Candi Borobudur yang kesatu kali dilaksanakan pada tahun 1907 M – 1911 M di bawah pimpinan Tuan Van erf dengan maksudnya ialah untuk menghindari kehancuran – kehancuran yang lebih banyak lagi dari bangunan Candi Borobudur
Teras tertinggi sesudah restorasi Van Erp
walaupun tidak sedikit bagian tembok atau dinding – dinding khususnya tingkat tiga dari bawah sebelah Barat Laut, Utara dan Timur Laut yang masih tampak oleng dan paling mengkhawatirkan untuk para pengunjung maupun bangunannya sendiri tetapi pekerjaan Van Erp itu untuk sedangkan Candi Borobudur bisa di selamatkan dari kehancuran yang lebih besar.
Mengenai gapura – gapura hanya sejumlah saja yang sudah di lakukan masa tersebut telah membalikkan kejayaan masa silam,
namun pun perlu di sadari bahwa tahun – tahun yang dilewati borobudur sekitar tersembunyi di semak – semak secara tidak langsung sudah menutupi dan mengayomi dari cuaca buruk yang barangkali dapat merusak bangunan Candi Borobudur,
Van Erp berasumsi miring dan meleseknya dinding – dinding dari bangunan tersebut tidak paling membahayakan bangunan itu,
Pendapat tersebut sampai 50 tahun lantas memang tidak salah bakal tetapi semenjak tahun 1960 M pendapat Tuan Van erf tersebut mulai di ragukan dan di khawatirkan bakal ada kehancuran yang lebih parah
PEMUGARAN CANDI BOROBUDUR
Pemugaran Candi Borobudur di mulai tanggal 10 Agustus 1973
prasati dimulainya kegiatan pemugaran Candi Borobudur terletak di sebelah Barat Laut Menghadap ke timur
karyawan pemugaran tidak tidak cukup dari 600 orang diantaranya terdapat tenaga – tenaga muda alumni SMA dan SIM
bangunan yang memang diserahkan pendidikan terutama mengenai teori dan praktek dalam bidang Chemika Arkeologi ( CA ) dan Teknologi Arkeologi ( TA )
Teknologi Arkeologi bertugas merombak dan memasang batu - batu Candi Borobudur sementara Chemika Arkeologi bertugas mencuci serta membetulkan batu – batu yang telah retak dan pecah,
pekerjaan – pekerjan di atas mempunyai sifat arkeologi seluruh di tangani oleh badan pemugaran Candi Borobudur,
sedangkan kegiatan yang mempunyai sifat teknis laksana penyediaan transportasi pengadaaan bahan – bahan bangunan di tangani oleh kontraktor
( PT NIDYA KARYA dan THE CONTRUCTION AND DEVELOPMENT CORPORATION OF THE FILIPINE ).
Bagian – unsur Candi Borobudur yang di pugar merupakan bagian Rupadhatu yaitu lokasi tingkat dari bawah yang berbentuk bujur sangkar sementara kaki Candi Borobudur serta teras I, II, III dan stupa induk ikut di pugar pemugaran berlalu pada tanggal 23 Februari 1983 M di bawah pimpinan DR Soekmono dengan di tandai suatu batu prasati seberat + 20 Ton.
Prasasti peresmian selesainya pemugaran sedang di halaman barat dengan batu yang paling besar di buatkan dengan dua unsur satu menghadap ke unsur utara satu lagi menghadap ke timur
penulisan dalam prasasti itu di tanda tangani langsung oleh tenaga yang berpengalaman dan terampil dari Yogyakarta yang bekerja pada proyek pemugaran Candi Borobudur.
Ikhtisar Waktu Proses Pemugaran Candi borobudur
1814 - Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jenderal Britania Raya di Jawa, mendengar adanya penemuan benda purbakala di desa Borobudur.
Raffles menyuruh H.C. Cornelius guna menyelidiki tempat penemuan, berupa bukit yang diisi semak belukar.
1873 - monografi kesatu mengenai candi diterbitkan.
1900 - pemerintahan Hindia Belanda memutuskan sebuah panitia pemugaran dan perawatan candi Borobudur.
1907 - Theodoor van Erp memimpin pemugaran sampai tahun 1911.
1926 - Borobudur dipugar kembali, namun terhenti pada tahun 1940 dampak krisis malaise dan Perang Dunia II.
1956 - Pemerintah Indonesia meminta pertolongan UNESCO.
Prof. Dr. C. Coremans datang ke Indonesia dari Belgia untuk menganalisis sebab-sebab kehancuran Borobudur.
1963 - Pemerintah Indonesia menerbitkan surat keputusan guna memugar Borobudur, namun berantakan sesudah terjadi peristiwa G-30-S.
1968 - Pada konferensi-15 di Perancis, UNESCO setuju guna memberi pertolongan untuk mengamankan Borobudur.
1971 - Pemerintah Indonesia menyusun badan pemugaran Borobudur yang diketuai Prof.Ir.Roosseno.
1972 - International Consultative Committee disusun dengan melibatkan sekian banyak negara dan Roosseno sebagai ketuanya.
Komite yang disponsori UNESCO meluangkan 5 juta dolar Amerika Serikat dari ongkos pemugaran 7.750 juta dolar Amerika Serikat.
Sisanya ditanggung Indonesia.
10 Agustus 1973 - Presiden Soeharto meresmikan dimulainya pemugaran Borobudur; pemugaran berlalu pada tahun 1984
21 Januari 1985 - terjadi serangan bom yang merusakkan sejumlah stupa pada Candi Borobudur yang lantas segera dibetulkan kembali.
Serangan dilaksanakan oleh kumpulan Islam ekstremis yang dipimpin oleh Husein Ali Al Habsyi.
1991 - Borobudur diputuskan sebagai Warisan Dunia UNESCO.
BAtu Peringatan Pemugaran candi Borobudur dengan pertolongan UNESCO
ASAL USUL NAMA BOROBUDUR
Banyak teori yang berjuang menjelaskan nama candi ini.
Salah satunya mengaku bahwa nama ini bisa jadi berasal dari kata Sambharabhudhara, yaitu dengan kata lain "gunung" (bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras.
Selain tersebut terdapat sejumlah etimologi rakyat lainnya.
Misalkan kata borobudur berasal dari perkataan "para Buddha" yang sebab pergeseran bunyi menjadi borobudur.
Penjelasan lain merupakan bahwa nama ini berasal dari dua kata "bara" dan "beduhur".
Kata bara konon berasal dari kata vihara, sedangkan ada pula keterangan lain di mana bara berasal dari bahasa Sansekerta yang dengan kata lain kompleks candi atau biara dan beduhur dengan kata lain ialah "tinggi", atau mengingatkan dalam bahasa Bali yang berarti "di atas".
Jadi maksudnya merupakan sebuah biara atau asrama yang sedang di tanah tinggi.
Sejarawan J.G. de Casparis dalam disertasinya guna mendapatkan gelar doktor pada 1950 berasumsi bahwa Borobudur ialah tempat pemujaan.
Berdasarkan prasasti Karangtengah dan Kahulunan, Casparis memperkirakan pendiri Borobudur ialah raja Mataram dari wangsa Syailendra mempunyai nama Samaratungga, yang mengerjakan pembangunan selama tahun 824 M.
Bangunan raksasa tersebut baru dapat ditamatkan pada masa putrinya, Ratu Pramudawardhani.
Pembangunan Borobudur diduga memakan waktu separuh abad.
Dalam prasasti Karangtengah pula dilafalkan mengenai penganugerahan tanah sima (tanah bebas pajak) oleh Çrī Kahulunan (Pramudawardhani) untuk merawat Kamūlān yang dinamakan Bhūmisambhāra.
Istilah Kamūlān sendiri berasal dari kata awal yang berarti lokasi asal muasal, bangunan suci untuk menghormati leluhur,
kemungkinan leluhur dari wangsa Sailendra.
Casparis memperkirakan bahwa Bhūmi Sambhāra Bhudhāra dalam bahasa sansekerta yang berarti "Bukit himpunan kebaikan sepuluh tingkatan boddhisattwa", ialah nama pribumi Borobudur.
BANGUNAN CANDI BOROBUDUR
URAIAN BANGUNAN CANDI BOROBUDUR
Candi Borobudur di bangun mengunakan batu Adhesit sejumlah 55.000 M3
bangunan Candi Borobudur berbentuk limas yang berundak – undak dengan tangga naik pada ke – 4 sisinya ( Utara, selatan, Timur Dan Barat )
pada Candi Borobudur tidak terdapat ruangan di mana orang tak dapat masuk melainkan dapat naik ke atas saja.
Lebar bangunan Candi Borobudur 123 M
Panjang bangunan Candi Borobudur 123 M
Pada sudut yang membelok 113 M
Dan tinggi bangunan Candi Borobudur 30.5 M
Pada kaki yang pribumi di di blokir oleh batu Adhesit sejumlah 12.750 M3 sebagai selasar undaknya.
Candi Borobudur mempunyai struktur dasar punden berundak, dengan enam pelataran berbentuk bujur sangkar, tiga pelataran berbentuk bundar melingkar dan suatu stupa utama sebagai puncaknya.
Selain tersebut tersebar di seluruh pelatarannya sejumlah stupa.
Sepuluh pelataran yang dipunyai Borobudur mencerminkan secara jelas filsafat mazhab Mahayana.
Bagaikan suatu kitab, Borobudur mencerminkan sepuluh tingkatan Bodhisattva yang mesti dilewati untuk menjangkau kesempurnaan menjadi Buddha.
Bagian kaki Borobudur menggambarkan Kamadhatu, yakni dunia yang masih dikuasai oleh kama atau "nafsu rendah".
Bagian ini mayoritas tertutup oleh tumpukan batu yang diduga diciptakan untuk memperkuat konstruksi candi.
Pada unsur yang tertutup struktur ekstra ini ada 120 panel kisah Kammawibhangga.
Sebagian kecil struktur tambahan tersebut disisihkan sampai-sampai orang masih dapat menyaksikan relief pada unsur ini.
Empat lantai dengan dinding berelief di atasnya oleh para berpengalaman dinamakan Rupadhatu.
Lantainya berbentuk persegi.
Rupadhatu ialah dunia yang telah dapat melepaskan diri dari nafsu, namun masih terbelenggu oleh rupa dan bentuk.
Tingkatan ini menggambarkan alam antara yakni, antara alam bawah dan alam atas.
Pada unsur Rupadhatu ini patung-patung Buddha ada pada ceruk-ceruk dinding di atas ballustrade atau selasar.
Mulai lantai kelima sampai ketujuh dindingnya tidak berelief.
Tingkatan ini disebut Arupadhatu (yang berarti tidak berupa atau tidak berwujud).
Denah lantai berbentuk lingkaran.
Tingkatan ini menggambarkan alam atas, di mana insan sudah bebas dari segala kemauan dan ikatan format dan rupa, tetapi belum menjangkau nirwana.
Patung-patung Buddha ditempatkan di dalam stupa yang diblokir berlubang-lubang laksana dalam kurungan.
Dari luar patung-patung tersebut masih terlihat samar-samar.
Tingkatan tertinggi yang mencerminkan ketiadaan wujud dicerminkan berupa stupa yang terbesar dan tertinggi.
Stupa dicerminkan polos tanpa lubang-lubang.
Di dalam stupa terbesar ini pernah ditemukan patung Buddha yang tidak sempurna atau disebut pun unfinished Buddha, yang disalahsangkakan sebagai patung Adibuddha, padahal melewati penelitian lebih lanjut tidak pernah terdapat patung pada stupa utama, patung yang tidak selesai tersebut merupakan kekeliruan pemahatnya pada zaman dahulu.
menurut keyakinan patung yang salah dalam proses pembuatannya memang jangan dirusak.
Penggalian arkeologi yang dilaksanakan di halaman candi ini menemukan tidak sedikit patung laksana ini.
Di masa lalu, sejumlah patung Buddha bareng dengan 30 batu dengan relief, dua patung singa, sejumlah batu berbentuk kala, tangga dan gerbang diantarkan kepada Raja Thailand, Chulalongkorn yang mendatangi Hindia Belanda (kini Indonesia) pada tahun 1896 sebagai hadiah dari pemerintah Hindia Belanda saat itu.
Borobudur tidak mempunyai ruang-ruang pemujaan laksana candi-candi lain.
Yang ada merupakan lorong-lorong panjang yang adalahjalan sempit.
Lorong-lorong diberi batas dinding mengelilingi candi tingkat demi tingkat.
Di lorong-lorong berikut umat Buddha diduga melakukan upacara berlangsung kaki mengelilingi candi ke arah kanan.
Bentuk bangunan tanpa ruangan dan struktur bertingkat-tingkat ini diperkirakan adalahperkembangan dari format punden berundak, yang merupakan format arsitektur pribumi dari masa prasejarah Indonesia.
Struktur Borobudur bila disaksikan dari atas menyusun struktur Mandala.
Struktur Borobudur tidak menggunakan semen sama sekali, tetapi sistem interlock yaitu laksana balok-balok Lego yang dapat menempel tanpa lem.
PATUNG
Di dalam bangunan Budha ada patung – patung Budha berjumlah 504 buah diantaranya sebagai berikut:
Patung Budha yang ada pada relung – relung : 432 Buah
Sedangkan pada teras – teras I, II, III berjumlah : 72 Buah
Jumlah : 504 Buah
Agar lebih jelas rangkaian – rangkaian patung Budha pada Budha sebagai berikut:
1. Langkah I Teradapat : 104 Patung Budha
2. Langkah II Terdapat : 104 Patung Budha
3. Langkah III Terdapat : 88 Patung Budha
4. Langkah IV Terdapat : 22 Patung Budha
5. Langkah V Terdapat : 64 Patung Budha
6. Teras Bundar I Terdapat : 32 Patung Budha
7. Teras Bundar II Terdapat : 24 Patung Budha
8. Teras Bundar III Terdapat : 16 Patung Budha
Jumlah : 504 Patung Budha
Sekilas patung Budha tersebut tampak serupa semuanya tetapi sesunguhnya ada pun perbedaannya perbedaan yang paling jelas dan pun yang memisahkan satu sama lainya ialah dalam sikap tangannya yang di sebut Mudra dan merupakan karakteristik untuk masing-masing patung
sikap tangan patung Budha di Candi Borobudur terdapat 6 macam melulu saja sebab macam oleh sebab macam mudra yang di miliki menghadap seluruh arah (Timur Selatan Barat dan Utara) pada unsur rupadhatu tahapan V maupun pada unsur arupadhatu pada umumnya mencerminkan maksud yang sama maka jumlah mudra yang pokok terdapat 5
kelima mudra itu ialah Bhumispara – Mudra Wara – Mudra, Dhayana – Mudra, Abhaya – Mudra, Dharma Cakra – Mudra.
PATUNG SINGA
Pada Candi Borobudur di samping patung Budha pun ada patung singa jumlah patung singa seharusnya tidak tidak cukup dari 32 buah akan namun bila di hitung kini jumlahnya berkurang karena sekian banyak sebab satu satunya patung singa besar berada pada halaman sisi Barat yang pun menghadap ke barat seolah – olah sedang mengawal bangunan Candi Borobudur yang megah dan anggun.
STUPA
- Stupa Induk
Berukuran lebih banyak dari stupa – stupa lainya dan terletak di tengah – tengah sangat atas yang adalahmhkota dari semua monumen bangunan Candi Borobudur,
garis tengah Stupa induk + 9.90 M puncak yang tertinggi di sebut pinakel / Yasti Cikkara, terletak di atas Padmaganda dan pun trletak di garis Harmika.
- Stupa Berlubang / Terawang
Yang dimaksud stupa berlubang atau terawang merupakan Stupa yang ada pada teras I, II, III di mana di dalamnya ada patung Budha.
Di Candi Borobudur jumlah stupa berlubang seluruhnya 72 Buah, stupa – stupa itu berada pada tingkat Arupadhatu
Teras I ada 32 Stupa
Teras II ada 24 Stupa
Teras III ada 16 Stupa
Jumlah 72 Stupa
- Stupa kecil
Stupa kecil berbentuk nyaris sama dengan stupa yang lainya melulu saja perbedaannya yang menojol ialah ukurannya yang lebih kecil dari stupa yang lainya, seolah – olah menjadi dekorasi bangunan Candi Borobudur keberadaanstupa ini menduduki relung – relung pada tahapan ke II saampai tahapan ke V sementara pada tahapan I berupa Keben dan beberapa berupa Stupa kecil jumlah stupa kecil terdapat 1472 Buah.
RELIEF
Di masing-masing tingkatan dipahat relief-relief pada dinding candi.
Relief-relief ini dibaca cocok arah jarum jam atau dinamakan mapradaksina dalam bahasa Jawa Kuna yang berasal dari bahasa Sansekerta daksina yang dengan kata lain ialah timur.
Relief-relief ini bermacam-macam isi ceritanya, antara beda relief-relief kisah jātaka.
Pembacaan cerita-cerita relief ini senantiasa dimulai, dan selesai pada pintu gerbang sisi unsur timur di masing-masing tingkatnya, mulainya di sebelah kiri dan selesai di sebelah kanan pintu gerbang itu.
Maka secara nyata bahwa sebelah timur ialah tangga naik yang bahwasannya (utama) dan mengarah ke puncak candi, dengan kata lain bahwa candi menghadap ke unsur timur meskipun sisi-sisi lainnya serupa benar.
Secara runtutan, maka kisah pada relief candi secara singkat bermakna inilah ini :
KARMAWIBHANGGA
Sesuai dengan arti simbolis pada kaki candi,
relief yang menghiasi dinding batur yang terselubung tersebut mencerminkan hukum karma.
Deretan relief itu bukan merupakan kisah seri (serial),
tetapi pada masing-masing pigura mencerminkan suatu kisah yang memiliki korelasi karena akibat.
Relief itu tidak saja memberi cerminan terhadap tindakan tercela insan disertai dengan hukuman yang bakal diperolehnya,
tetapi pun perbuatan baik insan dan pahala.
Secara borongan adalahpenggambaran kehidupan insan dalam lingkaran bermunculan - hidup - mati (samsara) yang tidak pernah berakhir, dan oleh agama Buddha rantai tersebutlah yang akan diselesaikan untuk mengarah ke kesempurnaan
LALITAWISTARA
Merupakan penggambaran riwayat Sang Buddha dalam barisan relief-relief (tetapi bukan adalahriwayat yang menyeluruh )
yang dibuka dari turunnya Sang Buddha dari sorga Tusita, dan selesai dengan wejangan kesatu di Taman Rusa dekat kota Banaras.
Relief ini berjajar dari tangga pada sisi sebelah selatan, sesudah melampui barisan relief sejumlah 27 pigura yang dibuka dari tangga sisi timur.
Ke-27 pigura tersebut mencerminkan kesibukan, baik di sorga maupun di dunia, sebagai persiapan guna menyambut hadirnya penjelmaan terakhir Sang Bodhisattwa selaku calon Buddha.
Relief tersebut mencerminkan lahirnya Sang Buddha di arcapada ini sebagai Pangeran Siddhartha, putra Raja Suddhodana dan Permaisuri Maya dari Negeri Kapilawastu.
Relief itu berjumlah 120 pigura, yang selesai dengan wejangan kesatu, yang secara simbolis ditetapkan sebagai Pemutaran Roda Dharma, doktrin Sang Buddha di sebut dharma yang pun berarti "hukum", sementara dharma dicerminkan sebagai roda.
JATAKA DAN AWADANA
Jataka ialah cerita mengenai Sang Buddha sebelum dicetuskan sebagai Pangeran Siddharta.
Isinya adalahpokok penonjolan tindakan baik, yang memisahkan Sang Bodhisattwa dari makhluk beda manapun juga.
Sesungguhnya, pendataan jasa/perbuatan baik adalahtahapan persiapan dalam usaha mengarah ke ketingkat ke-Buddha-an.
Sedangkan Awadana, pada dasarnya nyaris sama dengan Jataka akan namun pelakunya bukan Sang Bodhisattwa, tetapi orang beda dan ceritanya dihimpun dalam buku Diwyawadana yang berarti tindakan mulia kedewaan, dan buku Awadanasataka atau seratus kisah Awadana.
Pada relief candi Borobudur jataka dan awadana, diperlakukan sama, dengan kata lain keduanya ada dalam barisan yang sama tanpa dibedakan.
Himpunan yang sangat terkenal dari kehidupan Sang Bodhisattwa ialah Jatakamala atau untaian kisah Jataka, karya penyair Aryasura dan jang hidup dalam abad ke-4 Masehi.
GANDAWYUHA
Merupakan barisan relief menghiasi dinding lorong ke-2,adalah kisah Sudhana yang berkelana tanpa mengenal lelah dalam usahanya menggali Pengetahuan Tertinggi mengenai Kebenaran Sejati oleh Sudhana.
Penggambarannya dalam 460 pigura didasarkan pada buku suci Buddha Mahayana yang berjudul Gandawyuha, dan guna bagian penutupnya menurut kisah kitab lainnya yakni Bhadracari.
ARCA BUDDHA
Di samping wujud buddha dalam kosmologi buddhis yang terukir di dinding, di Borobudur terdapat tidak sedikit arca buddha duduk bersila dalam posisi lotus serta memperlihatkan mudra atau sikap tangan simbolis tertentu.
Patung buddha dalam relung-relung di tingkat Rupadhatu, ditata menurut deretan di sisi luar pagar langkan.
Jumlahnya semakin berkurang pada sisi atasnya.
Barisan pagar langkan kesatu terdiri dari 104 relung, baris kedua 104 relung, baris ketiga 88 relung , baris keempat 72 relung, dan baris kelima 64 relung.
Jumlah total ada 432 arca Buddha di tingkat Rupadhatu.
Pada unsur Arupadhatu (tiga pelataran melingkar), arca Buddha ditaruh di dalam stupa-stupa berterawang (berlubang).
Pada pelataran melingkar kesatu ada 32 stupa, pelataran kedua 24 stupa, dan pelataran ketiga ada 16 stupa, semuanya total 72 stupa.
Dari jumlah asli sejumlah 504 arca Buddha, lebih dari 300 telah bobrok (kebanyakan tanpa kepala) dan 43 hilang (sejak penemuan monumen ini, kepala buddha sering dicopet sebagai barang koleksi, banyak sekali oleh museum luar negeri).
Secara sepintas seluruh arca buddha ini tampak serupa, akan namun ada perbedaan halus diantaranya, yakni pada mudra atau posisi sikap tangan.
Terdapat lima kelompok mudra: Utara, Timur, Selatan, Barat, dan Tengah, kesemuanya menurut lima arah utama kompas menurut doktrin Mahayana.
Keempat pagar langkan mempunyai empat mudra: Utara, Timur, Selatan, dan Barat,
dimana setiap arca buddha yang menghadap arah tersebut memperlihatkan mudra yang khas.
Arca Buddha pada pagar langkan kelima dan arca buddha di dalam 72 stupa berterawang di pelataran atas memperlihatkan mudra: Tengah atau Pusat.
Masing-masing mudra menggambarkan lima Dhyani Buddha;
masing-masing dengan arti simbolisnya tersendiri
Borobudur ialah nama suatu candi Buddha yang terletak di Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang
yang letaknya sebelah unsur selatan + 15 km sebelah unsur selatan kota Magelang dataran kedu yang berbukit nyaris seluruhnya di kelilingi pegunungan, pegunungan yang mengelilingi Candi Borobudur di antaranya di sebelah unsur timur ada Gunung Merbabu dan Gunung Merapi Barat, Laut Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro.
Dalam etnis Tionghoa, candi ini disebut pun 婆羅浮屠 (Hanyu Pinyin: pó luó fú tú) dalam bahasa Mandarin.
ASAL USUL SEJARAH SINGKAT CANDI BOROBUDUR
WAKTU DIDIRIKAN
Banyak kitab – kitab sejarah yang menyebutkan mengenai Candi Borobudur akan namun kapan Candi Borobudur tersebut di dirikan tidaklah bisa di ketahui secara pasti
namun suatu estimasi dapat di peroleh dengan artikel singkat yang di pahatkan di atas pigura relief kaki pribumi Candi Borobudur ( Karwa Wibhangga )
menunjukan huruf sejenis dengan yang di dapatkan dari prasati di akhir abad ke – 8 sampai mula abad ke – 9
dari bukti – bukti itu dapat di tarik benang merah bahwa Candi Borobudur di dirikan selama tahun 800 M.
Kesimpulan itu di atas tersebut ternyata cocok benar dengan dengan kerangka sejarah Indonesia pada lazimnya dan pun sejarah yang berada di wilayah jawa tengah pada khususnya
periode antara abad ke – 8 dan pertengahan abad ke – 9 di familiar dengan abad Emas Wangsa Syailendra
kejayaan ini di tandai di bangunnya sebanyak besar candi yang di lereng – lereng gunung banyak sekali berdiri khas bangunan hindu sementara yang bertebaran di dataran – dataran ialah khas bangunan Budha namun ada pun sebagian khas Hindu
Dengan demikian bisa di tarik benang merah bahwa Candi Borobudur di bangun oleh wangsa Syailendra yang familiar dalam sejarah sebab karena usaha guna menjunjung tinggi dan memuliakan agama Budha Mahayana.
Tahap Pembangunan Borobudur
Tahap kesatu
Masa pembangunan Borobudur tidak diketahui tentu (diperkirakan antara 750 dan 850 M). Pada tadinya dibangun tata susun bertingkat. Sepertinya dirancang sebagai piramida berundak. tetapi lantas diubah. Sebagai bukti terdapat tata susun yang dibongkar.
Tahap kedua
Pondasi Borobudur diperlebar, diperbanyak dengan dua undak persegi dan satu undak lingkaran yang langsung diserahkan stupa induk besar.
Tahap ketiga
Undak atas lingkaran dengan stupa induk besar dirombak dan dihilangkan dan diganti tiga undak lingkaran. Stupa-stupa di bina pada puncak undak-undak ini dengan satu stupa besar di tengahnya.
Tahap keempat
Ada evolusi kecil seperti penciptaan relief evolusi tangga dan lengkung atas pintu.
PENEMUAN KEMBALI
Borobudur yang menjadi keganjilan dunia menjulang tinggi antara dataran rendah di sekelilingnya.
Tidak bakal pernah masuk akal mereka menyaksikan karya seni terbesar yang adalahhasil karya paling mengagumkan dan tidak lebih masuk akal lagi bila disampaikan Candi Borobudur pernah merasakan kerusakan
Memang demikian keadaannya Candi Borobudur terlupakan sekitar tenggang masa-masa yang lumayan lama bahkan hingga berabad – abad bangunan yang begitu megahnya di hadapkan pada proses kehancuran.
Kira – kira melulu 150 tahun Candi Borobudur di pakai sebagai pusat Ziarah, masa-masa yang singkat di bandingkan dengan usianya saat pekerja menghiasi / membina bukit alam Candi Borobudur dengan batu – batu di bawah pemerintahan yang paling terkenal yakni SAMARATUNGGA,
sekitar tahun 800 – an dengan berakhirnya kerajaan Mataram tahu 930 M pusat kehidupan dan kebudayaan jawa bergeser ke timur
Demikian sebab terbengkalai tak terurus maka lama – lama di sana – sini tumbuh macam – macam tumbuhan binal yang lama kelamaan menjadi rimbun dan menutupi bangunannya.
Pada kira – kira abad ke – 10 Candi Borobudur terlantar dan terlupakan.
Baru pada tahun 1814 M berkat usaha Sir Thomas Stamford Rafles Candi Borobudur hadir dari kegelapan masa silam.
Rafles ialah Letnan Gubernur Jendral Inggris, saat Indonesia di kuasai / di jajah Inggris pada tahun 1811 M –1816 M.
Pada tahun 1835 M semua candi dilepaskan dari apa yang menjadi penghalang pemandangan oleh Presiden kedua yang mempunyai nama Hartman,
karena begitu tertariknya terhadap Candi Borobudur sampai-sampai ia mengusahakan pembersihan lebih lanjut,
puing –puing yang masih menutupi candi di singkirkan dan tanah yang menutupi lorong – lorong dari bangunan candi di singkirkan semua sampai-sampai candi lebih baik di bandingkan sebelumnya.
Foto Pertama Candi Borobudur dari tahun 1873, bendera Belanda nampak pada stupa utama candi
PENYELAMATAN 1
Semenjak Candi Borobudur di temukan dimulailah usaha perbaikan dan pemugaran pulang bangunan Candi Borobudur
mula – awal hanya dilaksanakan secara kecil – kecilan serta penciptaan gambar – gambar dan photo – photo reliefnya.
Pemugaran Candi Borobudur yang kesatu kali dilaksanakan pada tahun 1907 M – 1911 M di bawah pimpinan Tuan Van erf dengan maksudnya ialah untuk menghindari kehancuran – kehancuran yang lebih banyak lagi dari bangunan Candi Borobudur
Teras tertinggi sesudah restorasi Van Erp
walaupun tidak sedikit bagian tembok atau dinding – dinding khususnya tingkat tiga dari bawah sebelah Barat Laut, Utara dan Timur Laut yang masih tampak oleng dan paling mengkhawatirkan untuk para pengunjung maupun bangunannya sendiri tetapi pekerjaan Van Erp itu untuk sedangkan Candi Borobudur bisa di selamatkan dari kehancuran yang lebih besar.
Mengenai gapura – gapura hanya sejumlah saja yang sudah di lakukan masa tersebut telah membalikkan kejayaan masa silam,
namun pun perlu di sadari bahwa tahun – tahun yang dilewati borobudur sekitar tersembunyi di semak – semak secara tidak langsung sudah menutupi dan mengayomi dari cuaca buruk yang barangkali dapat merusak bangunan Candi Borobudur,
Van Erp berasumsi miring dan meleseknya dinding – dinding dari bangunan tersebut tidak paling membahayakan bangunan itu,
Pendapat tersebut sampai 50 tahun lantas memang tidak salah bakal tetapi semenjak tahun 1960 M pendapat Tuan Van erf tersebut mulai di ragukan dan di khawatirkan bakal ada kehancuran yang lebih parah
PEMUGARAN CANDI BOROBUDUR
Pemugaran Candi Borobudur di mulai tanggal 10 Agustus 1973
prasati dimulainya kegiatan pemugaran Candi Borobudur terletak di sebelah Barat Laut Menghadap ke timur
karyawan pemugaran tidak tidak cukup dari 600 orang diantaranya terdapat tenaga – tenaga muda alumni SMA dan SIM
bangunan yang memang diserahkan pendidikan terutama mengenai teori dan praktek dalam bidang Chemika Arkeologi ( CA ) dan Teknologi Arkeologi ( TA )
Teknologi Arkeologi bertugas merombak dan memasang batu - batu Candi Borobudur sementara Chemika Arkeologi bertugas mencuci serta membetulkan batu – batu yang telah retak dan pecah,
pekerjaan – pekerjan di atas mempunyai sifat arkeologi seluruh di tangani oleh badan pemugaran Candi Borobudur,
sedangkan kegiatan yang mempunyai sifat teknis laksana penyediaan transportasi pengadaaan bahan – bahan bangunan di tangani oleh kontraktor
( PT NIDYA KARYA dan THE CONTRUCTION AND DEVELOPMENT CORPORATION OF THE FILIPINE ).
Bagian – unsur Candi Borobudur yang di pugar merupakan bagian Rupadhatu yaitu lokasi tingkat dari bawah yang berbentuk bujur sangkar sementara kaki Candi Borobudur serta teras I, II, III dan stupa induk ikut di pugar pemugaran berlalu pada tanggal 23 Februari 1983 M di bawah pimpinan DR Soekmono dengan di tandai suatu batu prasati seberat + 20 Ton.
Prasasti peresmian selesainya pemugaran sedang di halaman barat dengan batu yang paling besar di buatkan dengan dua unsur satu menghadap ke unsur utara satu lagi menghadap ke timur
penulisan dalam prasasti itu di tanda tangani langsung oleh tenaga yang berpengalaman dan terampil dari Yogyakarta yang bekerja pada proyek pemugaran Candi Borobudur.
Ikhtisar Waktu Proses Pemugaran Candi borobudur
1814 - Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jenderal Britania Raya di Jawa, mendengar adanya penemuan benda purbakala di desa Borobudur.
Raffles menyuruh H.C. Cornelius guna menyelidiki tempat penemuan, berupa bukit yang diisi semak belukar.
1873 - monografi kesatu mengenai candi diterbitkan.
1900 - pemerintahan Hindia Belanda memutuskan sebuah panitia pemugaran dan perawatan candi Borobudur.
1907 - Theodoor van Erp memimpin pemugaran sampai tahun 1911.
1926 - Borobudur dipugar kembali, namun terhenti pada tahun 1940 dampak krisis malaise dan Perang Dunia II.
1956 - Pemerintah Indonesia meminta pertolongan UNESCO.
Prof. Dr. C. Coremans datang ke Indonesia dari Belgia untuk menganalisis sebab-sebab kehancuran Borobudur.
1963 - Pemerintah Indonesia menerbitkan surat keputusan guna memugar Borobudur, namun berantakan sesudah terjadi peristiwa G-30-S.
1968 - Pada konferensi-15 di Perancis, UNESCO setuju guna memberi pertolongan untuk mengamankan Borobudur.
1971 - Pemerintah Indonesia menyusun badan pemugaran Borobudur yang diketuai Prof.Ir.Roosseno.
1972 - International Consultative Committee disusun dengan melibatkan sekian banyak negara dan Roosseno sebagai ketuanya.
Komite yang disponsori UNESCO meluangkan 5 juta dolar Amerika Serikat dari ongkos pemugaran 7.750 juta dolar Amerika Serikat.
Sisanya ditanggung Indonesia.
10 Agustus 1973 - Presiden Soeharto meresmikan dimulainya pemugaran Borobudur; pemugaran berlalu pada tahun 1984
21 Januari 1985 - terjadi serangan bom yang merusakkan sejumlah stupa pada Candi Borobudur yang lantas segera dibetulkan kembali.
Serangan dilaksanakan oleh kumpulan Islam ekstremis yang dipimpin oleh Husein Ali Al Habsyi.
1991 - Borobudur diputuskan sebagai Warisan Dunia UNESCO.
BAtu Peringatan Pemugaran candi Borobudur dengan pertolongan UNESCO
ASAL USUL NAMA BOROBUDUR
Banyak teori yang berjuang menjelaskan nama candi ini.
Salah satunya mengaku bahwa nama ini bisa jadi berasal dari kata Sambharabhudhara, yaitu dengan kata lain "gunung" (bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras.
Selain tersebut terdapat sejumlah etimologi rakyat lainnya.
Misalkan kata borobudur berasal dari perkataan "para Buddha" yang sebab pergeseran bunyi menjadi borobudur.
Penjelasan lain merupakan bahwa nama ini berasal dari dua kata "bara" dan "beduhur".
Kata bara konon berasal dari kata vihara, sedangkan ada pula keterangan lain di mana bara berasal dari bahasa Sansekerta yang dengan kata lain kompleks candi atau biara dan beduhur dengan kata lain ialah "tinggi", atau mengingatkan dalam bahasa Bali yang berarti "di atas".
Jadi maksudnya merupakan sebuah biara atau asrama yang sedang di tanah tinggi.
Sejarawan J.G. de Casparis dalam disertasinya guna mendapatkan gelar doktor pada 1950 berasumsi bahwa Borobudur ialah tempat pemujaan.
Berdasarkan prasasti Karangtengah dan Kahulunan, Casparis memperkirakan pendiri Borobudur ialah raja Mataram dari wangsa Syailendra mempunyai nama Samaratungga, yang mengerjakan pembangunan selama tahun 824 M.
Bangunan raksasa tersebut baru dapat ditamatkan pada masa putrinya, Ratu Pramudawardhani.
Pembangunan Borobudur diduga memakan waktu separuh abad.
Dalam prasasti Karangtengah pula dilafalkan mengenai penganugerahan tanah sima (tanah bebas pajak) oleh Çrī Kahulunan (Pramudawardhani) untuk merawat Kamūlān yang dinamakan Bhūmisambhāra.
Istilah Kamūlān sendiri berasal dari kata awal yang berarti lokasi asal muasal, bangunan suci untuk menghormati leluhur,
kemungkinan leluhur dari wangsa Sailendra.
Casparis memperkirakan bahwa Bhūmi Sambhāra Bhudhāra dalam bahasa sansekerta yang berarti "Bukit himpunan kebaikan sepuluh tingkatan boddhisattwa", ialah nama pribumi Borobudur.
BANGUNAN CANDI BOROBUDUR
URAIAN BANGUNAN CANDI BOROBUDUR
Candi Borobudur di bangun mengunakan batu Adhesit sejumlah 55.000 M3
bangunan Candi Borobudur berbentuk limas yang berundak – undak dengan tangga naik pada ke – 4 sisinya ( Utara, selatan, Timur Dan Barat )
pada Candi Borobudur tidak terdapat ruangan di mana orang tak dapat masuk melainkan dapat naik ke atas saja.
Lebar bangunan Candi Borobudur 123 M
Panjang bangunan Candi Borobudur 123 M
Pada sudut yang membelok 113 M
Dan tinggi bangunan Candi Borobudur 30.5 M
Pada kaki yang pribumi di di blokir oleh batu Adhesit sejumlah 12.750 M3 sebagai selasar undaknya.
Candi Borobudur mempunyai struktur dasar punden berundak, dengan enam pelataran berbentuk bujur sangkar, tiga pelataran berbentuk bundar melingkar dan suatu stupa utama sebagai puncaknya.
Selain tersebut tersebar di seluruh pelatarannya sejumlah stupa.
Sepuluh pelataran yang dipunyai Borobudur mencerminkan secara jelas filsafat mazhab Mahayana.
Bagaikan suatu kitab, Borobudur mencerminkan sepuluh tingkatan Bodhisattva yang mesti dilewati untuk menjangkau kesempurnaan menjadi Buddha.
Bagian kaki Borobudur menggambarkan Kamadhatu, yakni dunia yang masih dikuasai oleh kama atau "nafsu rendah".
Bagian ini mayoritas tertutup oleh tumpukan batu yang diduga diciptakan untuk memperkuat konstruksi candi.
Pada unsur yang tertutup struktur ekstra ini ada 120 panel kisah Kammawibhangga.
Sebagian kecil struktur tambahan tersebut disisihkan sampai-sampai orang masih dapat menyaksikan relief pada unsur ini.
Empat lantai dengan dinding berelief di atasnya oleh para berpengalaman dinamakan Rupadhatu.
Lantainya berbentuk persegi.
Rupadhatu ialah dunia yang telah dapat melepaskan diri dari nafsu, namun masih terbelenggu oleh rupa dan bentuk.
Tingkatan ini menggambarkan alam antara yakni, antara alam bawah dan alam atas.
Pada unsur Rupadhatu ini patung-patung Buddha ada pada ceruk-ceruk dinding di atas ballustrade atau selasar.
Mulai lantai kelima sampai ketujuh dindingnya tidak berelief.
Tingkatan ini disebut Arupadhatu (yang berarti tidak berupa atau tidak berwujud).
Denah lantai berbentuk lingkaran.
Tingkatan ini menggambarkan alam atas, di mana insan sudah bebas dari segala kemauan dan ikatan format dan rupa, tetapi belum menjangkau nirwana.
Patung-patung Buddha ditempatkan di dalam stupa yang diblokir berlubang-lubang laksana dalam kurungan.
Dari luar patung-patung tersebut masih terlihat samar-samar.
Tingkatan tertinggi yang mencerminkan ketiadaan wujud dicerminkan berupa stupa yang terbesar dan tertinggi.
Stupa dicerminkan polos tanpa lubang-lubang.
Di dalam stupa terbesar ini pernah ditemukan patung Buddha yang tidak sempurna atau disebut pun unfinished Buddha, yang disalahsangkakan sebagai patung Adibuddha, padahal melewati penelitian lebih lanjut tidak pernah terdapat patung pada stupa utama, patung yang tidak selesai tersebut merupakan kekeliruan pemahatnya pada zaman dahulu.
menurut keyakinan patung yang salah dalam proses pembuatannya memang jangan dirusak.
Penggalian arkeologi yang dilaksanakan di halaman candi ini menemukan tidak sedikit patung laksana ini.
Di masa lalu, sejumlah patung Buddha bareng dengan 30 batu dengan relief, dua patung singa, sejumlah batu berbentuk kala, tangga dan gerbang diantarkan kepada Raja Thailand, Chulalongkorn yang mendatangi Hindia Belanda (kini Indonesia) pada tahun 1896 sebagai hadiah dari pemerintah Hindia Belanda saat itu.
Borobudur tidak mempunyai ruang-ruang pemujaan laksana candi-candi lain.
Yang ada merupakan lorong-lorong panjang yang adalahjalan sempit.
Lorong-lorong diberi batas dinding mengelilingi candi tingkat demi tingkat.
Di lorong-lorong berikut umat Buddha diduga melakukan upacara berlangsung kaki mengelilingi candi ke arah kanan.
Bentuk bangunan tanpa ruangan dan struktur bertingkat-tingkat ini diperkirakan adalahperkembangan dari format punden berundak, yang merupakan format arsitektur pribumi dari masa prasejarah Indonesia.
Struktur Borobudur bila disaksikan dari atas menyusun struktur Mandala.
Struktur Borobudur tidak menggunakan semen sama sekali, tetapi sistem interlock yaitu laksana balok-balok Lego yang dapat menempel tanpa lem.
PATUNG
Di dalam bangunan Budha ada patung – patung Budha berjumlah 504 buah diantaranya sebagai berikut:
Patung Budha yang ada pada relung – relung : 432 Buah
Sedangkan pada teras – teras I, II, III berjumlah : 72 Buah
Jumlah : 504 Buah
Agar lebih jelas rangkaian – rangkaian patung Budha pada Budha sebagai berikut:
1. Langkah I Teradapat : 104 Patung Budha
2. Langkah II Terdapat : 104 Patung Budha
3. Langkah III Terdapat : 88 Patung Budha
4. Langkah IV Terdapat : 22 Patung Budha
5. Langkah V Terdapat : 64 Patung Budha
6. Teras Bundar I Terdapat : 32 Patung Budha
7. Teras Bundar II Terdapat : 24 Patung Budha
8. Teras Bundar III Terdapat : 16 Patung Budha
Jumlah : 504 Patung Budha
Sekilas patung Budha tersebut tampak serupa semuanya tetapi sesunguhnya ada pun perbedaannya perbedaan yang paling jelas dan pun yang memisahkan satu sama lainya ialah dalam sikap tangannya yang di sebut Mudra dan merupakan karakteristik untuk masing-masing patung
sikap tangan patung Budha di Candi Borobudur terdapat 6 macam melulu saja sebab macam oleh sebab macam mudra yang di miliki menghadap seluruh arah (Timur Selatan Barat dan Utara) pada unsur rupadhatu tahapan V maupun pada unsur arupadhatu pada umumnya mencerminkan maksud yang sama maka jumlah mudra yang pokok terdapat 5
kelima mudra itu ialah Bhumispara – Mudra Wara – Mudra, Dhayana – Mudra, Abhaya – Mudra, Dharma Cakra – Mudra.
PATUNG SINGA
Pada Candi Borobudur di samping patung Budha pun ada patung singa jumlah patung singa seharusnya tidak tidak cukup dari 32 buah akan namun bila di hitung kini jumlahnya berkurang karena sekian banyak sebab satu satunya patung singa besar berada pada halaman sisi Barat yang pun menghadap ke barat seolah – olah sedang mengawal bangunan Candi Borobudur yang megah dan anggun.
STUPA
- Stupa Induk
Berukuran lebih banyak dari stupa – stupa lainya dan terletak di tengah – tengah sangat atas yang adalahmhkota dari semua monumen bangunan Candi Borobudur,
garis tengah Stupa induk + 9.90 M puncak yang tertinggi di sebut pinakel / Yasti Cikkara, terletak di atas Padmaganda dan pun trletak di garis Harmika.
- Stupa Berlubang / Terawang
Yang dimaksud stupa berlubang atau terawang merupakan Stupa yang ada pada teras I, II, III di mana di dalamnya ada patung Budha.
Di Candi Borobudur jumlah stupa berlubang seluruhnya 72 Buah, stupa – stupa itu berada pada tingkat Arupadhatu
Teras I ada 32 Stupa
Teras II ada 24 Stupa
Teras III ada 16 Stupa
Jumlah 72 Stupa
- Stupa kecil
Stupa kecil berbentuk nyaris sama dengan stupa yang lainya melulu saja perbedaannya yang menojol ialah ukurannya yang lebih kecil dari stupa yang lainya, seolah – olah menjadi dekorasi bangunan Candi Borobudur keberadaanstupa ini menduduki relung – relung pada tahapan ke II saampai tahapan ke V sementara pada tahapan I berupa Keben dan beberapa berupa Stupa kecil jumlah stupa kecil terdapat 1472 Buah.
RELIEF
Di masing-masing tingkatan dipahat relief-relief pada dinding candi.
Relief-relief ini dibaca cocok arah jarum jam atau dinamakan mapradaksina dalam bahasa Jawa Kuna yang berasal dari bahasa Sansekerta daksina yang dengan kata lain ialah timur.
Relief-relief ini bermacam-macam isi ceritanya, antara beda relief-relief kisah jātaka.
Pembacaan cerita-cerita relief ini senantiasa dimulai, dan selesai pada pintu gerbang sisi unsur timur di masing-masing tingkatnya, mulainya di sebelah kiri dan selesai di sebelah kanan pintu gerbang itu.
Maka secara nyata bahwa sebelah timur ialah tangga naik yang bahwasannya (utama) dan mengarah ke puncak candi, dengan kata lain bahwa candi menghadap ke unsur timur meskipun sisi-sisi lainnya serupa benar.
Secara runtutan, maka kisah pada relief candi secara singkat bermakna inilah ini :
KARMAWIBHANGGA
Sesuai dengan arti simbolis pada kaki candi,
relief yang menghiasi dinding batur yang terselubung tersebut mencerminkan hukum karma.
Deretan relief itu bukan merupakan kisah seri (serial),
tetapi pada masing-masing pigura mencerminkan suatu kisah yang memiliki korelasi karena akibat.
Relief itu tidak saja memberi cerminan terhadap tindakan tercela insan disertai dengan hukuman yang bakal diperolehnya,
tetapi pun perbuatan baik insan dan pahala.
Secara borongan adalahpenggambaran kehidupan insan dalam lingkaran bermunculan - hidup - mati (samsara) yang tidak pernah berakhir, dan oleh agama Buddha rantai tersebutlah yang akan diselesaikan untuk mengarah ke kesempurnaan
LALITAWISTARA
Merupakan penggambaran riwayat Sang Buddha dalam barisan relief-relief (tetapi bukan adalahriwayat yang menyeluruh )
yang dibuka dari turunnya Sang Buddha dari sorga Tusita, dan selesai dengan wejangan kesatu di Taman Rusa dekat kota Banaras.
Relief ini berjajar dari tangga pada sisi sebelah selatan, sesudah melampui barisan relief sejumlah 27 pigura yang dibuka dari tangga sisi timur.
Ke-27 pigura tersebut mencerminkan kesibukan, baik di sorga maupun di dunia, sebagai persiapan guna menyambut hadirnya penjelmaan terakhir Sang Bodhisattwa selaku calon Buddha.
Relief tersebut mencerminkan lahirnya Sang Buddha di arcapada ini sebagai Pangeran Siddhartha, putra Raja Suddhodana dan Permaisuri Maya dari Negeri Kapilawastu.
Relief itu berjumlah 120 pigura, yang selesai dengan wejangan kesatu, yang secara simbolis ditetapkan sebagai Pemutaran Roda Dharma, doktrin Sang Buddha di sebut dharma yang pun berarti "hukum", sementara dharma dicerminkan sebagai roda.
JATAKA DAN AWADANA
Jataka ialah cerita mengenai Sang Buddha sebelum dicetuskan sebagai Pangeran Siddharta.
Isinya adalahpokok penonjolan tindakan baik, yang memisahkan Sang Bodhisattwa dari makhluk beda manapun juga.
Sesungguhnya, pendataan jasa/perbuatan baik adalahtahapan persiapan dalam usaha mengarah ke ketingkat ke-Buddha-an.
Sedangkan Awadana, pada dasarnya nyaris sama dengan Jataka akan namun pelakunya bukan Sang Bodhisattwa, tetapi orang beda dan ceritanya dihimpun dalam buku Diwyawadana yang berarti tindakan mulia kedewaan, dan buku Awadanasataka atau seratus kisah Awadana.
Pada relief candi Borobudur jataka dan awadana, diperlakukan sama, dengan kata lain keduanya ada dalam barisan yang sama tanpa dibedakan.
Himpunan yang sangat terkenal dari kehidupan Sang Bodhisattwa ialah Jatakamala atau untaian kisah Jataka, karya penyair Aryasura dan jang hidup dalam abad ke-4 Masehi.
GANDAWYUHA
Merupakan barisan relief menghiasi dinding lorong ke-2,adalah kisah Sudhana yang berkelana tanpa mengenal lelah dalam usahanya menggali Pengetahuan Tertinggi mengenai Kebenaran Sejati oleh Sudhana.
Penggambarannya dalam 460 pigura didasarkan pada buku suci Buddha Mahayana yang berjudul Gandawyuha, dan guna bagian penutupnya menurut kisah kitab lainnya yakni Bhadracari.
ARCA BUDDHA
Di samping wujud buddha dalam kosmologi buddhis yang terukir di dinding, di Borobudur terdapat tidak sedikit arca buddha duduk bersila dalam posisi lotus serta memperlihatkan mudra atau sikap tangan simbolis tertentu.
Patung buddha dalam relung-relung di tingkat Rupadhatu, ditata menurut deretan di sisi luar pagar langkan.
Jumlahnya semakin berkurang pada sisi atasnya.
Barisan pagar langkan kesatu terdiri dari 104 relung, baris kedua 104 relung, baris ketiga 88 relung , baris keempat 72 relung, dan baris kelima 64 relung.
Jumlah total ada 432 arca Buddha di tingkat Rupadhatu.
Pada unsur Arupadhatu (tiga pelataran melingkar), arca Buddha ditaruh di dalam stupa-stupa berterawang (berlubang).
Pada pelataran melingkar kesatu ada 32 stupa, pelataran kedua 24 stupa, dan pelataran ketiga ada 16 stupa, semuanya total 72 stupa.
Dari jumlah asli sejumlah 504 arca Buddha, lebih dari 300 telah bobrok (kebanyakan tanpa kepala) dan 43 hilang (sejak penemuan monumen ini, kepala buddha sering dicopet sebagai barang koleksi, banyak sekali oleh museum luar negeri).
Secara sepintas seluruh arca buddha ini tampak serupa, akan namun ada perbedaan halus diantaranya, yakni pada mudra atau posisi sikap tangan.
Terdapat lima kelompok mudra: Utara, Timur, Selatan, Barat, dan Tengah, kesemuanya menurut lima arah utama kompas menurut doktrin Mahayana.
Keempat pagar langkan mempunyai empat mudra: Utara, Timur, Selatan, dan Barat,
dimana setiap arca buddha yang menghadap arah tersebut memperlihatkan mudra yang khas.
Arca Buddha pada pagar langkan kelima dan arca buddha di dalam 72 stupa berterawang di pelataran atas memperlihatkan mudra: Tengah atau Pusat.
Masing-masing mudra menggambarkan lima Dhyani Buddha;
masing-masing dengan arti simbolisnya tersendiri
Borobudur ialah nama suatu candi Buddha yang terletak di Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang
yang letaknya sebelah unsur selatan + 15 km sebelah unsur selatan kota Magelang dataran kedu yang berbukit nyaris seluruhnya di kelilingi pegunungan, pegunungan yang mengelilingi Candi Borobudur di antaranya di sebelah unsur timur ada Gunung Merbabu dan Gunung Merapi Barat, Laut Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro.
Dalam etnis Tionghoa, candi ini disebut pun 婆羅浮屠 (Hanyu Pinyin: pó luó fú tú) dalam bahasa Mandarin.
ASAL USUL SEJARAH SINGKAT CANDI BOROBUDUR
WAKTU DIDIRIKAN
Banyak kitab – kitab sejarah yang menyebutkan mengenai Candi Borobudur akan namun kapan Candi Borobudur tersebut di dirikan tidaklah bisa di ketahui secara pasti
namun suatu estimasi dapat di peroleh dengan artikel singkat yang di pahatkan di atas pigura relief kaki pribumi Candi Borobudur ( Karwa Wibhangga )
menunjukan huruf sejenis dengan yang di dapatkan dari prasati di akhir abad ke – 8 sampai mula abad ke – 9
dari bukti – bukti itu dapat di tarik benang merah bahwa Candi Borobudur di dirikan selama tahun 800 M.
Kesimpulan itu di atas tersebut ternyata cocok benar dengan dengan kerangka sejarah Indonesia pada lazimnya dan pun sejarah yang berada di wilayah jawa tengah pada khususnya
periode antara abad ke – 8 dan pertengahan abad ke – 9 di familiar dengan abad Emas Wangsa Syailendra
kejayaan ini di tandai di bangunnya sebanyak besar candi yang di lereng – lereng gunung banyak sekali berdiri khas bangunan hindu sementara yang bertebaran di dataran – dataran ialah khas bangunan Budha namun ada pun sebagian khas Hindu
Dengan demikian bisa di tarik benang merah bahwa Candi Borobudur di bangun oleh wangsa Syailendra yang familiar dalam sejarah sebab karena usaha guna menjunjung tinggi dan memuliakan agama Budha Mahayana.
Tahap Pembangunan Borobudur
Tahap kesatu
Masa pembangunan Borobudur tidak diketahui tentu (diperkirakan antara 750 dan 850 M). Pada tadinya dibangun tata susun bertingkat. Sepertinya dirancang sebagai piramida berundak. tetapi lantas diubah. Sebagai bukti terdapat tata susun yang dibongkar.
Tahap kedua
Pondasi Borobudur diperlebar, diperbanyak dengan dua undak persegi dan satu undak lingkaran yang langsung diserahkan stupa induk besar.
Tahap ketiga
Undak atas lingkaran dengan stupa induk besar dirombak dan dihilangkan dan diganti tiga undak lingkaran. Stupa-stupa di bina pada puncak undak-undak ini dengan satu stupa besar di tengahnya.
Tahap keempat
Ada evolusi kecil seperti penciptaan relief evolusi tangga dan lengkung atas pintu.
PENEMUAN KEMBALI
Borobudur yang menjadi keganjilan dunia menjulang tinggi antara dataran rendah di sekelilingnya.
Tidak bakal pernah masuk akal mereka menyaksikan karya seni terbesar yang adalahhasil karya paling mengagumkan dan tidak lebih masuk akal lagi bila disampaikan Candi Borobudur pernah merasakan kerusakan
Memang demikian keadaannya Candi Borobudur terlupakan sekitar tenggang masa-masa yang lumayan lama bahkan hingga berabad – abad bangunan yang begitu megahnya di hadapkan pada proses kehancuran.
Kira – kira melulu 150 tahun Candi Borobudur di pakai sebagai pusat Ziarah, masa-masa yang singkat di bandingkan dengan usianya saat pekerja menghiasi / membina bukit alam Candi Borobudur dengan batu – batu di bawah pemerintahan yang paling terkenal yakni SAMARATUNGGA,
sekitar tahun 800 – an dengan berakhirnya kerajaan Mataram tahu 930 M pusat kehidupan dan kebudayaan jawa bergeser ke timur
Demikian sebab terbengkalai tak terurus maka lama – lama di sana – sini tumbuh macam – macam tumbuhan binal yang lama kelamaan menjadi rimbun dan menutupi bangunannya.
Pada kira – kira abad ke – 10 Candi Borobudur terlantar dan terlupakan.
Baru pada tahun 1814 M berkat usaha Sir Thomas Stamford Rafles Candi Borobudur hadir dari kegelapan masa silam.
Rafles ialah Letnan Gubernur Jendral Inggris, saat Indonesia di kuasai / di jajah Inggris pada tahun 1811 M –1816 M.
Pada tahun 1835 M semua candi dilepaskan dari apa yang menjadi penghalang pemandangan oleh Presiden kedua yang mempunyai nama Hartman,
karena begitu tertariknya terhadap Candi Borobudur sampai-sampai ia mengusahakan pembersihan lebih lanjut,
puing –puing yang masih menutupi candi di singkirkan dan tanah yang menutupi lorong – lorong dari bangunan candi di singkirkan semua sampai-sampai candi lebih baik di bandingkan sebelumnya.
Foto Pertama Candi Borobudur dari tahun 1873, bendera Belanda nampak pada stupa utama candi
PENYELAMATAN 1
Semenjak Candi Borobudur di temukan dimulailah usaha perbaikan dan pemugaran pulang bangunan Candi Borobudur
mula – awal hanya dilaksanakan secara kecil – kecilan serta penciptaan gambar – gambar dan photo – photo reliefnya.
Pemugaran Candi Borobudur yang kesatu kali dilaksanakan pada tahun 1907 M – 1911 M di bawah pimpinan Tuan Van erf dengan maksudnya ialah untuk menghindari kehancuran – kehancuran yang lebih banyak lagi dari bangunan Candi Borobudur
Teras tertinggi sesudah restorasi Van Erp
walaupun tidak sedikit bagian tembok atau dinding – dinding khususnya tingkat tiga dari bawah sebelah Barat Laut, Utara dan Timur Laut yang masih tampak oleng dan paling mengkhawatirkan untuk para pengunjung maupun bangunannya sendiri tetapi pekerjaan Van Erp itu untuk sedangkan Candi Borobudur bisa di selamatkan dari kehancuran yang lebih besar.
Mengenai gapura – gapura hanya sejumlah saja yang sudah di lakukan masa tersebut telah membalikkan kejayaan masa silam,
namun pun perlu di sadari bahwa tahun – tahun yang dilewati borobudur sekitar tersembunyi di semak – semak secara tidak langsung sudah menutupi dan mengayomi dari cuaca buruk yang barangkali dapat merusak bangunan Candi Borobudur,
Van Erp berasumsi miring dan meleseknya dinding – dinding dari bangunan tersebut tidak paling membahayakan bangunan itu,
Pendapat tersebut sampai 50 tahun lantas memang tidak salah bakal tetapi semenjak tahun 1960 M pendapat Tuan Van erf tersebut mulai di ragukan dan di khawatirkan bakal ada kehancuran yang lebih parah
PEMUGARAN CANDI BOROBUDUR
Pemugaran Candi Borobudur di mulai tanggal 10 Agustus 1973
prasati dimulainya kegiatan pemugaran Candi Borobudur terletak di sebelah Barat Laut Menghadap ke timur
karyawan pemugaran tidak tidak cukup dari 600 orang diantaranya terdapat tenaga – tenaga muda alumni SMA dan SIM
bangunan yang memang diserahkan pendidikan terutama mengenai teori dan praktek dalam bidang Chemika Arkeologi ( CA ) dan Teknologi Arkeologi ( TA )
Teknologi Arkeologi bertugas merombak dan memasang batu - batu Candi Borobudur sementara Chemika Arkeologi bertugas mencuci serta membetulkan batu – batu yang telah retak dan pecah,
pekerjaan – pekerjan di atas mempunyai sifat arkeologi seluruh di tangani oleh badan pemugaran Candi Borobudur,
sedangkan kegiatan yang mempunyai sifat teknis laksana penyediaan transportasi pengadaaan bahan – bahan bangunan di tangani oleh kontraktor
( PT NIDYA KARYA dan THE CONTRUCTION AND DEVELOPMENT CORPORATION OF THE FILIPINE ).
Bagian – unsur Candi Borobudur yang di pugar merupakan bagian Rupadhatu yaitu lokasi tingkat dari bawah yang berbentuk bujur sangkar sementara kaki Candi Borobudur serta teras I, II, III dan stupa induk ikut di pugar pemugaran berlalu pada tanggal 23 Februari 1983 M di bawah pimpinan DR Soekmono dengan di tandai suatu batu prasati seberat + 20 Ton.
Prasasti peresmian selesainya pemugaran sedang di halaman barat dengan batu yang paling besar di buatkan dengan dua unsur satu menghadap ke unsur utara satu lagi menghadap ke timur
penulisan dalam prasasti itu di tanda tangani langsung oleh tenaga yang berpengalaman dan terampil dari Yogyakarta yang bekerja pada proyek pemugaran Candi Borobudur.
Ikhtisar Waktu Proses Pemugaran Candi borobudur
1814 - Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jenderal Britania Raya di Jawa, mendengar adanya penemuan benda purbakala di desa Borobudur.
Raffles menyuruh H.C. Cornelius guna menyelidiki tempat penemuan, berupa bukit yang diisi semak belukar.
1873 - monografi kesatu mengenai candi diterbitkan.
1900 - pemerintahan Hindia Belanda memutuskan sebuah panitia pemugaran dan perawatan candi Borobudur.
1907 - Theodoor van Erp memimpin pemugaran sampai tahun 1911.
1926 - Borobudur dipugar kembali, namun terhenti pada tahun 1940 dampak krisis malaise dan Perang Dunia II.
1956 - Pemerintah Indonesia meminta pertolongan UNESCO.
Prof. Dr. C. Coremans datang ke Indonesia dari Belgia untuk menganalisis sebab-sebab kehancuran Borobudur.
1963 - Pemerintah Indonesia menerbitkan surat keputusan guna memugar Borobudur, namun berantakan sesudah terjadi peristiwa G-30-S.
1968 - Pada konferensi-15 di Perancis, UNESCO setuju guna memberi pertolongan untuk mengamankan Borobudur.
1971 - Pemerintah Indonesia menyusun badan pemugaran Borobudur yang diketuai Prof.Ir.Roosseno.
1972 - International Consultative Committee disusun dengan melibatkan sekian banyak negara dan Roosseno sebagai ketuanya.
Komite yang disponsori UNESCO meluangkan 5 juta dolar Amerika Serikat dari ongkos pemugaran 7.750 juta dolar Amerika Serikat.
Sisanya ditanggung Indonesia.
10 Agustus 1973 - Presiden Soeharto meresmikan dimulainya pemugaran Borobudur; pemugaran berlalu pada tahun 1984
21 Januari 1985 - terjadi serangan bom yang merusakkan sejumlah stupa pada Candi Borobudur yang lantas segera dibetulkan kembali.
Serangan dilaksanakan oleh kumpulan Islam ekstremis yang dipimpin oleh Husein Ali Al Habsyi.
1991 - Borobudur diputuskan sebagai Warisan Dunia UNESCO.
BAtu Peringatan Pemugaran candi Borobudur dengan pertolongan UNESCO
ASAL USUL NAMA BOROBUDUR
Banyak teori yang berjuang menjelaskan nama candi ini.
Salah satunya mengaku bahwa nama ini bisa jadi berasal dari kata Sambharabhudhara, yaitu dengan kata lain "gunung" (bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras.
Selain tersebut terdapat sejumlah etimologi rakyat lainnya.
Misalkan kata borobudur berasal dari perkataan "para Buddha" yang sebab pergeseran bunyi menjadi borobudur.
Penjelasan lain merupakan bahwa nama ini berasal dari dua kata "bara" dan "beduhur".
Kata bara konon berasal dari kata vihara, sedangkan ada pula keterangan lain di mana bara berasal dari bahasa Sansekerta yang dengan kata lain kompleks candi atau biara dan beduhur dengan kata lain ialah "tinggi", atau mengingatkan dalam bahasa Bali yang berarti "di atas".
Jadi maksudnya merupakan sebuah biara atau asrama yang sedang di tanah tinggi.
Sejarawan J.G. de Casparis dalam disertasinya guna mendapatkan gelar doktor pada 1950 berasumsi bahwa Borobudur ialah tempat pemujaan.
Berdasarkan prasasti Karangtengah dan Kahulunan, Casparis memperkirakan pendiri Borobudur ialah raja Mataram dari wangsa Syailendra mempunyai nama Samaratungga, yang mengerjakan pembangunan selama tahun 824 M.
Bangunan raksasa tersebut baru dapat ditamatkan pada masa putrinya, Ratu Pramudawardhani.
Pembangunan Borobudur diduga memakan waktu separuh abad.
Dalam prasasti Karangtengah pula dilafalkan mengenai penganugerahan tanah sima (tanah bebas pajak) oleh Çrī Kahulunan (Pramudawardhani) untuk merawat Kamūlān yang dinamakan Bhūmisambhāra.
Istilah Kamūlān sendiri berasal dari kata awal yang berarti lokasi asal muasal, bangunan suci untuk menghormati leluhur,
kemungkinan leluhur dari wangsa Sailendra.
Casparis memperkirakan bahwa Bhūmi Sambhāra Bhudhāra dalam bahasa sansekerta yang berarti "Bukit himpunan kebaikan sepuluh tingkatan boddhisattwa", ialah nama pribumi Borobudur.
BANGUNAN CANDI BOROBUDUR
URAIAN BANGUNAN CANDI BOROBUDUR
Candi Borobudur di bangun mengunakan batu Adhesit sejumlah 55.000 M3
bangunan Candi Borobudur berbentuk limas yang berundak – undak dengan tangga naik pada ke – 4 sisinya ( Utara, selatan, Timur Dan Barat )
pada Candi Borobudur tidak terdapat ruangan di mana orang tak dapat masuk melainkan dapat naik ke atas saja.
Lebar bangunan Candi Borobudur 123 M
Panjang bangunan Candi Borobudur 123 M
Pada sudut yang membelok 113 M
Dan tinggi bangunan Candi Borobudur 30.5 M
Pada kaki yang pribumi di di blokir oleh batu Adhesit sejumlah 12.750 M3 sebagai selasar undaknya.
Candi Borobudur mempunyai struktur dasar punden berundak, dengan enam pelataran berbentuk bujur sangkar, tiga pelataran berbentuk bundar melingkar dan suatu stupa utama sebagai puncaknya.
Selain tersebut tersebar di seluruh pelatarannya sejumlah stupa.
Sepuluh pelataran yang dipunyai Borobudur mencerminkan secara jelas filsafat mazhab Mahayana.
Bagaikan suatu kitab, Borobudur mencerminkan sepuluh tingkatan Bodhisattva yang mesti dilewati untuk menjangkau kesempurnaan menjadi Buddha.
Bagian kaki Borobudur menggambarkan Kamadhatu, yakni dunia yang masih dikuasai oleh kama atau "nafsu rendah".
Bagian ini mayoritas tertutup oleh tumpukan batu yang diduga diciptakan untuk memperkuat konstruksi candi.
Pada unsur yang tertutup struktur ekstra ini ada 120 panel kisah Kammawibhangga.
Sebagian kecil struktur tambahan tersebut disisihkan sampai-sampai orang masih dapat menyaksikan relief pada unsur ini.
Empat lantai dengan dinding berelief di atasnya oleh para berpengalaman dinamakan Rupadhatu.
Lantainya berbentuk persegi.
Rupadhatu ialah dunia yang telah dapat melepaskan diri dari nafsu, namun masih terbelenggu oleh rupa dan bentuk.
Tingkatan ini menggambarkan alam antara yakni, antara alam bawah dan alam atas.
Pada unsur Rupadhatu ini patung-patung Buddha ada pada ceruk-ceruk dinding di atas ballustrade atau selasar.
Mulai lantai kelima sampai ketujuh dindingnya tidak berelief.
Tingkatan ini disebut Arupadhatu (yang berarti tidak berupa atau tidak berwujud).
Denah lantai berbentuk lingkaran.
Tingkatan ini menggambarkan alam atas, di mana insan sudah bebas dari segala kemauan dan ikatan format dan rupa, tetapi belum menjangkau nirwana.
Patung-patung Buddha ditempatkan di dalam stupa yang diblokir berlubang-lubang laksana dalam kurungan.
Dari luar patung-patung tersebut masih terlihat samar-samar.
Tingkatan tertinggi yang mencerminkan ketiadaan wujud dicerminkan berupa stupa yang terbesar dan tertinggi.
Stupa dicerminkan polos tanpa lubang-lubang.
Di dalam stupa terbesar ini pernah ditemukan patung Buddha yang tidak sempurna atau disebut pun unfinished Buddha, yang disalahsangkakan sebagai patung Adibuddha, padahal melewati penelitian lebih lanjut tidak pernah terdapat patung pada stupa utama, patung yang tidak selesai tersebut merupakan kekeliruan pemahatnya pada zaman dahulu.
menurut keyakinan patung yang salah dalam proses pembuatannya memang jangan dirusak.
Penggalian arkeologi yang dilaksanakan di halaman candi ini menemukan tidak sedikit patung laksana ini.
Di masa lalu, sejumlah patung Buddha bareng dengan 30 batu dengan relief, dua patung singa, sejumlah batu berbentuk kala, tangga dan gerbang diantarkan kepada Raja Thailand, Chulalongkorn yang mendatangi Hindia Belanda (kini Indonesia) pada tahun 1896 sebagai hadiah dari pemerintah Hindia Belanda saat itu.
Borobudur tidak mempunyai ruang-ruang pemujaan laksana candi-candi lain.
Yang ada merupakan lorong-lorong panjang yang adalahjalan sempit.
Lorong-lorong diberi batas dinding mengelilingi candi tingkat demi tingkat.
Di lorong-lorong berikut umat Buddha diduga melakukan upacara berlangsung kaki mengelilingi candi ke arah kanan.
Bentuk bangunan tanpa ruangan dan struktur bertingkat-tingkat ini diperkirakan adalahperkembangan dari format punden berundak, yang merupakan format arsitektur pribumi dari masa prasejarah Indonesia.
Struktur Borobudur bila disaksikan dari atas menyusun struktur Mandala.
Struktur Borobudur tidak menggunakan semen sama sekali, tetapi sistem interlock yaitu laksana balok-balok Lego yang dapat menempel tanpa lem.
PATUNG
Di dalam bangunan Budha ada patung – patung Budha berjumlah 504 buah diantaranya sebagai berikut:
Patung Budha yang ada pada relung – relung : 432 Buah
Sedangkan pada teras – teras I, II, III berjumlah : 72 Buah
Jumlah : 504 Buah
Agar lebih jelas rangkaian – rangkaian patung Budha pada Budha sebagai berikut:
1. Langkah I Teradapat : 104 Patung Budha
2. Langkah II Terdapat : 104 Patung Budha
3. Langkah III Terdapat : 88 Patung Budha
4. Langkah IV Terdapat : 22 Patung Budha
5. Langkah V Terdapat : 64 Patung Budha
6. Teras Bundar I Terdapat : 32 Patung Budha
7. Teras Bundar II Terdapat : 24 Patung Budha
8. Teras Bundar III Terdapat : 16 Patung Budha
Jumlah : 504 Patung Budha
Sekilas patung Budha tersebut tampak serupa semuanya tetapi sesunguhnya ada pun perbedaannya perbedaan yang paling jelas dan pun yang memisahkan satu sama lainya ialah dalam sikap tangannya yang di sebut Mudra dan merupakan karakteristik untuk masing-masing patung
sikap tangan patung Budha di Candi Borobudur terdapat 6 macam melulu saja sebab macam oleh sebab macam mudra yang di miliki menghadap seluruh arah (Timur Selatan Barat dan Utara) pada unsur rupadhatu tahapan V maupun pada unsur arupadhatu pada umumnya mencerminkan maksud yang sama maka jumlah mudra yang pokok terdapat 5
kelima mudra itu ialah Bhumispara – Mudra Wara – Mudra, Dhayana – Mudra, Abhaya – Mudra, Dharma Cakra – Mudra.
PATUNG SINGA
Pada Candi Borobudur di samping patung Budha pun ada patung singa jumlah patung singa seharusnya tidak tidak cukup dari 32 buah akan namun bila di hitung kini jumlahnya berkurang karena sekian banyak sebab satu satunya patung singa besar berada pada halaman sisi Barat yang pun menghadap ke barat seolah – olah sedang mengawal bangunan Candi Borobudur yang megah dan anggun.
STUPA
- Stupa Induk
Berukuran lebih banyak dari stupa – stupa lainya dan terletak di tengah – tengah sangat atas yang adalahmhkota dari semua monumen bangunan Candi Borobudur,
garis tengah Stupa induk + 9.90 M puncak yang tertinggi di sebut pinakel / Yasti Cikkara, terletak di atas Padmaganda dan pun trletak di garis Harmika.
- Stupa Berlubang / Terawang
Yang dimaksud stupa berlubang atau terawang merupakan Stupa yang ada pada teras I, II, III di mana di dalamnya ada patung Budha.
Di Candi Borobudur jumlah stupa berlubang seluruhnya 72 Buah, stupa – stupa itu berada pada tingkat Arupadhatu
Teras I ada 32 Stupa
Teras II ada 24 Stupa
Teras III ada 16 Stupa
Jumlah 72 Stupa
- Stupa kecil
Stupa kecil berbentuk nyaris sama dengan stupa yang lainya melulu saja perbedaannya yang menojol ialah ukurannya yang lebih kecil dari stupa yang lainya, seolah – olah menjadi dekorasi bangunan Candi Borobudur keberadaanstupa ini menduduki relung – relung pada tahapan ke II saampai tahapan ke V sementara pada tahapan I berupa Keben dan beberapa berupa Stupa kecil jumlah stupa kecil terdapat 1472 Buah.
RELIEF
Di masing-masing tingkatan dipahat relief-relief pada dinding candi.
Relief-relief ini dibaca cocok arah jarum jam atau dinamakan mapradaksina dalam bahasa Jawa Kuna yang berasal dari bahasa Sansekerta daksina yang dengan kata lain ialah timur.
Relief-relief ini bermacam-macam isi ceritanya, antara beda relief-relief kisah jātaka.
Pembacaan cerita-cerita relief ini senantiasa dimulai, dan selesai pada pintu gerbang sisi unsur timur di masing-masing tingkatnya, mulainya di sebelah kiri dan selesai di sebelah kanan pintu gerbang itu.
Maka secara nyata bahwa sebelah timur ialah tangga naik yang bahwasannya (utama) dan mengarah ke puncak candi, dengan kata lain bahwa candi menghadap ke unsur timur meskipun sisi-sisi lainnya serupa benar.
Secara runtutan, maka kisah pada relief candi secara singkat bermakna inilah ini :
KARMAWIBHANGGA
Sesuai dengan arti simbolis pada kaki candi,
relief yang menghiasi dinding batur yang terselubung tersebut mencerminkan hukum karma.
Deretan relief itu bukan merupakan kisah seri (serial),
tetapi pada masing-masing pigura mencerminkan suatu kisah yang memiliki korelasi karena akibat.
Relief itu tidak saja memberi cerminan terhadap tindakan tercela insan disertai dengan hukuman yang bakal diperolehnya,
tetapi pun perbuatan baik insan dan pahala.
Secara borongan adalahpenggambaran kehidupan insan dalam lingkaran bermunculan - hidup - mati (samsara) yang tidak pernah berakhir, dan oleh agama Buddha rantai tersebutlah yang akan diselesaikan untuk mengarah ke kesempurnaan
LALITAWISTARA
Merupakan penggambaran riwayat Sang Buddha dalam barisan relief-relief (tetapi bukan adalahriwayat yang menyeluruh )
yang dibuka dari turunnya Sang Buddha dari sorga Tusita, dan selesai dengan wejangan kesatu di Taman Rusa dekat kota Banaras.
Relief ini berjajar dari tangga pada sisi sebelah selatan, sesudah melampui barisan relief sejumlah 27 pigura yang dibuka dari tangga sisi timur.
Ke-27 pigura tersebut mencerminkan kesibukan, baik di sorga maupun di dunia, sebagai persiapan guna menyambut hadirnya penjelmaan terakhir Sang Bodhisattwa selaku calon Buddha.
Relief tersebut mencerminkan lahirnya Sang Buddha di arcapada ini sebagai Pangeran Siddhartha, putra Raja Suddhodana dan Permaisuri Maya dari Negeri Kapilawastu.
Relief itu berjumlah 120 pigura, yang selesai dengan wejangan kesatu, yang secara simbolis ditetapkan sebagai Pemutaran Roda Dharma, doktrin Sang Buddha di sebut dharma yang pun berarti "hukum", sementara dharma dicerminkan sebagai roda.
JATAKA DAN AWADANA
Jataka ialah cerita mengenai Sang Buddha sebelum dicetuskan sebagai Pangeran Siddharta.
Isinya adalahpokok penonjolan tindakan baik, yang memisahkan Sang Bodhisattwa dari makhluk beda manapun juga.
Sesungguhnya, pendataan jasa/perbuatan baik adalahtahapan persiapan dalam usaha mengarah ke ketingkat ke-Buddha-an.
Sedangkan Awadana, pada dasarnya nyaris sama dengan Jataka akan namun pelakunya bukan Sang Bodhisattwa, tetapi orang beda dan ceritanya dihimpun dalam buku Diwyawadana yang berarti tindakan mulia kedewaan, dan buku Awadanasataka atau seratus kisah Awadana.
Pada relief candi Borobudur jataka dan awadana, diperlakukan sama, dengan kata lain keduanya ada dalam barisan yang sama tanpa dibedakan.
Himpunan yang sangat terkenal dari kehidupan Sang Bodhisattwa ialah Jatakamala atau untaian kisah Jataka, karya penyair Aryasura dan jang hidup dalam abad ke-4 Masehi.
GANDAWYUHA
Merupakan barisan relief menghiasi dinding lorong ke-2,adalah kisah Sudhana yang berkelana tanpa mengenal lelah dalam usahanya menggali Pengetahuan Tertinggi mengenai Kebenaran Sejati oleh Sudhana.
Penggambarannya dalam 460 pigura didasarkan pada buku suci Buddha Mahayana yang berjudul Gandawyuha, dan guna bagian penutupnya menurut kisah kitab lainnya yakni Bhadracari.
ARCA BUDDHA
Di samping wujud buddha dalam kosmologi buddhis yang terukir di dinding, di Borobudur terdapat tidak sedikit arca buddha duduk bersila dalam posisi lotus serta memperlihatkan mudra atau sikap tangan simbolis tertentu.
Patung buddha dalam relung-relung di tingkat Rupadhatu, ditata menurut deretan di sisi luar pagar langkan.
Jumlahnya semakin berkurang pada sisi atasnya.
Barisan pagar langkan kesatu terdiri dari 104 relung, baris kedua 104 relung, baris ketiga 88 relung , baris keempat 72 relung, dan baris kelima 64 relung.
Jumlah total ada 432 arca Buddha di tingkat Rupadhatu.
Pada unsur Arupadhatu (tiga pelataran melingkar), arca Buddha ditaruh di dalam stupa-stupa berterawang (berlubang).
Pada pelataran melingkar kesatu ada 32 stupa, pelataran kedua 24 stupa, dan pelataran ketiga ada 16 stupa, semuanya total 72 stupa.
Dari jumlah asli sejumlah 504 arca Buddha, lebih dari 300 telah bobrok (kebanyakan tanpa kepala) dan 43 hilang (sejak penemuan monumen ini, kepala buddha sering dicopet sebagai barang koleksi, banyak sekali oleh museum luar negeri).
Secara sepintas seluruh arca buddha ini tampak serupa, akan namun ada perbedaan halus diantaranya, yakni pada mudra atau posisi sikap tangan.
Terdapat lima kelompok mudra: Utara, Timur, Selatan, Barat, dan Tengah, kesemuanya menurut lima arah utama kompas menurut doktrin Mahayana.
Keempat pagar langkan mempunyai empat mudra: Utara, Timur, Selatan, dan Barat,
dimana setiap arca buddha yang menghadap arah tersebut memperlihatkan mudra yang khas.
Arca Buddha pada pagar langkan kelima dan arca buddha di dalam 72 stupa berterawang di pelataran atas memperlihatkan mudra: Tengah atau Pusat.
Masing-masing mudra menggambarkan lima Dhyani Buddha;
masing-masing dengan arti simbolisnya tersendiri
Borobudur ialah nama suatu candi Buddha yang terletak di Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang
yang letaknya sebelah unsur selatan + 15 km sebelah unsur selatan kota Magelang dataran kedu yang berbukit nyaris seluruhnya di kelilingi pegunungan, pegunungan yang mengelilingi Candi Borobudur di antaranya di sebelah unsur timur ada Gunung Merbabu dan Gunung Merapi Barat, Laut Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro.
Dalam etnis Tionghoa, candi ini disebut pun 婆羅浮屠 (Hanyu Pinyin: pó luó fú tú) dalam bahasa Mandarin.
ASAL USUL SEJARAH SINGKAT CANDI BOROBUDUR
WAKTU DIDIRIKAN
Banyak kitab – kitab sejarah yang menyebutkan mengenai Candi Borobudur akan namun kapan Candi Borobudur tersebut di dirikan tidaklah bisa di ketahui secara pasti
namun suatu estimasi dapat di peroleh dengan artikel singkat yang di pahatkan di atas pigura relief kaki pribumi Candi Borobudur ( Karwa Wibhangga )
menunjukan huruf sejenis dengan yang di dapatkan dari prasati di akhir abad ke – 8 sampai mula abad ke – 9
dari bukti – bukti itu dapat di tarik benang merah bahwa Candi Borobudur di dirikan selama tahun 800 M.
Kesimpulan itu di atas tersebut ternyata cocok benar dengan dengan kerangka sejarah Indonesia pada lazimnya dan pun sejarah yang berada di wilayah jawa tengah pada khususnya
periode antara abad ke – 8 dan pertengahan abad ke – 9 di familiar dengan abad Emas Wangsa Syailendra
kejayaan ini di tandai di bangunnya sebanyak besar candi yang di lereng – lereng gunung banyak sekali berdiri khas bangunan hindu sementara yang bertebaran di dataran – dataran ialah khas bangunan Budha namun ada pun sebagian khas Hindu
Dengan demikian bisa di tarik benang merah bahwa Candi Borobudur di bangun oleh wangsa Syailendra yang familiar dalam sejarah sebab karena usaha guna menjunjung tinggi dan memuliakan agama Budha Mahayana.
Tahap Pembangunan Borobudur
Tahap kesatu
Masa pembangunan Borobudur tidak diketahui tentu (diperkirakan antara 750 dan 850 M). Pada tadinya dibangun tata susun bertingkat. Sepertinya dirancang sebagai piramida berundak. tetapi lantas diubah. Sebagai bukti terdapat tata susun yang dibongkar.
Tahap kedua
Pondasi Borobudur diperlebar, diperbanyak dengan dua undak persegi dan satu undak lingkaran yang langsung diserahkan stupa induk besar.
Tahap ketiga
Undak atas lingkaran dengan stupa induk besar dirombak dan dihilangkan dan diganti tiga undak lingkaran. Stupa-stupa di bina pada puncak undak-undak ini dengan satu stupa besar di tengahnya.
Tahap keempat
Ada evolusi kecil seperti penciptaan relief evolusi tangga dan lengkung atas pintu.
PENEMUAN KEMBALI
Borobudur yang menjadi keganjilan dunia menjulang tinggi antara dataran rendah di sekelilingnya.
Tidak bakal pernah masuk akal mereka menyaksikan karya seni terbesar yang adalahhasil karya paling mengagumkan dan tidak lebih masuk akal lagi bila disampaikan Candi Borobudur pernah merasakan kerusakan
Memang demikian keadaannya Candi Borobudur terlupakan sekitar tenggang masa-masa yang lumayan lama bahkan hingga berabad – abad bangunan yang begitu megahnya di hadapkan pada proses kehancuran.
Kira – kira melulu 150 tahun Candi Borobudur di pakai sebagai pusat Ziarah, masa-masa yang singkat di bandingkan dengan usianya saat pekerja menghiasi / membina bukit alam Candi Borobudur dengan batu – batu di bawah pemerintahan yang paling terkenal yakni SAMARATUNGGA,
sekitar tahun 800 – an dengan berakhirnya kerajaan Mataram tahu 930 M pusat kehidupan dan kebudayaan jawa bergeser ke timur
Demikian sebab terbengkalai tak terurus maka lama – lama di sana – sini tumbuh macam – macam tumbuhan binal yang lama kelamaan menjadi rimbun dan menutupi bangunannya.
Pada kira – kira abad ke – 10 Candi Borobudur terlantar dan terlupakan.
Baru pada tahun 1814 M berkat usaha Sir Thomas Stamford Rafles Candi Borobudur hadir dari kegelapan masa silam.
Rafles ialah Letnan Gubernur Jendral Inggris, saat Indonesia di kuasai / di jajah Inggris pada tahun 1811 M –1816 M.
Pada tahun 1835 M semua candi dilepaskan dari apa yang menjadi penghalang pemandangan oleh Presiden kedua yang mempunyai nama Hartman,
karena begitu tertariknya terhadap Candi Borobudur sampai-sampai ia mengusahakan pembersihan lebih lanjut,
puing –puing yang masih menutupi candi di singkirkan dan tanah yang menutupi lorong – lorong dari bangunan candi di singkirkan semua sampai-sampai candi lebih baik di bandingkan sebelumnya.
Foto Pertama Candi Borobudur dari tahun 1873, bendera Belanda nampak pada stupa utama candi
PENYELAMATAN 1
Semenjak Candi Borobudur di temukan dimulailah usaha perbaikan dan pemugaran pulang bangunan Candi Borobudur
mula – awal hanya dilaksanakan secara kecil – kecilan serta penciptaan gambar – gambar dan photo – photo reliefnya.
Pemugaran Candi Borobudur yang kesatu kali dilaksanakan pada tahun 1907 M – 1911 M di bawah pimpinan Tuan Van erf dengan maksudnya ialah untuk menghindari kehancuran – kehancuran yang lebih banyak lagi dari bangunan Candi Borobudur
Teras tertinggi sesudah restorasi Van Erp
walaupun tidak sedikit bagian tembok atau dinding – dinding khususnya tingkat tiga dari bawah sebelah Barat Laut, Utara dan Timur Laut yang masih tampak oleng dan paling mengkhawatirkan untuk para pengunjung maupun bangunannya sendiri tetapi pekerjaan Van Erp itu untuk sedangkan Candi Borobudur bisa di selamatkan dari kehancuran yang lebih besar.
Mengenai gapura – gapura hanya sejumlah saja yang sudah di lakukan masa tersebut telah membalikkan kejayaan masa silam,
namun pun perlu di sadari bahwa tahun – tahun yang dilewati borobudur sekitar tersembunyi di semak – semak secara tidak langsung sudah menutupi dan mengayomi dari cuaca buruk yang barangkali dapat merusak bangunan Candi Borobudur,
Van Erp berasumsi miring dan meleseknya dinding – dinding dari bangunan tersebut tidak paling membahayakan bangunan itu,
Pendapat tersebut sampai 50 tahun lantas memang tidak salah bakal tetapi semenjak tahun 1960 M pendapat Tuan Van erf tersebut mulai di ragukan dan di khawatirkan bakal ada kehancuran yang lebih parah
PEMUGARAN CANDI BOROBUDUR
Pemugaran Candi Borobudur di mulai tanggal 10 Agustus 1973
prasati dimulainya kegiatan pemugaran Candi Borobudur terletak di sebelah Barat Laut Menghadap ke timur
karyawan pemugaran tidak tidak cukup dari 600 orang diantaranya terdapat tenaga – tenaga muda alumni SMA dan SIM
bangunan yang memang diserahkan pendidikan terutama mengenai teori dan praktek dalam bidang Chemika Arkeologi ( CA ) dan Teknologi Arkeologi ( TA )
Teknologi Arkeologi bertugas merombak dan memasang batu - batu Candi Borobudur sementara Chemika Arkeologi bertugas mencuci serta membetulkan batu – batu yang telah retak dan pecah,
pekerjaan – pekerjan di atas mempunyai sifat arkeologi seluruh di tangani oleh badan pemugaran Candi Borobudur,
sedangkan kegiatan yang mempunyai sifat teknis laksana penyediaan transportasi pengadaaan bahan – bahan bangunan di tangani oleh kontraktor
( PT NIDYA KARYA dan THE CONTRUCTION AND DEVELOPMENT CORPORATION OF THE FILIPINE ).
Bagian – unsur Candi Borobudur yang di pugar merupakan bagian Rupadhatu yaitu lokasi tingkat dari bawah yang berbentuk bujur sangkar sementara kaki Candi Borobudur serta teras I, II, III dan stupa induk ikut di pugar pemugaran berlalu pada tanggal 23 Februari 1983 M di bawah pimpinan DR Soekmono dengan di tandai suatu batu prasati seberat + 20 Ton.
Prasasti peresmian selesainya pemugaran sedang di halaman barat dengan batu yang paling besar di buatkan dengan dua unsur satu menghadap ke unsur utara satu lagi menghadap ke timur
penulisan dalam prasasti itu di tanda tangani langsung oleh tenaga yang berpengalaman dan terampil dari Yogyakarta yang bekerja pada proyek pemugaran Candi Borobudur.
Ikhtisar Waktu Proses Pemugaran Candi borobudur
1814 - Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jenderal Britania Raya di Jawa, mendengar adanya penemuan benda purbakala di desa Borobudur.
Raffles menyuruh H.C. Cornelius guna menyelidiki tempat penemuan, berupa bukit yang diisi semak belukar.
1873 - monografi kesatu mengenai candi diterbitkan.
1900 - pemerintahan Hindia Belanda memutuskan sebuah panitia pemugaran dan perawatan candi Borobudur.
1907 - Theodoor van Erp memimpin pemugaran sampai tahun 1911.
1926 - Borobudur dipugar kembali, namun terhenti pada tahun 1940 dampak krisis malaise dan Perang Dunia II.
1956 - Pemerintah Indonesia meminta pertolongan UNESCO.
Prof. Dr. C. Coremans datang ke Indonesia dari Belgia untuk menganalisis sebab-sebab kehancuran Borobudur.
1963 - Pemerintah Indonesia menerbitkan surat keputusan guna memugar Borobudur, namun berantakan sesudah terjadi peristiwa G-30-S.
1968 - Pada konferensi-15 di Perancis, UNESCO setuju guna memberi pertolongan untuk mengamankan Borobudur.
1971 - Pemerintah Indonesia menyusun badan pemugaran Borobudur yang diketuai Prof.Ir.Roosseno.
1972 - International Consultative Committee disusun dengan melibatkan sekian banyak negara dan Roosseno sebagai ketuanya.
Komite yang disponsori UNESCO meluangkan 5 juta dolar Amerika Serikat dari ongkos pemugaran 7.750 juta dolar Amerika Serikat.
Sisanya ditanggung Indonesia.
10 Agustus 1973 - Presiden Soeharto meresmikan dimulainya pemugaran Borobudur; pemugaran berlalu pada tahun 1984
21 Januari 1985 - terjadi serangan bom yang merusakkan sejumlah stupa pada Candi Borobudur yang lantas segera dibetulkan kembali.
Serangan dilaksanakan oleh kumpulan Islam ekstremis yang dipimpin oleh Husein Ali Al Habsyi.
1991 - Borobudur diputuskan sebagai Warisan Dunia UNESCO.
BAtu Peringatan Pemugaran candi Borobudur dengan pertolongan UNESCO
ASAL USUL NAMA BOROBUDUR
Banyak teori yang berjuang menjelaskan nama candi ini.
Salah satunya mengaku bahwa nama ini bisa jadi berasal dari kata Sambharabhudhara, yaitu dengan kata lain "gunung" (bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras.
Selain tersebut terdapat sejumlah etimologi rakyat lainnya.
Misalkan kata borobudur berasal dari perkataan "para Buddha" yang sebab pergeseran bunyi menjadi borobudur.
Penjelasan lain merupakan bahwa nama ini berasal dari dua kata "bara" dan "beduhur".
Kata bara konon berasal dari kata vihara, sedangkan ada pula keterangan lain di mana bara berasal dari bahasa Sansekerta yang dengan kata lain kompleks candi atau biara dan beduhur dengan kata lain ialah "tinggi", atau mengingatkan dalam bahasa Bali yang berarti "di atas".
Jadi maksudnya merupakan sebuah biara atau asrama yang sedang di tanah tinggi.
Sejarawan J.G. de Casparis dalam disertasinya guna mendapatkan gelar doktor pada 1950 berasumsi bahwa Borobudur ialah tempat pemujaan.
Berdasarkan prasasti Karangtengah dan Kahulunan, Casparis memperkirakan pendiri Borobudur ialah raja Mataram dari wangsa Syailendra mempunyai nama Samaratungga, yang mengerjakan pembangunan selama tahun 824 M.
Bangunan raksasa tersebut baru dapat ditamatkan pada masa putrinya, Ratu Pramudawardhani.
Pembangunan Borobudur diduga memakan waktu separuh abad.
Dalam prasasti Karangtengah pula dilafalkan mengenai penganugerahan tanah sima (tanah bebas pajak) oleh Çrī Kahulunan (Pramudawardhani) untuk merawat Kamūlān yang dinamakan Bhūmisambhāra.
Istilah Kamūlān sendiri berasal dari kata awal yang berarti lokasi asal muasal, bangunan suci untuk menghormati leluhur,
kemungkinan leluhur dari wangsa Sailendra.
Casparis memperkirakan bahwa Bhūmi Sambhāra Bhudhāra dalam bahasa sansekerta yang berarti "Bukit himpunan kebaikan sepuluh tingkatan boddhisattwa", ialah nama pribumi Borobudur.
BANGUNAN CANDI BOROBUDUR
URAIAN BANGUNAN CANDI BOROBUDUR
Candi Borobudur di bangun mengunakan batu Adhesit sejumlah 55.000 M3
bangunan Candi Borobudur berbentuk limas yang berundak – undak dengan tangga naik pada ke – 4 sisinya ( Utara, selatan, Timur Dan Barat )
pada Candi Borobudur tidak terdapat ruangan di mana orang tak dapat masuk melainkan dapat naik ke atas saja.
Lebar bangunan Candi Borobudur 123 M
Panjang bangunan Candi Borobudur 123 M
Pada sudut yang membelok 113 M
Dan tinggi bangunan Candi Borobudur 30.5 M
Pada kaki yang pribumi di di blokir oleh batu Adhesit sejumlah 12.750 M3 sebagai selasar undaknya.
Candi Borobudur mempunyai struktur dasar punden berundak, dengan enam pelataran berbentuk bujur sangkar, tiga pelataran berbentuk bundar melingkar dan suatu stupa utama sebagai puncaknya.
Selain tersebut tersebar di seluruh pelatarannya sejumlah stupa.
Sepuluh pelataran yang dipunyai Borobudur mencerminkan secara jelas filsafat mazhab Mahayana.
Bagaikan suatu kitab, Borobudur mencerminkan sepuluh tingkatan Bodhisattva yang mesti dilewati untuk menjangkau kesempurnaan menjadi Buddha.
Bagian kaki Borobudur menggambarkan Kamadhatu, yakni dunia yang masih dikuasai oleh kama atau "nafsu rendah".
Bagian ini mayoritas tertutup oleh tumpukan batu yang diduga diciptakan untuk memperkuat konstruksi candi.
Pada unsur yang tertutup struktur ekstra ini ada 120 panel kisah Kammawibhangga.
Sebagian kecil struktur tambahan tersebut disisihkan sampai-sampai orang masih dapat menyaksikan relief pada unsur ini.
Empat lantai dengan dinding berelief di atasnya oleh para berpengalaman dinamakan Rupadhatu.
Lantainya berbentuk persegi.
Rupadhatu ialah dunia yang telah dapat melepaskan diri dari nafsu, namun masih terbelenggu oleh rupa dan bentuk.
Tingkatan ini menggambarkan alam antara yakni, antara alam bawah dan alam atas.
Pada unsur Rupadhatu ini patung-patung Buddha ada pada ceruk-ceruk dinding di atas ballustrade atau selasar.
Mulai lantai kelima sampai ketujuh dindingnya tidak berelief.
Tingkatan ini disebut Arupadhatu (yang berarti tidak berupa atau tidak berwujud).
Denah lantai berbentuk lingkaran.
Tingkatan ini menggambarkan alam atas, di mana insan sudah bebas dari segala kemauan dan ikatan format dan rupa, tetapi belum menjangkau nirwana.
Patung-patung Buddha ditempatkan di dalam stupa yang diblokir berlubang-lubang laksana dalam kurungan.
Dari luar patung-patung tersebut masih terlihat samar-samar.
Tingkatan tertinggi yang mencerminkan ketiadaan wujud dicerminkan berupa stupa yang terbesar dan tertinggi.
Stupa dicerminkan polos tanpa lubang-lubang.
Di dalam stupa terbesar ini pernah ditemukan patung Buddha yang tidak sempurna atau disebut pun unfinished Buddha, yang disalahsangkakan sebagai patung Adibuddha, padahal melewati penelitian lebih lanjut tidak pernah terdapat patung pada stupa utama, patung yang tidak selesai tersebut merupakan kekeliruan pemahatnya pada zaman dahulu.
menurut keyakinan patung yang salah dalam proses pembuatannya memang jangan dirusak.
Penggalian arkeologi yang dilaksanakan di halaman candi ini menemukan tidak sedikit patung laksana ini.
Di masa lalu, sejumlah patung Buddha bareng dengan 30 batu dengan relief, dua patung singa, sejumlah batu berbentuk kala, tangga dan gerbang diantarkan kepada Raja Thailand, Chulalongkorn yang mendatangi Hindia Belanda (kini Indonesia) pada tahun 1896 sebagai hadiah dari pemerintah Hindia Belanda saat itu.
Borobudur tidak mempunyai ruang-ruang pemujaan laksana candi-candi lain.
Yang ada merupakan lorong-lorong panjang yang adalahjalan sempit.
Lorong-lorong diberi batas dinding mengelilingi candi tingkat demi tingkat.
Di lorong-lorong berikut umat Buddha diduga melakukan upacara berlangsung kaki mengelilingi candi ke arah kanan.
Bentuk bangunan tanpa ruangan dan struktur bertingkat-tingkat ini diperkirakan adalahperkembangan dari format punden berundak, yang merupakan format arsitektur pribumi dari masa prasejarah Indonesia.
Struktur Borobudur bila disaksikan dari atas menyusun struktur Mandala.
Struktur Borobudur tidak menggunakan semen sama sekali, tetapi sistem interlock yaitu laksana balok-balok Lego yang dapat menempel tanpa lem.
PATUNG
Di dalam bangunan Budha ada patung – patung Budha berjumlah 504 buah diantaranya sebagai berikut:
Patung Budha yang ada pada relung – relung : 432 Buah
Sedangkan pada teras – teras I, II, III berjumlah : 72 Buah
Jumlah : 504 Buah
Agar lebih jelas rangkaian – rangkaian patung Budha pada Budha sebagai berikut:
1. Langkah I Teradapat : 104 Patung Budha
2. Langkah II Terdapat : 104 Patung Budha
3. Langkah III Terdapat : 88 Patung Budha
4. Langkah IV Terdapat : 22 Patung Budha
5. Langkah V Terdapat : 64 Patung Budha
6. Teras Bundar I Terdapat : 32 Patung Budha
7. Teras Bundar II Terdapat : 24 Patung Budha
8. Teras Bundar III Terdapat : 16 Patung Budha
Jumlah : 504 Patung Budha
Sekilas patung Budha tersebut tampak serupa semuanya tetapi sesunguhnya ada pun perbedaannya perbedaan yang paling jelas dan pun yang memisahkan satu sama lainya ialah dalam sikap tangannya yang di sebut Mudra dan merupakan karakteristik untuk masing-masing patung
sikap tangan patung Budha di Candi Borobudur terdapat 6 macam melulu saja sebab macam oleh sebab macam mudra yang di miliki menghadap seluruh arah (Timur Selatan Barat dan Utara) pada unsur rupadhatu tahapan V maupun pada unsur arupadhatu pada umumnya mencerminkan maksud yang sama maka jumlah mudra yang pokok terdapat 5
kelima mudra itu ialah Bhumispara – Mudra Wara – Mudra, Dhayana – Mudra, Abhaya – Mudra, Dharma Cakra – Mudra.
PATUNG SINGA
Pada Candi Borobudur di samping patung Budha pun ada patung singa jumlah patung singa seharusnya tidak tidak cukup dari 32 buah akan namun bila di hitung kini jumlahnya berkurang karena sekian banyak sebab satu satunya patung singa besar berada pada halaman sisi Barat yang pun menghadap ke barat seolah – olah sedang mengawal bangunan Candi Borobudur yang megah dan anggun.
STUPA
- Stupa Induk
Berukuran lebih banyak dari stupa – stupa lainya dan terletak di tengah – tengah sangat atas yang adalahmhkota dari semua monumen bangunan Candi Borobudur,
garis tengah Stupa induk + 9.90 M puncak yang tertinggi di sebut pinakel / Yasti Cikkara, terletak di atas Padmaganda dan pun trletak di garis Harmika.
- Stupa Berlubang / Terawang
Yang dimaksud stupa berlubang atau terawang merupakan Stupa yang ada pada teras I, II, III di mana di dalamnya ada patung Budha.
Di Candi Borobudur jumlah stupa berlubang seluruhnya 72 Buah, stupa – stupa itu berada pada tingkat Arupadhatu
Teras I ada 32 Stupa
Teras II ada 24 Stupa
Teras III ada 16 Stupa
Jumlah 72 Stupa
- Stupa kecil
Stupa kecil berbentuk nyaris sama dengan stupa yang lainya melulu saja perbedaannya yang menojol ialah ukurannya yang lebih kecil dari stupa yang lainya, seolah – olah menjadi dekorasi bangunan Candi Borobudur keberadaanstupa ini menduduki relung – relung pada tahapan ke II saampai tahapan ke V sementara pada tahapan I berupa Keben dan beberapa berupa Stupa kecil jumlah stupa kecil terdapat 1472 Buah.
RELIEF
Di masing-masing tingkatan dipahat relief-relief pada dinding candi.
Relief-relief ini dibaca cocok arah jarum jam atau dinamakan mapradaksina dalam bahasa Jawa Kuna yang berasal dari bahasa Sansekerta daksina yang dengan kata lain ialah timur.
Relief-relief ini bermacam-macam isi ceritanya, antara beda relief-relief kisah jātaka.
Pembacaan cerita-cerita relief ini senantiasa dimulai, dan selesai pada pintu gerbang sisi unsur timur di masing-masing tingkatnya, mulainya di sebelah kiri dan selesai di sebelah kanan pintu gerbang itu.
Maka secara nyata bahwa sebelah timur ialah tangga naik yang bahwasannya (utama) dan mengarah ke puncak candi, dengan kata lain bahwa candi menghadap ke unsur timur meskipun sisi-sisi lainnya serupa benar.
Secara runtutan, maka kisah pada relief candi secara singkat bermakna inilah ini :
KARMAWIBHANGGA
Sesuai dengan arti simbolis pada kaki candi,
relief yang menghiasi dinding batur yang terselubung tersebut mencerminkan hukum karma.
Deretan relief itu bukan merupakan kisah seri (serial),
tetapi pada masing-masing pigura mencerminkan suatu kisah yang memiliki korelasi karena akibat.
Relief itu tidak saja memberi cerminan terhadap tindakan tercela insan disertai dengan hukuman yang bakal diperolehnya,
tetapi pun perbuatan baik insan dan pahala.
Secara borongan adalahpenggambaran kehidupan insan dalam lingkaran bermunculan - hidup - mati (samsara) yang tidak pernah berakhir, dan oleh agama Buddha rantai tersebutlah yang akan diselesaikan untuk mengarah ke kesempurnaan
LALITAWISTARA
Merupakan penggambaran riwayat Sang Buddha dalam barisan relief-relief (tetapi bukan adalahriwayat yang menyeluruh )
yang dibuka dari turunnya Sang Buddha dari sorga Tusita, dan selesai dengan wejangan kesatu di Taman Rusa dekat kota Banaras.
Relief ini berjajar dari tangga pada sisi sebelah selatan, sesudah melampui barisan relief sejumlah 27 pigura yang dibuka dari tangga sisi timur.
Ke-27 pigura tersebut mencerminkan kesibukan, baik di sorga maupun di dunia, sebagai persiapan guna menyambut hadirnya penjelmaan terakhir Sang Bodhisattwa selaku calon Buddha.
Relief tersebut mencerminkan lahirnya Sang Buddha di arcapada ini sebagai Pangeran Siddhartha, putra Raja Suddhodana dan Permaisuri Maya dari Negeri Kapilawastu.
Relief itu berjumlah 120 pigura, yang selesai dengan wejangan kesatu, yang secara simbolis ditetapkan sebagai Pemutaran Roda Dharma, doktrin Sang Buddha di sebut dharma yang pun berarti "hukum", sementara dharma dicerminkan sebagai roda.
JATAKA DAN AWADANA
Jataka ialah cerita mengenai Sang Buddha sebelum dicetuskan sebagai Pangeran Siddharta.
Isinya adalahpokok penonjolan tindakan baik, yang memisahkan Sang Bodhisattwa dari makhluk beda manapun juga.
Sesungguhnya, pendataan jasa/perbuatan baik adalahtahapan persiapan dalam usaha mengarah ke ketingkat ke-Buddha-an.
Sedangkan Awadana, pada dasarnya nyaris sama dengan Jataka akan namun pelakunya bukan Sang Bodhisattwa, tetapi orang beda dan ceritanya dihimpun dalam buku Diwyawadana yang berarti tindakan mulia kedewaan, dan buku Awadanasataka atau seratus kisah Awadana.
Pada relief candi Borobudur jataka dan awadana, diperlakukan sama, dengan kata lain keduanya ada dalam barisan yang sama tanpa dibedakan.
Himpunan yang sangat terkenal dari kehidupan Sang Bodhisattwa ialah Jatakamala atau untaian kisah Jataka, karya penyair Aryasura dan jang hidup dalam abad ke-4 Masehi.
GANDAWYUHA
Merupakan barisan relief menghiasi dinding lorong ke-2,adalah kisah Sudhana yang berkelana tanpa mengenal lelah dalam usahanya menggali Pengetahuan Tertinggi mengenai Kebenaran Sejati oleh Sudhana.
Penggambarannya dalam 460 pigura didasarkan pada buku suci Buddha Mahayana yang berjudul Gandawyuha, dan guna bagian penutupnya menurut kisah kitab lainnya yakni Bhadracari.
ARCA BUDDHA
Di samping wujud buddha dalam kosmologi buddhis yang terukir di dinding, di Borobudur terdapat tidak sedikit arca buddha duduk bersila dalam posisi lotus serta memperlihatkan mudra atau sikap tangan simbolis tertentu.
Patung buddha dalam relung-relung di tingkat Rupadhatu, ditata menurut deretan di sisi luar pagar langkan.
Jumlahnya semakin berkurang pada sisi atasnya.
Barisan pagar langkan kesatu terdiri dari 104 relung, baris kedua 104 relung, baris ketiga 88 relung , baris keempat 72 relung, dan baris kelima 64 relung.
Jumlah total ada 432 arca Buddha di tingkat Rupadhatu.
Pada unsur Arupadhatu (tiga pelataran melingkar), arca Buddha ditaruh di dalam stupa-stupa berterawang (berlubang).
Pada pelataran melingkar kesatu ada 32 stupa, pelataran kedua 24 stupa, dan pelataran ketiga ada 16 stupa, semuanya total 72 stupa.
Dari jumlah asli sejumlah 504 arca Buddha, lebih dari 300 telah bobrok (kebanyakan tanpa kepala) dan 43 hilang (sejak penemuan monumen ini, kepala buddha sering dicopet sebagai barang koleksi, banyak sekali oleh museum luar negeri).
Secara sepintas seluruh arca buddha ini tampak serupa, akan namun ada perbedaan halus diantaranya, yakni pada mudra atau posisi sikap tangan.
Terdapat lima kelompok mudra: Utara, Timur, Selatan, Barat, dan Tengah, kesemuanya menurut lima arah utama kompas menurut doktrin Mahayana.
Keempat pagar langkan mempunyai empat mudra: Utara, Timur, Selatan, dan Barat,
dimana setiap arca buddha yang menghadap arah tersebut memperlihatkan mudra yang khas.
Arca Buddha pada pagar langkan kelima dan arca buddha di dalam 72 stupa berterawang di pelataran atas memperlihatkan mudra: Tengah atau Pusat.
Masing-masing mudra menggambarkan lima Dhyani Buddha;
masing-masing dengan arti simbolisnya tersendiri
Borobudur ialah nama suatu candi Buddha yang terletak di Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang
yang letaknya sebelah unsur selatan + 15 km sebelah unsur selatan kota Magelang dataran kedu yang berbukit nyaris seluruhnya di kelilingi pegunungan, pegunungan yang mengelilingi Candi Borobudur di antaranya di sebelah unsur timur ada Gunung Merbabu dan Gunung Merapi Barat, Laut Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro.
Dalam etnis Tionghoa, candi ini disebut pun 婆羅浮屠 (Hanyu Pinyin: pó luó fú tú) dalam bahasa Mandarin.
ASAL USUL SEJARAH SINGKAT CANDI BOROBUDUR
WAKTU DIDIRIKAN
Banyak kitab – kitab sejarah yang menyebutkan mengenai Candi Borobudur akan namun kapan Candi Borobudur tersebut di dirikan tidaklah bisa di ketahui secara pasti
namun suatu estimasi dapat di peroleh dengan artikel singkat yang di pahatkan di atas pigura relief kaki pribumi Candi Borobudur ( Karwa Wibhangga )
menunjukan huruf sejenis dengan yang di dapatkan dari prasati di akhir abad ke – 8 sampai mula abad ke – 9
dari bukti – bukti itu dapat di tarik benang merah bahwa Candi Borobudur di dirikan selama tahun 800 M.
Kesimpulan itu di atas tersebut ternyata cocok benar dengan dengan kerangka sejarah Indonesia pada lazimnya dan pun sejarah yang berada di wilayah jawa tengah pada khususnya
periode antara abad ke – 8 dan pertengahan abad ke – 9 di familiar dengan abad Emas Wangsa Syailendra
kejayaan ini di tandai di bangunnya sebanyak besar candi yang di lereng – lereng gunung banyak sekali berdiri khas bangunan hindu sementara yang bertebaran di dataran – dataran ialah khas bangunan Budha namun ada pun sebagian khas Hindu
Dengan demikian bisa di tarik benang merah bahwa Candi Borobudur di bangun oleh wangsa Syailendra yang familiar dalam sejarah sebab karena usaha guna menjunjung tinggi dan memuliakan agama Budha Mahayana.
Tahap Pembangunan Borobudur
Tahap kesatu
Masa pembangunan Borobudur tidak diketahui tentu (diperkirakan antara 750 dan 850 M). Pada tadinya dibangun tata susun bertingkat. Sepertinya dirancang sebagai piramida berundak. tetapi lantas diubah. Sebagai bukti terdapat tata susun yang dibongkar.
Tahap kedua
Pondasi Borobudur diperlebar, diperbanyak dengan dua undak persegi dan satu undak lingkaran yang langsung diserahkan stupa induk besar.
Tahap ketiga
Undak atas lingkaran dengan stupa induk besar dirombak dan dihilangkan dan diganti tiga undak lingkaran. Stupa-stupa di bina pada puncak undak-undak ini dengan satu stupa besar di tengahnya.
Tahap keempat
Ada evolusi kecil seperti penciptaan relief evolusi tangga dan lengkung atas pintu.
PENEMUAN KEMBALI
Borobudur yang menjadi keganjilan dunia menjulang tinggi antara dataran rendah di sekelilingnya.
Tidak bakal pernah masuk akal mereka menyaksikan karya seni terbesar yang adalahhasil karya paling mengagumkan dan tidak lebih masuk akal lagi bila disampaikan Candi Borobudur pernah merasakan kerusakan
Memang demikian keadaannya Candi Borobudur terlupakan sekitar tenggang masa-masa yang lumayan lama bahkan hingga berabad – abad bangunan yang begitu megahnya di hadapkan pada proses kehancuran.
Kira – kira melulu 150 tahun Candi Borobudur di pakai sebagai pusat Ziarah, masa-masa yang singkat di bandingkan dengan usianya saat pekerja menghiasi / membina bukit alam Candi Borobudur dengan batu – batu di bawah pemerintahan yang paling terkenal yakni SAMARATUNGGA,
sekitar tahun 800 – an dengan berakhirnya kerajaan Mataram tahu 930 M pusat kehidupan dan kebudayaan jawa bergeser ke timur
Demikian sebab terbengkalai tak terurus maka lama – lama di sana – sini tumbuh macam – macam tumbuhan binal yang lama kelamaan menjadi rimbun dan menutupi bangunannya.
Pada kira – kira abad ke – 10 Candi Borobudur terlantar dan terlupakan.
Baru pada tahun 1814 M berkat usaha Sir Thomas Stamford Rafles Candi Borobudur hadir dari kegelapan masa silam.
Rafles ialah Letnan Gubernur Jendral Inggris, saat Indonesia di kuasai / di jajah Inggris pada tahun 1811 M –1816 M.
Pada tahun 1835 M semua candi dilepaskan dari apa yang menjadi penghalang pemandangan oleh Presiden kedua yang mempunyai nama Hartman,
karena begitu tertariknya terhadap Candi Borobudur sampai-sampai ia mengusahakan pembersihan lebih lanjut,
puing –puing yang masih menutupi candi di singkirkan dan tanah yang menutupi lorong – lorong dari bangunan candi di singkirkan semua sampai-sampai candi lebih baik di bandingkan sebelumnya.
Foto Pertama Candi Borobudur dari tahun 1873, bendera Belanda nampak pada stupa utama candi
PENYELAMATAN 1
Semenjak Candi Borobudur di temukan dimulailah usaha perbaikan dan pemugaran pulang bangunan Candi Borobudur
mula – awal hanya dilaksanakan secara kecil – kecilan serta penciptaan gambar – gambar dan photo – photo reliefnya.
Pemugaran Candi Borobudur yang kesatu kali dilaksanakan pada tahun 1907 M – 1911 M di bawah pimpinan Tuan Van erf dengan maksudnya ialah untuk menghindari kehancuran – kehancuran yang lebih banyak lagi dari bangunan Candi Borobudur
Teras tertinggi sesudah restorasi Van Erp
walaupun tidak sedikit bagian tembok atau dinding – dinding khususnya tingkat tiga dari bawah sebelah Barat Laut, Utara dan Timur Laut yang masih tampak oleng dan paling mengkhawatirkan untuk para pengunjung maupun bangunannya sendiri tetapi pekerjaan Van Erp itu untuk sedangkan Candi Borobudur bisa di selamatkan dari kehancuran yang lebih besar.
Mengenai gapura – gapura hanya sejumlah saja yang sudah di lakukan masa tersebut telah membalikkan kejayaan masa silam,
namun pun perlu di sadari bahwa tahun – tahun yang dilewati borobudur sekitar tersembunyi di semak – semak secara tidak langsung sudah menutupi dan mengayomi dari cuaca buruk yang barangkali dapat merusak bangunan Candi Borobudur,
Van Erp berasumsi miring dan meleseknya dinding – dinding dari bangunan tersebut tidak paling membahayakan bangunan itu,
Pendapat tersebut sampai 50 tahun lantas memang tidak salah bakal tetapi semenjak tahun 1960 M pendapat Tuan Van erf tersebut mulai di ragukan dan di khawatirkan bakal ada kehancuran yang lebih parah
PEMUGARAN CANDI BOROBUDUR
Pemugaran Candi Borobudur di mulai tanggal 10 Agustus 1973
prasati dimulainya kegiatan pemugaran Candi Borobudur terletak di sebelah Barat Laut Menghadap ke timur
karyawan pemugaran tidak tidak cukup dari 600 orang diantaranya terdapat tenaga – tenaga muda alumni SMA dan SIM
bangunan yang memang diserahkan pendidikan terutama mengenai teori dan praktek dalam bidang Chemika Arkeologi ( CA ) dan Teknologi Arkeologi ( TA )
Teknologi Arkeologi bertugas merombak dan memasang batu - batu Candi Borobudur sementara Chemika Arkeologi bertugas mencuci serta membetulkan batu – batu yang telah retak dan pecah,
pekerjaan – pekerjan di atas mempunyai sifat arkeologi seluruh di tangani oleh badan pemugaran Candi Borobudur,
sedangkan kegiatan yang mempunyai sifat teknis laksana penyediaan transportasi pengadaaan bahan – bahan bangunan di tangani oleh kontraktor
( PT NIDYA KARYA dan THE CONTRUCTION AND DEVELOPMENT CORPORATION OF THE FILIPINE ).
Bagian – unsur Candi Borobudur yang di pugar merupakan bagian Rupadhatu yaitu lokasi tingkat dari bawah yang berbentuk bujur sangkar sementara kaki Candi Borobudur serta teras I, II, III dan stupa induk ikut di pugar pemugaran berlalu pada tanggal 23 Februari 1983 M di bawah pimpinan DR Soekmono dengan di tandai suatu batu prasati seberat + 20 Ton.
Prasasti peresmian selesainya pemugaran sedang di halaman barat dengan batu yang paling besar di buatkan dengan dua unsur satu menghadap ke unsur utara satu lagi menghadap ke timur
penulisan dalam prasasti itu di tanda tangani langsung oleh tenaga yang berpengalaman dan terampil dari Yogyakarta yang bekerja pada proyek pemugaran Candi Borobudur.
Ikhtisar Waktu Proses Pemugaran Candi borobudur
1814 - Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jenderal Britania Raya di Jawa, mendengar adanya penemuan benda purbakala di desa Borobudur.
Raffles menyuruh H.C. Cornelius guna menyelidiki tempat penemuan, berupa bukit yang diisi semak belukar.
1873 - monografi kesatu mengenai candi diterbitkan.
1900 - pemerintahan Hindia Belanda memutuskan sebuah panitia pemugaran dan perawatan candi Borobudur.
1907 - Theodoor van Erp memimpin pemugaran sampai tahun 1911.
1926 - Borobudur dipugar kembali, namun terhenti pada tahun 1940 dampak krisis malaise dan Perang Dunia II.
1956 - Pemerintah Indonesia meminta pertolongan UNESCO.
Prof. Dr. C. Coremans datang ke Indonesia dari Belgia untuk menganalisis sebab-sebab kehancuran Borobudur.
1963 - Pemerintah Indonesia menerbitkan surat keputusan guna memugar Borobudur, namun berantakan sesudah terjadi peristiwa G-30-S.
1968 - Pada konferensi-15 di Perancis, UNESCO setuju guna memberi pertolongan untuk mengamankan Borobudur.
1971 - Pemerintah Indonesia menyusun badan pemugaran Borobudur yang diketuai Prof.Ir.Roosseno.
1972 - International Consultative Committee disusun dengan melibatkan sekian banyak negara dan Roosseno sebagai ketuanya.
Komite yang disponsori UNESCO meluangkan 5 juta dolar Amerika Serikat dari ongkos pemugaran 7.750 juta dolar Amerika Serikat.
Sisanya ditanggung Indonesia.
10 Agustus 1973 - Presiden Soeharto meresmikan dimulainya pemugaran Borobudur; pemugaran berlalu pada tahun 1984
21 Januari 1985 - terjadi serangan bom yang merusakkan sejumlah stupa pada Candi Borobudur yang lantas segera dibetulkan kembali.
Serangan dilaksanakan oleh kumpulan Islam ekstremis yang dipimpin oleh Husein Ali Al Habsyi.
1991 - Borobudur diputuskan sebagai Warisan Dunia UNESCO.
BAtu Peringatan Pemugaran candi Borobudur dengan pertolongan UNESCO
ASAL USUL NAMA BOROBUDUR
Banyak teori yang berjuang menjelaskan nama candi ini.
Salah satunya mengaku bahwa nama ini bisa jadi berasal dari kata Sambharabhudhara, yaitu dengan kata lain "gunung" (bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras.
Selain tersebut terdapat sejumlah etimologi rakyat lainnya.
Misalkan kata borobudur berasal dari perkataan "para Buddha" yang sebab pergeseran bunyi menjadi borobudur.
Penjelasan lain merupakan bahwa nama ini berasal dari dua kata "bara" dan "beduhur".
Kata bara konon berasal dari kata vihara, sedangkan ada pula keterangan lain di mana bara berasal dari bahasa Sansekerta yang dengan kata lain kompleks candi atau biara dan beduhur dengan kata lain ialah "tinggi", atau mengingatkan dalam bahasa Bali yang berarti "di atas".
Jadi maksudnya merupakan sebuah biara atau asrama yang sedang di tanah tinggi.
Sejarawan J.G. de Casparis dalam disertasinya guna mendapatkan gelar doktor pada 1950 berasumsi bahwa Borobudur ialah tempat pemujaan.
Berdasarkan prasasti Karangtengah dan Kahulunan, Casparis memperkirakan pendiri Borobudur ialah raja Mataram dari wangsa Syailendra mempunyai nama Samaratungga, yang mengerjakan pembangunan selama tahun 824 M.
Bangunan raksasa tersebut baru dapat ditamatkan pada masa putrinya, Ratu Pramudawardhani.
Pembangunan Borobudur diduga memakan waktu separuh abad.
Dalam prasasti Karangtengah pula dilafalkan mengenai penganugerahan tanah sima (tanah bebas pajak) oleh Çrī Kahulunan (Pramudawardhani) untuk merawat Kamūlān yang dinamakan Bhūmisambhāra.
Istilah Kamūlān sendiri berasal dari kata awal yang berarti lokasi asal muasal, bangunan suci untuk menghormati leluhur,
kemungkinan leluhur dari wangsa Sailendra.
Casparis memperkirakan bahwa Bhūmi Sambhāra Bhudhāra dalam bahasa sansekerta yang berarti "Bukit himpunan kebaikan sepuluh tingkatan boddhisattwa", ialah nama pribumi Borobudur.
BANGUNAN CANDI BOROBUDUR
URAIAN BANGUNAN CANDI BOROBUDUR
Candi Borobudur di bangun mengunakan batu Adhesit sejumlah 55.000 M3
bangunan Candi Borobudur berbentuk limas yang berundak – undak dengan tangga naik pada ke – 4 sisinya ( Utara, selatan, Timur Dan Barat )
pada Candi Borobudur tidak terdapat ruangan di mana orang tak dapat masuk melainkan dapat naik ke atas saja.
Lebar bangunan Candi Borobudur 123 M
Panjang bangunan Candi Borobudur 123 M
Pada sudut yang membelok 113 M
Dan tinggi bangunan Candi Borobudur 30.5 M
Pada kaki yang pribumi di di blokir oleh batu Adhesit sejumlah 12.750 M3 sebagai selasar undaknya.
Candi Borobudur mempunyai struktur dasar punden berundak, dengan enam pelataran berbentuk bujur sangkar, tiga pelataran berbentuk bundar melingkar dan suatu stupa utama sebagai puncaknya.
Selain tersebut tersebar di seluruh pelatarannya sejumlah stupa.
Sepuluh pelataran yang dipunyai Borobudur mencerminkan secara jelas filsafat mazhab Mahayana.
Bagaikan suatu kitab, Borobudur mencerminkan sepuluh tingkatan Bodhisattva yang mesti dilewati untuk menjangkau kesempurnaan menjadi Buddha.
Bagian kaki Borobudur menggambarkan Kamadhatu, yakni dunia yang masih dikuasai oleh kama atau "nafsu rendah".
Bagian ini mayoritas tertutup oleh tumpukan batu yang diduga diciptakan untuk memperkuat konstruksi candi.
Pada unsur yang tertutup struktur ekstra ini ada 120 panel kisah Kammawibhangga.
Sebagian kecil struktur tambahan tersebut disisihkan sampai-sampai orang masih dapat menyaksikan relief pada unsur ini.
Empat lantai dengan dinding berelief di atasnya oleh para berpengalaman dinamakan Rupadhatu.
Lantainya berbentuk persegi.
Rupadhatu ialah dunia yang telah dapat melepaskan diri dari nafsu, namun masih terbelenggu oleh rupa dan bentuk.
Tingkatan ini menggambarkan alam antara yakni, antara alam bawah dan alam atas.
Pada unsur Rupadhatu ini patung-patung Buddha ada pada ceruk-ceruk dinding di atas ballustrade atau selasar.
Mulai lantai kelima sampai ketujuh dindingnya tidak berelief.
Tingkatan ini disebut Arupadhatu (yang berarti tidak berupa atau tidak berwujud).
Denah lantai berbentuk lingkaran.
Tingkatan ini menggambarkan alam atas, di mana insan sudah bebas dari segala kemauan dan ikatan format dan rupa, tetapi belum menjangkau nirwana.
Patung-patung Buddha ditempatkan di dalam stupa yang diblokir berlubang-lubang laksana dalam kurungan.
Dari luar patung-patung tersebut masih terlihat samar-samar.
Tingkatan tertinggi yang mencerminkan ketiadaan wujud dicerminkan berupa stupa yang terbesar dan tertinggi.
Stupa dicerminkan polos tanpa lubang-lubang.
Di dalam stupa terbesar ini pernah ditemukan patung Buddha yang tidak sempurna atau disebut pun unfinished Buddha, yang disalahsangkakan sebagai patung Adibuddha, padahal melewati penelitian lebih lanjut tidak pernah terdapat patung pada stupa utama, patung yang tidak selesai tersebut merupakan kekeliruan pemahatnya pada zaman dahulu.
menurut keyakinan patung yang salah dalam proses pembuatannya memang jangan dirusak.
Penggalian arkeologi yang dilaksanakan di halaman candi ini menemukan tidak sedikit patung laksana ini.
Di masa lalu, sejumlah patung Buddha bareng dengan 30 batu dengan relief, dua patung singa, sejumlah batu berbentuk kala, tangga dan gerbang diantarkan kepada Raja Thailand, Chulalongkorn yang mendatangi Hindia Belanda (kini Indonesia) pada tahun 1896 sebagai hadiah dari pemerintah Hindia Belanda saat itu.
Borobudur tidak mempunyai ruang-ruang pemujaan laksana candi-candi lain.
Yang ada merupakan lorong-lorong panjang yang adalahjalan sempit.
Lorong-lorong diberi batas dinding mengelilingi candi tingkat demi tingkat.
Di lorong-lorong berikut umat Buddha diduga melakukan upacara berlangsung kaki mengelilingi candi ke arah kanan.
Bentuk bangunan tanpa ruangan dan struktur bertingkat-tingkat ini diperkirakan adalahperkembangan dari format punden berundak, yang merupakan format arsitektur pribumi dari masa prasejarah Indonesia.
Struktur Borobudur bila disaksikan dari atas menyusun struktur Mandala.
Struktur Borobudur tidak menggunakan semen sama sekali, tetapi sistem interlock yaitu laksana balok-balok Lego yang dapat menempel tanpa lem.
PATUNG
Di dalam bangunan Budha ada patung – patung Budha berjumlah 504 buah diantaranya sebagai berikut:
Patung Budha yang ada pada relung – relung : 432 Buah
Sedangkan pada teras – teras I, II, III berjumlah : 72 Buah
Jumlah : 504 Buah
Agar lebih jelas rangkaian – rangkaian patung Budha pada Budha sebagai berikut:
1. Langkah I Teradapat : 104 Patung Budha
2. Langkah II Terdapat : 104 Patung Budha
3. Langkah III Terdapat : 88 Patung Budha
4. Langkah IV Terdapat : 22 Patung Budha
5. Langkah V Terdapat : 64 Patung Budha
6. Teras Bundar I Terdapat : 32 Patung Budha
7. Teras Bundar II Terdapat : 24 Patung Budha
8. Teras Bundar III Terdapat : 16 Patung Budha
Jumlah : 504 Patung Budha
Sekilas patung Budha tersebut tampak serupa semuanya tetapi sesunguhnya ada pun perbedaannya perbedaan yang paling jelas dan pun yang memisahkan satu sama lainya ialah dalam sikap tangannya yang di sebut Mudra dan merupakan karakteristik untuk masing-masing patung
sikap tangan patung Budha di Candi Borobudur terdapat 6 macam melulu saja sebab macam oleh sebab macam mudra yang di miliki menghadap seluruh arah (Timur Selatan Barat dan Utara) pada unsur rupadhatu tahapan V maupun pada unsur arupadhatu pada umumnya mencerminkan maksud yang sama maka jumlah mudra yang pokok terdapat 5
kelima mudra itu ialah Bhumispara – Mudra Wara – Mudra, Dhayana – Mudra, Abhaya – Mudra, Dharma Cakra – Mudra.
PATUNG SINGA
Pada Candi Borobudur di samping patung Budha pun ada patung singa jumlah patung singa seharusnya tidak tidak cukup dari 32 buah akan namun bila di hitung kini jumlahnya berkurang karena sekian banyak sebab satu satunya patung singa besar berada pada halaman sisi Barat yang pun menghadap ke barat seolah – olah sedang mengawal bangunan Candi Borobudur yang megah dan anggun.
STUPA
- Stupa Induk
Berukuran lebih banyak dari stupa – stupa lainya dan terletak di tengah – tengah sangat atas yang adalahmhkota dari semua monumen bangunan Candi Borobudur,
garis tengah Stupa induk + 9.90 M puncak yang tertinggi di sebut pinakel / Yasti Cikkara, terletak di atas Padmaganda dan pun trletak di garis Harmika.
- Stupa Berlubang / Terawang
Yang dimaksud stupa berlubang atau terawang merupakan Stupa yang ada pada teras I, II, III di mana di dalamnya ada patung Budha.
Di Candi Borobudur jumlah stupa berlubang seluruhnya 72 Buah, stupa – stupa itu berada pada tingkat Arupadhatu
Teras I ada 32 Stupa
Teras II ada 24 Stupa
Teras III ada 16 Stupa
Jumlah 72 Stupa
- Stupa kecil
Stupa kecil berbentuk nyaris sama dengan stupa yang lainya melulu saja perbedaannya yang menojol ialah ukurannya yang lebih kecil dari stupa yang lainya, seolah – olah menjadi dekorasi bangunan Candi Borobudur keberadaanstupa ini menduduki relung – relung pada tahapan ke II saampai tahapan ke V sementara pada tahapan I berupa Keben dan beberapa berupa Stupa kecil jumlah stupa kecil terdapat 1472 Buah.
RELIEF
Di masing-masing tingkatan dipahat relief-relief pada dinding candi.
Relief-relief ini dibaca cocok arah jarum jam atau dinamakan mapradaksina dalam bahasa Jawa Kuna yang berasal dari bahasa Sansekerta daksina yang dengan kata lain ialah timur.
Relief-relief ini bermacam-macam isi ceritanya, antara beda relief-relief kisah jātaka.
Pembacaan cerita-cerita relief ini senantiasa dimulai, dan selesai pada pintu gerbang sisi unsur timur di masing-masing tingkatnya, mulainya di sebelah kiri dan selesai di sebelah kanan pintu gerbang itu.
Maka secara nyata bahwa sebelah timur ialah tangga naik yang bahwasannya (utama) dan mengarah ke puncak candi, dengan kata lain bahwa candi menghadap ke unsur timur meskipun sisi-sisi lainnya serupa benar.
Secara runtutan, maka kisah pada relief candi secara singkat bermakna inilah ini :
KARMAWIBHANGGA
Sesuai dengan arti simbolis pada kaki candi,
relief yang menghiasi dinding batur yang terselubung tersebut mencerminkan hukum karma.
Deretan relief itu bukan merupakan kisah seri (serial),
tetapi pada masing-masing pigura mencerminkan suatu kisah yang memiliki korelasi karena akibat.
Relief itu tidak saja memberi cerminan terhadap tindakan tercela insan disertai dengan hukuman yang bakal diperolehnya,
tetapi pun perbuatan baik insan dan pahala.
Secara borongan adalahpenggambaran kehidupan insan dalam lingkaran bermunculan - hidup - mati (samsara) yang tidak pernah berakhir, dan oleh agama Buddha rantai tersebutlah yang akan diselesaikan untuk mengarah ke kesempurnaan
LALITAWISTARA
Merupakan penggambaran riwayat Sang Buddha dalam barisan relief-relief (tetapi bukan adalahriwayat yang menyeluruh )
yang dibuka dari turunnya Sang Buddha dari sorga Tusita, dan selesai dengan wejangan kesatu di Taman Rusa dekat kota Banaras.
Relief ini berjajar dari tangga pada sisi sebelah selatan, sesudah melampui barisan relief sejumlah 27 pigura yang dibuka dari tangga sisi timur.
Ke-27 pigura tersebut mencerminkan kesibukan, baik di sorga maupun di dunia, sebagai persiapan guna menyambut hadirnya penjelmaan terakhir Sang Bodhisattwa selaku calon Buddha.
Relief tersebut mencerminkan lahirnya Sang Buddha di arcapada ini sebagai Pangeran Siddhartha, putra Raja Suddhodana dan Permaisuri Maya dari Negeri Kapilawastu.
Relief itu berjumlah 120 pigura, yang selesai dengan wejangan kesatu, yang secara simbolis ditetapkan sebagai Pemutaran Roda Dharma, doktrin Sang Buddha di sebut dharma yang pun berarti "hukum", sementara dharma dicerminkan sebagai roda.
JATAKA DAN AWADANA
Jataka ialah cerita mengenai Sang Buddha sebelum dicetuskan sebagai Pangeran Siddharta.
Isinya adalahpokok penonjolan tindakan baik, yang memisahkan Sang Bodhisattwa dari makhluk beda manapun juga.
Sesungguhnya, pendataan jasa/perbuatan baik adalahtahapan persiapan dalam usaha mengarah ke ketingkat ke-Buddha-an.
Sedangkan Awadana, pada dasarnya nyaris sama dengan Jataka akan namun pelakunya bukan Sang Bodhisattwa, tetapi orang beda dan ceritanya dihimpun dalam buku Diwyawadana yang berarti tindakan mulia kedewaan, dan buku Awadanasataka atau seratus kisah Awadana.
Pada relief candi Borobudur jataka dan awadana, diperlakukan sama, dengan kata lain keduanya ada dalam barisan yang sama tanpa dibedakan.
Himpunan yang sangat terkenal dari kehidupan Sang Bodhisattwa ialah Jatakamala atau untaian kisah Jataka, karya penyair Aryasura dan jang hidup dalam abad ke-4 Masehi.
GANDAWYUHA
Merupakan barisan relief menghiasi dinding lorong ke-2,adalah kisah Sudhana yang berkelana tanpa mengenal lelah dalam usahanya menggali Pengetahuan Tertinggi mengenai Kebenaran Sejati oleh Sudhana.
Penggambarannya dalam 460 pigura didasarkan pada buku suci Buddha Mahayana yang berjudul Gandawyuha, dan guna bagian penutupnya menurut kisah kitab lainnya yakni Bhadracari.
ARCA BUDDHA
Di samping wujud buddha dalam kosmologi buddhis yang terukir di dinding, di Borobudur terdapat tidak sedikit arca buddha duduk bersila dalam posisi lotus serta memperlihatkan mudra atau sikap tangan simbolis tertentu.
Patung buddha dalam relung-relung di tingkat Rupadhatu, ditata menurut deretan di sisi luar pagar langkan.
Jumlahnya semakin berkurang pada sisi atasnya.
Barisan pagar langkan kesatu terdiri dari 104 relung, baris kedua 104 relung, baris ketiga 88 relung , baris keempat 72 relung, dan baris kelima 64 relung.
Jumlah total ada 432 arca Buddha di tingkat Rupadhatu.
Pada unsur Arupadhatu (tiga pelataran melingkar), arca Buddha ditaruh di dalam stupa-stupa berterawang (berlubang).
Pada pelataran melingkar kesatu ada 32 stupa, pelataran kedua 24 stupa, dan pelataran ketiga ada 16 stupa, semuanya total 72 stupa.
Dari jumlah asli sejumlah 504 arca Buddha, lebih dari 300 telah bobrok (kebanyakan tanpa kepala) dan 43 hilang (sejak penemuan monumen ini, kepala buddha sering dicopet sebagai barang koleksi, banyak sekali oleh museum luar negeri).
Secara sepintas seluruh arca buddha ini tampak serupa, akan namun ada perbedaan halus diantaranya, yakni pada mudra atau posisi sikap tangan.
Terdapat lima kelompok mudra: Utara, Timur, Selatan, Barat, dan Tengah, kesemuanya menurut lima arah utama kompas menurut doktrin Mahayana.
Keempat pagar langkan mempunyai empat mudra: Utara, Timur, Selatan, dan Barat,
dimana setiap arca buddha yang menghadap arah tersebut memperlihatkan mudra yang khas.
Arca Buddha pada pagar langkan kelima dan arca buddha di dalam 72 stupa berterawang di pelataran atas memperlihatkan mudra: Tengah atau Pusat.
Masing-masing mudra menggambarkan lima Dhyani Buddha;
masing-masing dengan arti simbolisnya tersendiri
Borobudur ialah nama suatu candi Buddha yang terletak di Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang
yang letaknya sebelah unsur selatan + 15 km sebelah unsur selatan kota Magelang dataran kedu yang berbukit nyaris seluruhnya di kelilingi pegunungan, pegunungan yang mengelilingi Candi Borobudur di antaranya di sebelah unsur timur ada Gunung Merbabu dan Gunung Merapi Barat, Laut Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro.
Dalam etnis Tionghoa, candi ini disebut pun 婆羅浮屠 (Hanyu Pinyin: pó luó fú tú) dalam bahasa Mandarin.
ASAL USUL SEJARAH SINGKAT CANDI BOROBUDUR
WAKTU DIDIRIKAN
Banyak kitab – kitab sejarah yang menyebutkan mengenai Candi Borobudur akan namun kapan Candi Borobudur tersebut di dirikan tidaklah bisa di ketahui secara pasti
namun suatu estimasi dapat di peroleh dengan artikel singkat yang di pahatkan di atas pigura relief kaki pribumi Candi Borobudur ( Karwa Wibhangga )
menunjukan huruf sejenis dengan yang di dapatkan dari prasati di akhir abad ke – 8 sampai mula abad ke – 9
dari bukti – bukti itu dapat di tarik benang merah bahwa Candi Borobudur di dirikan selama tahun 800 M.
Kesimpulan itu di atas tersebut ternyata cocok benar dengan dengan kerangka sejarah Indonesia pada lazimnya dan pun sejarah yang berada di wilayah jawa tengah pada khususnya
periode antara abad ke – 8 dan pertengahan abad ke – 9 di familiar dengan abad Emas Wangsa Syailendra
kejayaan ini di tandai di bangunnya sebanyak besar candi yang di lereng – lereng gunung banyak sekali berdiri khas bangunan hindu sementara yang bertebaran di dataran – dataran ialah khas bangunan Budha namun ada pun sebagian khas Hindu
Dengan demikian bisa di tarik benang merah bahwa Candi Borobudur di bangun oleh wangsa Syailendra yang familiar dalam sejarah sebab karena usaha guna menjunjung tinggi dan memuliakan agama Budha Mahayana.
Tahap Pembangunan Borobudur
Tahap kesatu
Masa pembangunan Borobudur tidak diketahui tentu (diperkirakan antara 750 dan 850 M). Pada tadinya dibangun tata susun bertingkat. Sepertinya dirancang sebagai piramida berundak. tetapi lantas diubah. Sebagai bukti terdapat tata susun yang dibongkar.
Tahap kedua
Pondasi Borobudur diperlebar, diperbanyak dengan dua undak persegi dan satu undak lingkaran yang langsung diserahkan stupa induk besar.
Tahap ketiga
Undak atas lingkaran dengan stupa induk besar dirombak dan dihilangkan dan diganti tiga undak lingkaran. Stupa-stupa di bina pada puncak undak-undak ini dengan satu stupa besar di tengahnya.
Tahap keempat
Ada evolusi kecil seperti penciptaan relief evolusi tangga dan lengkung atas pintu.
PENEMUAN KEMBALI
Borobudur yang menjadi keganjilan dunia menjulang tinggi antara dataran rendah di sekelilingnya.
Tidak bakal pernah masuk akal mereka menyaksikan karya seni terbesar yang adalahhasil karya paling mengagumkan dan tidak lebih masuk akal lagi bila disampaikan Candi Borobudur pernah merasakan kerusakan
Memang demikian keadaannya Candi Borobudur terlupakan sekitar tenggang masa-masa yang lumayan lama bahkan hingga berabad – abad bangunan yang begitu megahnya di hadapkan pada proses kehancuran.
Kira – kira melulu 150 tahun Candi Borobudur di pakai sebagai pusat Ziarah, masa-masa yang singkat di bandingkan dengan usianya saat pekerja menghiasi / membina bukit alam Candi Borobudur dengan batu – batu di bawah pemerintahan yang paling terkenal yakni SAMARATUNGGA,
sekitar tahun 800 – an dengan berakhirnya kerajaan Mataram tahu 930 M pusat kehidupan dan kebudayaan jawa bergeser ke timur
Demikian sebab terbengkalai tak terurus maka lama – lama di sana – sini tumbuh macam – macam tumbuhan binal yang lama kelamaan menjadi rimbun dan menutupi bangunannya.
Pada kira – kira abad ke – 10 Candi Borobudur terlantar dan terlupakan.
Baru pada tahun 1814 M berkat usaha Sir Thomas Stamford Rafles Candi Borobudur hadir dari kegelapan masa silam.
Rafles ialah Letnan Gubernur Jendral Inggris, saat Indonesia di kuasai / di jajah Inggris pada tahun 1811 M –1816 M.
Pada tahun 1835 M semua candi dilepaskan dari apa yang menjadi penghalang pemandangan oleh Presiden kedua yang mempunyai nama Hartman,
karena begitu tertariknya terhadap Candi Borobudur sampai-sampai ia mengusahakan pembersihan lebih lanjut,
puing –puing yang masih menutupi candi di singkirkan dan tanah yang menutupi lorong – lorong dari bangunan candi di singkirkan semua sampai-sampai candi lebih baik di bandingkan sebelumnya.
Foto Pertama Candi Borobudur dari tahun 1873, bendera Belanda nampak pada stupa utama candi
PENYELAMATAN 1
Semenjak Candi Borobudur di temukan dimulailah usaha perbaikan dan pemugaran pulang bangunan Candi Borobudur
mula – awal hanya dilaksanakan secara kecil – kecilan serta penciptaan gambar – gambar dan photo – photo reliefnya.
Pemugaran Candi Borobudur yang kesatu kali dilaksanakan pada tahun 1907 M – 1911 M di bawah pimpinan Tuan Van erf dengan maksudnya ialah untuk menghindari kehancuran – kehancuran yang lebih banyak lagi dari bangunan Candi Borobudur
Teras tertinggi sesudah restorasi Van Erp
walaupun tidak sedikit bagian tembok atau dinding – dinding khususnya tingkat tiga dari bawah sebelah Barat Laut, Utara dan Timur Laut yang masih tampak oleng dan paling mengkhawatirkan untuk para pengunjung maupun bangunannya sendiri tetapi pekerjaan Van Erp itu untuk sedangkan Candi Borobudur bisa di selamatkan dari kehancuran yang lebih besar.
Mengenai gapura – gapura hanya sejumlah saja yang sudah di lakukan masa tersebut telah membalikkan kejayaan masa silam,
namun pun perlu di sadari bahwa tahun – tahun yang dilewati borobudur sekitar tersembunyi di semak – semak secara tidak langsung sudah menutupi dan mengayomi dari cuaca buruk yang barangkali dapat merusak bangunan Candi Borobudur,
Van Erp berasumsi miring dan meleseknya dinding – dinding dari bangunan tersebut tidak paling membahayakan bangunan itu,
Pendapat tersebut sampai 50 tahun lantas memang tidak salah bakal tetapi semenjak tahun 1960 M pendapat Tuan Van erf tersebut mulai di ragukan dan di khawatirkan bakal ada kehancuran yang lebih parah
PEMUGARAN CANDI BOROBUDUR
Pemugaran Candi Borobudur di mulai tanggal 10 Agustus 1973
prasati dimulainya kegiatan pemugaran Candi Borobudur terletak di sebelah Barat Laut Menghadap ke timur
karyawan pemugaran tidak tidak cukup dari 600 orang diantaranya terdapat tenaga – tenaga muda alumni SMA dan SIM
bangunan yang memang diserahkan pendidikan terutama mengenai teori dan praktek dalam bidang Chemika Arkeologi ( CA ) dan Teknologi Arkeologi ( TA )
Teknologi Arkeologi bertugas merombak dan memasang batu - batu Candi Borobudur sementara Chemika Arkeologi bertugas mencuci serta membetulkan batu – batu yang telah retak dan pecah,
pekerjaan – pekerjan di atas mempunyai sifat arkeologi seluruh di tangani oleh badan pemugaran Candi Borobudur,
sedangkan kegiatan yang mempunyai sifat teknis laksana penyediaan transportasi pengadaaan bahan – bahan bangunan di tangani oleh kontraktor
( PT NIDYA KARYA dan THE CONTRUCTION AND DEVELOPMENT CORPORATION OF THE FILIPINE ).
Bagian – unsur Candi Borobudur yang di pugar merupakan bagian Rupadhatu yaitu lokasi tingkat dari bawah yang berbentuk bujur sangkar sementara kaki Candi Borobudur serta teras I, II, III dan stupa induk ikut di pugar pemugaran berlalu pada tanggal 23 Februari 1983 M di bawah pimpinan DR Soekmono dengan di tandai suatu batu prasati seberat + 20 Ton.
Prasasti peresmian selesainya pemugaran sedang di halaman barat dengan batu yang paling besar di buatkan dengan dua unsur satu menghadap ke unsur utara satu lagi menghadap ke timur
penulisan dalam prasasti itu di tanda tangani langsung oleh tenaga yang berpengalaman dan terampil dari Yogyakarta yang bekerja pada proyek pemugaran Candi Borobudur.
Ikhtisar Waktu Proses Pemugaran Candi borobudur
1814 - Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jenderal Britania Raya di Jawa, mendengar adanya penemuan benda purbakala di desa Borobudur.
Raffles menyuruh H.C. Cornelius guna menyelidiki tempat penemuan, berupa bukit yang diisi semak belukar.
1873 - monografi kesatu mengenai candi diterbitkan.
1900 - pemerintahan Hindia Belanda memutuskan sebuah panitia pemugaran dan perawatan candi Borobudur.
1907 - Theodoor van Erp memimpin pemugaran sampai tahun 1911.
1926 - Borobudur dipugar kembali, namun terhenti pada tahun 1940 dampak krisis malaise dan Perang Dunia II.
1956 - Pemerintah Indonesia meminta pertolongan UNESCO.
Prof. Dr. C. Coremans datang ke Indonesia dari Belgia untuk menganalisis sebab-sebab kehancuran Borobudur.
1963 - Pemerintah Indonesia menerbitkan surat keputusan guna memugar Borobudur, namun berantakan sesudah terjadi peristiwa G-30-S.
1968 - Pada konferensi-15 di Perancis, UNESCO setuju guna memberi pertolongan untuk mengamankan Borobudur.
1971 - Pemerintah Indonesia menyusun badan pemugaran Borobudur yang diketuai Prof.Ir.Roosseno.
1972 - International Consultative Committee disusun dengan melibatkan sekian banyak negara dan Roosseno sebagai ketuanya.
Komite yang disponsori UNESCO meluangkan 5 juta dolar Amerika Serikat dari ongkos pemugaran 7.750 juta dolar Amerika Serikat.
Sisanya ditanggung Indonesia.
10 Agustus 1973 - Presiden Soeharto meresmikan dimulainya pemugaran Borobudur; pemugaran berlalu pada tahun 1984
21 Januari 1985 - terjadi serangan bom yang merusakkan sejumlah stupa pada Candi Borobudur yang lantas segera dibetulkan kembali.
Serangan dilaksanakan oleh kumpulan Islam ekstremis yang dipimpin oleh Husein Ali Al Habsyi.
1991 - Borobudur diputuskan sebagai Warisan Dunia UNESCO.
BAtu Peringatan Pemugaran candi Borobudur dengan pertolongan UNESCO
ASAL USUL NAMA BOROBUDUR
Banyak teori yang berjuang menjelaskan nama candi ini.
Salah satunya mengaku bahwa nama ini bisa jadi berasal dari kata Sambharabhudhara, yaitu dengan kata lain "gunung" (bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras.
Selain tersebut terdapat sejumlah etimologi rakyat lainnya.
Misalkan kata borobudur berasal dari perkataan "para Buddha" yang sebab pergeseran bunyi menjadi borobudur.
Penjelasan lain merupakan bahwa nama ini berasal dari dua kata "bara" dan "beduhur".
Kata bara konon berasal dari kata vihara, sedangkan ada pula keterangan lain di mana bara berasal dari bahasa Sansekerta yang dengan kata lain kompleks candi atau biara dan beduhur dengan kata lain ialah "tinggi", atau mengingatkan dalam bahasa Bali yang berarti "di atas".
Jadi maksudnya merupakan sebuah biara atau asrama yang sedang di tanah tinggi.
Sejarawan J.G. de Casparis dalam disertasinya guna mendapatkan gelar doktor pada 1950 berasumsi bahwa Borobudur ialah tempat pemujaan.
Berdasarkan prasasti Karangtengah dan Kahulunan, Casparis memperkirakan pendiri Borobudur ialah raja Mataram dari wangsa Syailendra mempunyai nama Samaratungga, yang mengerjakan pembangunan selama tahun 824 M.
Bangunan raksasa tersebut baru dapat ditamatkan pada masa putrinya, Ratu Pramudawardhani.
Pembangunan Borobudur diduga memakan waktu separuh abad.
Dalam prasasti Karangtengah pula dilafalkan mengenai penganugerahan tanah sima (tanah bebas pajak) oleh Çrī Kahulunan (Pramudawardhani) untuk merawat Kamūlān yang dinamakan Bhūmisambhāra.
Istilah Kamūlān sendiri berasal dari kata awal yang berarti lokasi asal muasal, bangunan suci untuk menghormati leluhur,
kemungkinan leluhur dari wangsa Sailendra.
Casparis memperkirakan bahwa Bhūmi Sambhāra Bhudhāra dalam bahasa sansekerta yang berarti "Bukit himpunan kebaikan sepuluh tingkatan boddhisattwa", ialah nama pribumi Borobudur.
BANGUNAN CANDI BOROBUDUR
URAIAN BANGUNAN CANDI BOROBUDUR
Candi Borobudur di bangun mengunakan batu Adhesit sejumlah 55.000 M3
bangunan Candi Borobudur berbentuk limas yang berundak – undak dengan tangga naik pada ke – 4 sisinya ( Utara, selatan, Timur Dan Barat )
pada Candi Borobudur tidak terdapat ruangan di mana orang tak dapat masuk melainkan dapat naik ke atas saja.
Lebar bangunan Candi Borobudur 123 M
Panjang bangunan Candi Borobudur 123 M
Pada sudut yang membelok 113 M
Dan tinggi bangunan Candi Borobudur 30.5 M
Pada kaki yang pribumi di di blokir oleh batu Adhesit sejumlah 12.750 M3 sebagai selasar undaknya.
Candi Borobudur mempunyai struktur dasar punden berundak, dengan enam pelataran berbentuk bujur sangkar, tiga pelataran berbentuk bundar melingkar dan suatu stupa utama sebagai puncaknya.
Selain tersebut tersebar di seluruh pelatarannya sejumlah stupa.
Sepuluh pelataran yang dipunyai Borobudur mencerminkan secara jelas filsafat mazhab Mahayana.
Bagaikan suatu kitab, Borobudur mencerminkan sepuluh tingkatan Bodhisattva yang mesti dilewati untuk menjangkau kesempurnaan menjadi Buddha.
Bagian kaki Borobudur menggambarkan Kamadhatu, yakni dunia yang masih dikuasai oleh kama atau "nafsu rendah".
Bagian ini mayoritas tertutup oleh tumpukan batu yang diduga diciptakan untuk memperkuat konstruksi candi.
Pada unsur yang tertutup struktur ekstra ini ada 120 panel kisah Kammawibhangga.
Sebagian kecil struktur tambahan tersebut disisihkan sampai-sampai orang masih dapat menyaksikan relief pada unsur ini.
Empat lantai dengan dinding berelief di atasnya oleh para berpengalaman dinamakan Rupadhatu.
Lantainya berbentuk persegi.
Rupadhatu ialah dunia yang telah dapat melepaskan diri dari nafsu, namun masih terbelenggu oleh rupa dan bentuk.
Tingkatan ini menggambarkan alam antara yakni, antara alam bawah dan alam atas.
Pada unsur Rupadhatu ini patung-patung Buddha ada pada ceruk-ceruk dinding di atas ballustrade atau selasar.
Mulai lantai kelima sampai ketujuh dindingnya tidak berelief.
Tingkatan ini disebut Arupadhatu (yang berarti tidak berupa atau tidak berwujud).
Denah lantai berbentuk lingkaran.
Tingkatan ini menggambarkan alam atas, di mana insan sudah bebas dari segala kemauan dan ikatan format dan rupa, tetapi belum menjangkau nirwana.
Patung-patung Buddha ditempatkan di dalam stupa yang diblokir berlubang-lubang laksana dalam kurungan.
Dari luar patung-patung tersebut masih terlihat samar-samar.
Tingkatan tertinggi yang mencerminkan ketiadaan wujud dicerminkan berupa stupa yang terbesar dan tertinggi.
Stupa dicerminkan polos tanpa lubang-lubang.
Di dalam stupa terbesar ini pernah ditemukan patung Buddha yang tidak sempurna atau disebut pun unfinished Buddha, yang disalahsangkakan sebagai patung Adibuddha, padahal melewati penelitian lebih lanjut tidak pernah terdapat patung pada stupa utama, patung yang tidak selesai tersebut merupakan kekeliruan pemahatnya pada zaman dahulu.
menurut keyakinan patung yang salah dalam proses pembuatannya memang jangan dirusak.
Penggalian arkeologi yang dilaksanakan di halaman candi ini menemukan tidak sedikit patung laksana ini.
Di masa lalu, sejumlah patung Buddha bareng dengan 30 batu dengan relief, dua patung singa, sejumlah batu berbentuk kala, tangga dan gerbang diantarkan kepada Raja Thailand, Chulalongkorn yang mendatangi Hindia Belanda (kini Indonesia) pada tahun 1896 sebagai hadiah dari pemerintah Hindia Belanda saat itu.
Borobudur tidak mempunyai ruang-ruang pemujaan laksana candi-candi lain.
Yang ada merupakan lorong-lorong panjang yang adalahjalan sempit.
Lorong-lorong diberi batas dinding mengelilingi candi tingkat demi tingkat.
Di lorong-lorong berikut umat Buddha diduga melakukan upacara berlangsung kaki mengelilingi candi ke arah kanan.
Bentuk bangunan tanpa ruangan dan struktur bertingkat-tingkat ini diperkirakan adalahperkembangan dari format punden berundak, yang merupakan format arsitektur pribumi dari masa prasejarah Indonesia.
Struktur Borobudur bila disaksikan dari atas menyusun struktur Mandala.
Struktur Borobudur tidak menggunakan semen sama sekali, tetapi sistem interlock yaitu laksana balok-balok Lego yang dapat menempel tanpa lem.
PATUNG
Di dalam bangunan Budha ada patung – patung Budha berjumlah 504 buah diantaranya sebagai berikut:
Patung Budha yang ada pada relung – relung : 432 Buah
Sedangkan pada teras – teras I, II, III berjumlah : 72 Buah
Jumlah : 504 Buah
Agar lebih jelas rangkaian – rangkaian patung Budha pada Budha sebagai berikut:
1. Langkah I Teradapat : 104 Patung Budha
2. Langkah II Terdapat : 104 Patung Budha
3. Langkah III Terdapat : 88 Patung Budha
4. Langkah IV Terdapat : 22 Patung Budha
5. Langkah V Terdapat : 64 Patung Budha
6. Teras Bundar I Terdapat : 32 Patung Budha
7. Teras Bundar II Terdapat : 24 Patung Budha
8. Teras Bundar III Terdapat : 16 Patung Budha
Jumlah : 504 Patung Budha
Sekilas patung Budha tersebut tampak serupa semuanya tetapi sesunguhnya ada pun perbedaannya perbedaan yang paling jelas dan pun yang memisahkan satu sama lainya ialah dalam sikap tangannya yang di sebut Mudra dan merupakan karakteristik untuk masing-masing patung
sikap tangan patung Budha di Candi Borobudur terdapat 6 macam melulu saja sebab macam oleh sebab macam mudra yang di miliki menghadap seluruh arah (Timur Selatan Barat dan Utara) pada unsur rupadhatu tahapan V maupun pada unsur arupadhatu pada umumnya mencerminkan maksud yang sama maka jumlah mudra yang pokok terdapat 5
kelima mudra itu ialah Bhumispara – Mudra Wara – Mudra, Dhayana – Mudra, Abhaya – Mudra, Dharma Cakra – Mudra.
PATUNG SINGA
Pada Candi Borobudur di samping patung Budha pun ada patung singa jumlah patung singa seharusnya tidak tidak cukup dari 32 buah akan namun bila di hitung kini jumlahnya berkurang karena sekian banyak sebab satu satunya patung singa besar berada pada halaman sisi Barat yang pun menghadap ke barat seolah – olah sedang mengawal bangunan Candi Borobudur yang megah dan anggun.
STUPA
- Stupa Induk
Berukuran lebih banyak dari stupa – stupa lainya dan terletak di tengah – tengah sangat atas yang adalahmhkota dari semua monumen bangunan Candi Borobudur,
garis tengah Stupa induk + 9.90 M puncak yang tertinggi di sebut pinakel / Yasti Cikkara, terletak di atas Padmaganda dan pun trletak di garis Harmika.
- Stupa Berlubang / Terawang
Yang dimaksud stupa berlubang atau terawang merupakan Stupa yang ada pada teras I, II, III di mana di dalamnya ada patung Budha.
Di Candi Borobudur jumlah stupa berlubang seluruhnya 72 Buah, stupa – stupa itu berada pada tingkat Arupadhatu
Teras I ada 32 Stupa
Teras II ada 24 Stupa
Teras III ada 16 Stupa
Jumlah 72 Stupa
- Stupa kecil
Stupa kecil berbentuk nyaris sama dengan stupa yang lainya melulu saja perbedaannya yang menojol ialah ukurannya yang lebih kecil dari stupa yang lainya, seolah – olah menjadi dekorasi bangunan Candi Borobudur keberadaanstupa ini menduduki relung – relung pada tahapan ke II saampai tahapan ke V sementara pada tahapan I berupa Keben dan beberapa berupa Stupa kecil jumlah stupa kecil terdapat 1472 Buah.
RELIEF
Di masing-masing tingkatan dipahat relief-relief pada dinding candi.
Relief-relief ini dibaca cocok arah jarum jam atau dinamakan mapradaksina dalam bahasa Jawa Kuna yang berasal dari bahasa Sansekerta daksina yang dengan kata lain ialah timur.
Relief-relief ini bermacam-macam isi ceritanya, antara beda relief-relief kisah jātaka.
Pembacaan cerita-cerita relief ini senantiasa dimulai, dan selesai pada pintu gerbang sisi unsur timur di masing-masing tingkatnya, mulainya di sebelah kiri dan selesai di sebelah kanan pintu gerbang itu.
Maka secara nyata bahwa sebelah timur ialah tangga naik yang bahwasannya (utama) dan mengarah ke puncak candi, dengan kata lain bahwa candi menghadap ke unsur timur meskipun sisi-sisi lainnya serupa benar.
Secara runtutan, maka kisah pada relief candi secara singkat bermakna inilah ini :
KARMAWIBHANGGA
Sesuai dengan arti simbolis pada kaki candi,
relief yang menghiasi dinding batur yang terselubung tersebut mencerminkan hukum karma.
Deretan relief itu bukan merupakan kisah seri (serial),
tetapi pada masing-masing pigura mencerminkan suatu kisah yang memiliki korelasi karena akibat.
Relief itu tidak saja memberi cerminan terhadap tindakan tercela insan disertai dengan hukuman yang bakal diperolehnya,
tetapi pun perbuatan baik insan dan pahala.
Secara borongan adalahpenggambaran kehidupan insan dalam lingkaran bermunculan - hidup - mati (samsara) yang tidak pernah berakhir, dan oleh agama Buddha rantai tersebutlah yang akan diselesaikan untuk mengarah ke kesempurnaan
LALITAWISTARA
Merupakan penggambaran riwayat Sang Buddha dalam barisan relief-relief (tetapi bukan adalahriwayat yang menyeluruh )
yang dibuka dari turunnya Sang Buddha dari sorga Tusita, dan selesai dengan wejangan kesatu di Taman Rusa dekat kota Banaras.
Relief ini berjajar dari tangga pada sisi sebelah selatan, sesudah melampui barisan relief sejumlah 27 pigura yang dibuka dari tangga sisi timur.
Ke-27 pigura tersebut mencerminkan kesibukan, baik di sorga maupun di dunia, sebagai persiapan guna menyambut hadirnya penjelmaan terakhir Sang Bodhisattwa selaku calon Buddha.
Relief tersebut mencerminkan lahirnya Sang Buddha di arcapada ini sebagai Pangeran Siddhartha, putra Raja Suddhodana dan Permaisuri Maya dari Negeri Kapilawastu.
Relief itu berjumlah 120 pigura, yang selesai dengan wejangan kesatu, yang secara simbolis ditetapkan sebagai Pemutaran Roda Dharma, doktrin Sang Buddha di sebut dharma yang pun berarti "hukum", sementara dharma dicerminkan sebagai roda.
JATAKA DAN AWADANA
Jataka ialah cerita mengenai Sang Buddha sebelum dicetuskan sebagai Pangeran Siddharta.
Isinya adalahpokok penonjolan tindakan baik, yang memisahkan Sang Bodhisattwa dari makhluk beda manapun juga.
Sesungguhnya, pendataan jasa/perbuatan baik adalahtahapan persiapan dalam usaha mengarah ke ketingkat ke-Buddha-an.
Sedangkan Awadana, pada dasarnya nyaris sama dengan Jataka akan namun pelakunya bukan Sang Bodhisattwa, tetapi orang beda dan ceritanya dihimpun dalam buku Diwyawadana yang berarti tindakan mulia kedewaan, dan buku Awadanasataka atau seratus kisah Awadana.
Pada relief candi Borobudur jataka dan awadana, diperlakukan sama, dengan kata lain keduanya ada dalam barisan yang sama tanpa dibedakan.
Himpunan yang sangat terkenal dari kehidupan Sang Bodhisattwa ialah Jatakamala atau untaian kisah Jataka, karya penyair Aryasura dan jang hidup dalam abad ke-4 Masehi.
GANDAWYUHA
Merupakan barisan relief menghiasi dinding lorong ke-2,adalah kisah Sudhana yang berkelana tanpa mengenal lelah dalam usahanya menggali Pengetahuan Tertinggi mengenai Kebenaran Sejati oleh Sudhana.
Penggambarannya dalam 460 pigura didasarkan pada buku suci Buddha Mahayana yang berjudul Gandawyuha, dan guna bagian penutupnya menurut kisah kitab lainnya yakni Bhadracari.
ARCA BUDDHA
Di samping wujud buddha dalam kosmologi buddhis yang terukir di dinding, di Borobudur terdapat tidak sedikit arca buddha duduk bersila dalam posisi lotus serta memperlihatkan mudra atau sikap tangan simbolis tertentu.
Patung buddha dalam relung-relung di tingkat Rupadhatu, ditata menurut deretan di sisi luar pagar langkan.
Jumlahnya semakin berkurang pada sisi atasnya.
Barisan pagar langkan kesatu terdiri dari 104 relung, baris kedua 104 relung, baris ketiga 88 relung , baris keempat 72 relung, dan baris kelima 64 relung.
Jumlah total ada 432 arca Buddha di tingkat Rupadhatu.
Pada unsur Arupadhatu (tiga pelataran melingkar), arca Buddha ditaruh di dalam stupa-stupa berterawang (berlubang).
Pada pelataran melingkar kesatu ada 32 stupa, pelataran kedua 24 stupa, dan pelataran ketiga ada 16 stupa, semuanya total 72 stupa.
Dari jumlah asli sejumlah 504 arca Buddha, lebih dari 300 telah bobrok (kebanyakan tanpa kepala) dan 43 hilang (sejak penemuan monumen ini, kepala buddha sering dicopet sebagai barang koleksi, banyak sekali oleh museum luar negeri).
Secara sepintas seluruh arca buddha ini tampak serupa, akan namun ada perbedaan halus diantaranya, yakni pada mudra atau posisi sikap tangan.
Terdapat lima kelompok mudra: Utara, Timur, Selatan, Barat, dan Tengah, kesemuanya menurut lima arah utama kompas menurut doktrin Mahayana.
Keempat pagar langkan mempunyai empat mudra: Utara, Timur, Selatan, dan Barat,
dimana setiap arca buddha yang menghadap arah tersebut memperlihatkan mudra yang khas.
Arca Buddha pada pagar langkan kelima dan arca buddha di dalam 72 stupa berterawang di pelataran atas memperlihatkan mudra: Tengah atau Pusat.
Masing-masing mudra menggambarkan lima Dhyani Buddha;
masing-masing dengan arti simbolisnya tersendiri
Borobudur ialah nama suatu candi Buddha yang terletak di Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang
yang letaknya sebelah unsur selatan + 15 km sebelah unsur selatan kota Magelang dataran kedu yang berbukit nyaris seluruhnya di kelilingi pegunungan, pegunungan yang mengelilingi Candi Borobudur di antaranya di sebelah unsur timur ada Gunung Merbabu dan Gunung Merapi Barat, Laut Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro.
Dalam etnis Tionghoa, candi ini disebut pun 婆羅浮屠 (Hanyu Pinyin: pó luó fú tú) dalam bahasa Mandarin.
ASAL USUL SEJARAH SINGKAT CANDI BOROBUDUR
WAKTU DIDIRIKAN
Banyak kitab – kitab sejarah yang menyebutkan mengenai Candi Borobudur akan namun kapan Candi Borobudur tersebut di dirikan tidaklah bisa di ketahui secara pasti
namun suatu estimasi dapat di peroleh dengan artikel singkat yang di pahatkan di atas pigura relief kaki pribumi Candi Borobudur ( Karwa Wibhangga )
menunjukan huruf sejenis dengan yang di dapatkan dari prasati di akhir abad ke – 8 sampai mula abad ke – 9
dari bukti – bukti itu dapat di tarik benang merah bahwa Candi Borobudur di dirikan selama tahun 800 M.
Kesimpulan itu di atas tersebut ternyata cocok benar dengan dengan kerangka sejarah Indonesia pada lazimnya dan pun sejarah yang berada di wilayah jawa tengah pada khususnya
periode antara abad ke – 8 dan pertengahan abad ke – 9 di familiar dengan abad Emas Wangsa Syailendra
kejayaan ini di tandai di bangunnya sebanyak besar candi yang di lereng – lereng gunung banyak sekali berdiri khas bangunan hindu sementara yang bertebaran di dataran – dataran ialah khas bangunan Budha namun ada pun sebagian khas Hindu
Dengan demikian bisa di tarik benang merah bahwa Candi Borobudur di bangun oleh wangsa Syailendra yang familiar dalam sejarah sebab karena usaha guna menjunjung tinggi dan memuliakan agama Budha Mahayana.
Tahap Pembangunan Borobudur
Tahap kesatu
Masa pembangunan Borobudur tidak diketahui tentu (diperkirakan antara 750 dan 850 M). Pada tadinya dibangun tata susun bertingkat. Sepertinya dirancang sebagai piramida berundak. tetapi lantas diubah. Sebagai bukti terdapat tata susun yang dibongkar.
Tahap kedua
Pondasi Borobudur diperlebar, diperbanyak dengan dua undak persegi dan satu undak lingkaran yang langsung diserahkan stupa induk besar.
Tahap ketiga
Undak atas lingkaran dengan stupa induk besar dirombak dan dihilangkan dan diganti tiga undak lingkaran. Stupa-stupa di bina pada puncak undak-undak ini dengan satu stupa besar di tengahnya.
Tahap keempat
Ada evolusi kecil seperti penciptaan relief evolusi tangga dan lengkung atas pintu.
PENEMUAN KEMBALI
Borobudur yang menjadi keganjilan dunia menjulang tinggi antara dataran rendah di sekelilingnya.
Tidak bakal pernah masuk akal mereka menyaksikan karya seni terbesar yang adalahhasil karya paling mengagumkan dan tidak lebih masuk akal lagi bila disampaikan Candi Borobudur pernah merasakan kerusakan
Memang demikian keadaannya Candi Borobudur terlupakan sekitar tenggang masa-masa yang lumayan lama bahkan hingga berabad – abad bangunan yang begitu megahnya di hadapkan pada proses kehancuran.
Kira – kira melulu 150 tahun Candi Borobudur di pakai sebagai pusat Ziarah, masa-masa yang singkat di bandingkan dengan usianya saat pekerja menghiasi / membina bukit alam Candi Borobudur dengan batu – batu di bawah pemerintahan yang paling terkenal yakni SAMARATUNGGA,
sekitar tahun 800 – an dengan berakhirnya kerajaan Mataram tahu 930 M pusat kehidupan dan kebudayaan jawa bergeser ke timur
Demikian sebab terbengkalai tak terurus maka lama – lama di sana – sini tumbuh macam – macam tumbuhan binal yang lama kelamaan menjadi rimbun dan menutupi bangunannya.
Pada kira – kira abad ke – 10 Candi Borobudur terlantar dan terlupakan.
Baru pada tahun 1814 M berkat usaha Sir Thomas Stamford Rafles Candi Borobudur hadir dari kegelapan masa silam.
Rafles ialah Letnan Gubernur Jendral Inggris, saat Indonesia di kuasai / di jajah Inggris pada tahun 1811 M –1816 M.
Pada tahun 1835 M semua candi dilepaskan dari apa yang menjadi penghalang pemandangan oleh Presiden kedua yang mempunyai nama Hartman,
karena begitu tertariknya terhadap Candi Borobudur sampai-sampai ia mengusahakan pembersihan lebih lanjut,
puing –puing yang masih menutupi candi di singkirkan dan tanah yang menutupi lorong – lorong dari bangunan candi di singkirkan semua sampai-sampai candi lebih baik di bandingkan sebelumnya.
Foto Pertama Candi Borobudur dari tahun 1873, bendera Belanda nampak pada stupa utama candi
PENYELAMATAN 1
Semenjak Candi Borobudur di temukan dimulailah usaha perbaikan dan pemugaran pulang bangunan Candi Borobudur
mula – awal hanya dilaksanakan secara kecil – kecilan serta penciptaan gambar – gambar dan photo – photo reliefnya.
Pemugaran Candi Borobudur yang kesatu kali dilaksanakan pada tahun 1907 M – 1911 M di bawah pimpinan Tuan Van erf dengan maksudnya ialah untuk menghindari kehancuran – kehancuran yang lebih banyak lagi dari bangunan Candi Borobudur
Teras tertinggi sesudah restorasi Van Erp
walaupun tidak sedikit bagian tembok atau dinding – dinding khususnya tingkat tiga dari bawah sebelah Barat Laut, Utara dan Timur Laut yang masih tampak oleng dan paling mengkhawatirkan untuk para pengunjung maupun bangunannya sendiri tetapi pekerjaan Van Erp itu untuk sedangkan Candi Borobudur bisa di selamatkan dari kehancuran yang lebih besar.
Mengenai gapura – gapura hanya sejumlah saja yang sudah di lakukan masa tersebut telah membalikkan kejayaan masa silam,
namun pun perlu di sadari bahwa tahun – tahun yang dilewati borobudur sekitar tersembunyi di semak – semak secara tidak langsung sudah menutupi dan mengayomi dari cuaca buruk yang barangkali dapat merusak bangunan Candi Borobudur,
Van Erp berasumsi miring dan meleseknya dinding – dinding dari bangunan tersebut tidak paling membahayakan bangunan itu,
Pendapat tersebut sampai 50 tahun lantas memang tidak salah bakal tetapi semenjak tahun 1960 M pendapat Tuan Van erf tersebut mulai di ragukan dan di khawatirkan bakal ada kehancuran yang lebih parah
PEMUGARAN CANDI BOROBUDUR
Pemugaran Candi Borobudur di mulai tanggal 10 Agustus 1973
prasati dimulainya kegiatan pemugaran Candi Borobudur terletak di sebelah Barat Laut Menghadap ke timur
karyawan pemugaran tidak tidak cukup dari 600 orang diantaranya terdapat tenaga – tenaga muda alumni SMA dan SIM
bangunan yang memang diserahkan pendidikan terutama mengenai teori dan praktek dalam bidang Chemika Arkeologi ( CA ) dan Teknologi Arkeologi ( TA )
Teknologi Arkeologi bertugas merombak dan memasang batu - batu Candi Borobudur sementara Chemika Arkeologi bertugas mencuci serta membetulkan batu – batu yang telah retak dan pecah,
pekerjaan – pekerjan di atas mempunyai sifat arkeologi seluruh di tangani oleh badan pemugaran Candi Borobudur,
sedangkan kegiatan yang mempunyai sifat teknis laksana penyediaan transportasi pengadaaan bahan – bahan bangunan di tangani oleh kontraktor
( PT NIDYA KARYA dan THE CONTRUCTION AND DEVELOPMENT CORPORATION OF THE FILIPINE ).
Bagian – unsur Candi Borobudur yang di pugar merupakan bagian Rupadhatu yaitu lokasi tingkat dari bawah yang berbentuk bujur sangkar sementara kaki Candi Borobudur serta teras I, II, III dan stupa induk ikut di pugar pemugaran berlalu pada tanggal 23 Februari 1983 M di bawah pimpinan DR Soekmono dengan di tandai suatu batu prasati seberat + 20 Ton.
Prasasti peresmian selesainya pemugaran sedang di halaman barat dengan batu yang paling besar di buatkan dengan dua unsur satu menghadap ke unsur utara satu lagi menghadap ke timur
penulisan dalam prasasti itu di tanda tangani langsung oleh tenaga yang berpengalaman dan terampil dari Yogyakarta yang bekerja pada proyek pemugaran Candi Borobudur.
Ikhtisar Waktu Proses Pemugaran Candi borobudur
1814 - Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jenderal Britania Raya di Jawa, mendengar adanya penemuan benda purbakala di desa Borobudur.
Raffles menyuruh H.C. Cornelius guna menyelidiki tempat penemuan, berupa bukit yang diisi semak belukar.
1873 - monografi kesatu mengenai candi diterbitkan.
1900 - pemerintahan Hindia Belanda memutuskan sebuah panitia pemugaran dan perawatan candi Borobudur.
1907 - Theodoor van Erp memimpin pemugaran sampai tahun 1911.
1926 - Borobudur dipugar kembali, namun terhenti pada tahun 1940 dampak krisis malaise dan Perang Dunia II.
1956 - Pemerintah Indonesia meminta pertolongan UNESCO.
Prof. Dr. C. Coremans datang ke Indonesia dari Belgia untuk menganalisis sebab-sebab kehancuran Borobudur.
1963 - Pemerintah Indonesia menerbitkan surat keputusan guna memugar Borobudur, namun berantakan sesudah terjadi peristiwa G-30-S.
1968 - Pada konferensi-15 di Perancis, UNESCO setuju guna memberi pertolongan untuk mengamankan Borobudur.
1971 - Pemerintah Indonesia menyusun badan pemugaran Borobudur yang diketuai Prof.Ir.Roosseno.
1972 - International Consultative Committee disusun dengan melibatkan sekian banyak negara dan Roosseno sebagai ketuanya.
Komite yang disponsori UNESCO meluangkan 5 juta dolar Amerika Serikat dari ongkos pemugaran 7.750 juta dolar Amerika Serikat.
Sisanya ditanggung Indonesia.
10 Agustus 1973 - Presiden Soeharto meresmikan dimulainya pemugaran Borobudur; pemugaran berlalu pada tahun 1984
21 Januari 1985 - terjadi serangan bom yang merusakkan sejumlah stupa pada Candi Borobudur yang lantas segera dibetulkan kembali.
Serangan dilaksanakan oleh kumpulan Islam ekstremis yang dipimpin oleh Husein Ali Al Habsyi.
1991 - Borobudur diputuskan sebagai Warisan Dunia UNESCO.
BAtu Peringatan Pemugaran candi Borobudur dengan pertolongan UNESCO
ASAL USUL NAMA BOROBUDUR
Banyak teori yang berjuang menjelaskan nama candi ini.
Salah satunya mengaku bahwa nama ini bisa jadi berasal dari kata Sambharabhudhara, yaitu dengan kata lain "gunung" (bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras.
Selain tersebut terdapat sejumlah etimologi rakyat lainnya.
Misalkan kata borobudur berasal dari perkataan "para Buddha" yang sebab pergeseran bunyi menjadi borobudur.
Penjelasan lain merupakan bahwa nama ini berasal dari dua kata "bara" dan "beduhur".
Kata bara konon berasal dari kata vihara, sedangkan ada pula keterangan lain di mana bara berasal dari bahasa Sansekerta yang dengan kata lain kompleks candi atau biara dan beduhur dengan kata lain ialah "tinggi", atau mengingatkan dalam bahasa Bali yang berarti "di atas".
Jadi maksudnya merupakan sebuah biara atau asrama yang sedang di tanah tinggi.
Sejarawan J.G. de Casparis dalam disertasinya guna mendapatkan gelar doktor pada 1950 berasumsi bahwa Borobudur ialah tempat pemujaan.
Berdasarkan prasasti Karangtengah dan Kahulunan, Casparis memperkirakan pendiri Borobudur ialah raja Mataram dari wangsa Syailendra mempunyai nama Samaratungga, yang mengerjakan pembangunan selama tahun 824 M.
Bangunan raksasa tersebut baru dapat ditamatkan pada masa putrinya, Ratu Pramudawardhani.
Pembangunan Borobudur diduga memakan waktu separuh abad.
Dalam prasasti Karangtengah pula dilafalkan mengenai penganugerahan tanah sima (tanah bebas pajak) oleh Çrī Kahulunan (Pramudawardhani) untuk merawat Kamūlān yang dinamakan Bhūmisambhāra.
Istilah Kamūlān sendiri berasal dari kata awal yang berarti lokasi asal muasal, bangunan suci untuk menghormati leluhur,
kemungkinan leluhur dari wangsa Sailendra.
Casparis memperkirakan bahwa Bhūmi Sambhāra Bhudhāra dalam bahasa sansekerta yang berarti "Bukit himpunan kebaikan sepuluh tingkatan boddhisattwa", ialah nama pribumi Borobudur.
BANGUNAN CANDI BOROBUDUR
URAIAN BANGUNAN CANDI BOROBUDUR
Candi Borobudur di bangun mengunakan batu Adhesit sejumlah 55.000 M3
bangunan Candi Borobudur berbentuk limas yang berundak – undak dengan tangga naik pada ke – 4 sisinya ( Utara, selatan, Timur Dan Barat )
pada Candi Borobudur tidak terdapat ruangan di mana orang tak dapat masuk melainkan dapat naik ke atas saja.
Lebar bangunan Candi Borobudur 123 M
Panjang bangunan Candi Borobudur 123 M
Pada sudut yang membelok 113 M
Dan tinggi bangunan Candi Borobudur 30.5 M
Pada kaki yang pribumi di di blokir oleh batu Adhesit sejumlah 12.750 M3 sebagai selasar undaknya.
Candi Borobudur mempunyai struktur dasar punden berundak, dengan enam pelataran berbentuk bujur sangkar, tiga pelataran berbentuk bundar melingkar dan suatu stupa utama sebagai puncaknya.
Selain tersebut tersebar di seluruh pelatarannya sejumlah stupa.
Sepuluh pelataran yang dipunyai Borobudur mencerminkan secara jelas filsafat mazhab Mahayana.
Bagaikan suatu kitab, Borobudur mencerminkan sepuluh tingkatan Bodhisattva yang mesti dilewati untuk menjangkau kesempurnaan menjadi Buddha.
Bagian kaki Borobudur menggambarkan Kamadhatu, yakni dunia yang masih dikuasai oleh kama atau "nafsu rendah".
Bagian ini mayoritas tertutup oleh tumpukan batu yang diduga diciptakan untuk memperkuat konstruksi candi.
Pada unsur yang tertutup struktur ekstra ini ada 120 panel kisah Kammawibhangga.
Sebagian kecil struktur tambahan tersebut disisihkan sampai-sampai orang masih dapat menyaksikan relief pada unsur ini.
Empat lantai dengan dinding berelief di atasnya oleh para berpengalaman dinamakan Rupadhatu.
Lantainya berbentuk persegi.
Rupadhatu ialah dunia yang telah dapat melepaskan diri dari nafsu, namun masih terbelenggu oleh rupa dan bentuk.
Tingkatan ini menggambarkan alam antara yakni, antara alam bawah dan alam atas.
Pada unsur Rupadhatu ini patung-patung Buddha ada pada ceruk-ceruk dinding di atas ballustrade atau selasar.
Mulai lantai kelima sampai ketujuh dindingnya tidak berelief.
Tingkatan ini disebut Arupadhatu (yang berarti tidak berupa atau tidak berwujud).
Denah lantai berbentuk lingkaran.
Tingkatan ini menggambarkan alam atas, di mana insan sudah bebas dari segala kemauan dan ikatan format dan rupa, tetapi belum menjangkau nirwana.
Patung-patung Buddha ditempatkan di dalam stupa yang diblokir berlubang-lubang laksana dalam kurungan.
Dari luar patung-patung tersebut masih terlihat samar-samar.
Tingkatan tertinggi yang mencerminkan ketiadaan wujud dicerminkan berupa stupa yang terbesar dan tertinggi.
Stupa dicerminkan polos tanpa lubang-lubang.
Di dalam stupa terbesar ini pernah ditemukan patung Buddha yang tidak sempurna atau disebut pun unfinished Buddha, yang disalahsangkakan sebagai patung Adibuddha, padahal melewati penelitian lebih lanjut tidak pernah terdapat patung pada stupa utama, patung yang tidak selesai tersebut merupakan kekeliruan pemahatnya pada zaman dahulu.
menurut keyakinan patung yang salah dalam proses pembuatannya memang jangan dirusak.
Penggalian arkeologi yang dilaksanakan di halaman candi ini menemukan tidak sedikit patung laksana ini.
Di masa lalu, sejumlah patung Buddha bareng dengan 30 batu dengan relief, dua patung singa, sejumlah batu berbentuk kala, tangga dan gerbang diantarkan kepada Raja Thailand, Chulalongkorn yang mendatangi Hindia Belanda (kini Indonesia) pada tahun 1896 sebagai hadiah dari pemerintah Hindia Belanda saat itu.
Borobudur tidak mempunyai ruang-ruang pemujaan laksana candi-candi lain.
Yang ada merupakan lorong-lorong panjang yang adalahjalan sempit.
Lorong-lorong diberi batas dinding mengelilingi candi tingkat demi tingkat.
Di lorong-lorong berikut umat Buddha diduga melakukan upacara berlangsung kaki mengelilingi candi ke arah kanan.
Bentuk bangunan tanpa ruangan dan struktur bertingkat-tingkat ini diperkirakan adalahperkembangan dari format punden berundak, yang merupakan format arsitektur pribumi dari masa prasejarah Indonesia.
Struktur Borobudur bila disaksikan dari atas menyusun struktur Mandala.
Struktur Borobudur tidak menggunakan semen sama sekali, tetapi sistem interlock yaitu laksana balok-balok Lego yang dapat menempel tanpa lem.
PATUNG
Di dalam bangunan Budha ada patung – patung Budha berjumlah 504 buah diantaranya sebagai berikut:
Patung Budha yang ada pada relung – relung : 432 Buah
Sedangkan pada teras – teras I, II, III berjumlah : 72 Buah
Jumlah : 504 Buah
Agar lebih jelas rangkaian – rangkaian patung Budha pada Budha sebagai berikut:
1. Langkah I Teradapat : 104 Patung Budha
2. Langkah II Terdapat : 104 Patung Budha
3. Langkah III Terdapat : 88 Patung Budha
4. Langkah IV Terdapat : 22 Patung Budha
5. Langkah V Terdapat : 64 Patung Budha
6. Teras Bundar I Terdapat : 32 Patung Budha
7. Teras Bundar II Terdapat : 24 Patung Budha
8. Teras Bundar III Terdapat : 16 Patung Budha
Jumlah : 504 Patung Budha
Sekilas patung Budha tersebut tampak serupa semuanya tetapi sesunguhnya ada pun perbedaannya perbedaan yang paling jelas dan pun yang memisahkan satu sama lainya ialah dalam sikap tangannya yang di sebut Mudra dan merupakan karakteristik untuk masing-masing patung
sikap tangan patung Budha di Candi Borobudur terdapat 6 macam melulu saja sebab macam oleh sebab macam mudra yang di miliki menghadap seluruh arah (Timur Selatan Barat dan Utara) pada unsur rupadhatu tahapan V maupun pada unsur arupadhatu pada umumnya mencerminkan maksud yang sama maka jumlah mudra yang pokok terdapat 5
kelima mudra itu ialah Bhumispara – Mudra Wara – Mudra, Dhayana – Mudra, Abhaya – Mudra, Dharma Cakra – Mudra.
PATUNG SINGA
Pada Candi Borobudur di samping patung Budha pun ada patung singa jumlah patung singa seharusnya tidak tidak cukup dari 32 buah akan namun bila di hitung kini jumlahnya berkurang karena sekian banyak sebab satu satunya patung singa besar berada pada halaman sisi Barat yang pun menghadap ke barat seolah – olah sedang mengawal bangunan Candi Borobudur yang megah dan anggun.
STUPA
- Stupa Induk
Berukuran lebih banyak dari stupa – stupa lainya dan terletak di tengah – tengah sangat atas yang adalahmhkota dari semua monumen bangunan Candi Borobudur,
garis tengah Stupa induk + 9.90 M puncak yang tertinggi di sebut pinakel / Yasti Cikkara, terletak di atas Padmaganda dan pun trletak di garis Harmika.
- Stupa Berlubang / Terawang
Yang dimaksud stupa berlubang atau terawang merupakan Stupa yang ada pada teras I, II, III di mana di dalamnya ada patung Budha.
Di Candi Borobudur jumlah stupa berlubang seluruhnya 72 Buah, stupa – stupa itu berada pada tingkat Arupadhatu
Teras I ada 32 Stupa
Teras II ada 24 Stupa
Teras III ada 16 Stupa
Jumlah 72 Stupa
- Stupa kecil
Stupa kecil berbentuk nyaris sama dengan stupa yang lainya melulu saja perbedaannya yang menojol ialah ukurannya yang lebih kecil dari stupa yang lainya, seolah – olah menjadi dekorasi bangunan Candi Borobudur keberadaanstupa ini menduduki relung – relung pada tahapan ke II saampai tahapan ke V sementara pada tahapan I berupa Keben dan beberapa berupa Stupa kecil jumlah stupa kecil terdapat 1472 Buah.
RELIEF
Di masing-masing tingkatan dipahat relief-relief pada dinding candi.
Relief-relief ini dibaca cocok arah jarum jam atau dinamakan mapradaksina dalam bahasa Jawa Kuna yang berasal dari bahasa Sansekerta daksina yang dengan kata lain ialah timur.
Relief-relief ini bermacam-macam isi ceritanya, antara beda relief-relief kisah jātaka.
Pembacaan cerita-cerita relief ini senantiasa dimulai, dan selesai pada pintu gerbang sisi unsur timur di masing-masing tingkatnya, mulainya di sebelah kiri dan selesai di sebelah kanan pintu gerbang itu.
Maka secara nyata bahwa sebelah timur ialah tangga naik yang bahwasannya (utama) dan mengarah ke puncak candi, dengan kata lain bahwa candi menghadap ke unsur timur meskipun sisi-sisi lainnya serupa benar.
Secara runtutan, maka kisah pada relief candi secara singkat bermakna inilah ini :
KARMAWIBHANGGA
Sesuai dengan arti simbolis pada kaki candi,
relief yang menghiasi dinding batur yang terselubung tersebut mencerminkan hukum karma.
Deretan relief itu bukan merupakan kisah seri (serial),
tetapi pada masing-masing pigura mencerminkan suatu kisah yang memiliki korelasi karena akibat.
Relief itu tidak saja memberi cerminan terhadap tindakan tercela insan disertai dengan hukuman yang bakal diperolehnya,
tetapi pun perbuatan baik insan dan pahala.
Secara borongan adalahpenggambaran kehidupan insan dalam lingkaran bermunculan - hidup - mati (samsara) yang tidak pernah berakhir, dan oleh agama Buddha rantai tersebutlah yang akan diselesaikan untuk mengarah ke kesempurnaan
LALITAWISTARA
Merupakan penggambaran riwayat Sang Buddha dalam barisan relief-relief (tetapi bukan adalahriwayat yang menyeluruh )
yang dibuka dari turunnya Sang Buddha dari sorga Tusita, dan selesai dengan wejangan kesatu di Taman Rusa dekat kota Banaras.
Relief ini berjajar dari tangga pada sisi sebelah selatan, sesudah melampui barisan relief sejumlah 27 pigura yang dibuka dari tangga sisi timur.
Ke-27 pigura tersebut mencerminkan kesibukan, baik di sorga maupun di dunia, sebagai persiapan guna menyambut hadirnya penjelmaan terakhir Sang Bodhisattwa selaku calon Buddha.
Relief tersebut mencerminkan lahirnya Sang Buddha di arcapada ini sebagai Pangeran Siddhartha, putra Raja Suddhodana dan Permaisuri Maya dari Negeri Kapilawastu.
Relief itu berjumlah 120 pigura, yang selesai dengan wejangan kesatu, yang secara simbolis ditetapkan sebagai Pemutaran Roda Dharma, doktrin Sang Buddha di sebut dharma yang pun berarti "hukum", sementara dharma dicerminkan sebagai roda.
JATAKA DAN AWADANA
Jataka ialah cerita mengenai Sang Buddha sebelum dicetuskan sebagai Pangeran Siddharta.
Isinya adalahpokok penonjolan tindakan baik, yang memisahkan Sang Bodhisattwa dari makhluk beda manapun juga.
Sesungguhnya, pendataan jasa/perbuatan baik adalahtahapan persiapan dalam usaha mengarah ke ketingkat ke-Buddha-an.
Sedangkan Awadana, pada dasarnya nyaris sama dengan Jataka akan namun pelakunya bukan Sang Bodhisattwa, tetapi orang beda dan ceritanya dihimpun dalam buku Diwyawadana yang berarti tindakan mulia kedewaan, dan buku Awadanasataka atau seratus kisah Awadana.
Pada relief candi Borobudur jataka dan awadana, diperlakukan sama, dengan kata lain keduanya ada dalam barisan yang sama tanpa dibedakan.
Himpunan yang sangat terkenal dari kehidupan Sang Bodhisattwa ialah Jatakamala atau untaian kisah Jataka, karya penyair Aryasura dan jang hidup dalam abad ke-4 Masehi.
GANDAWYUHA
Merupakan barisan relief menghiasi dinding lorong ke-2,adalah kisah Sudhana yang berkelana tanpa mengenal lelah dalam usahanya menggali Pengetahuan Tertinggi mengenai Kebenaran Sejati oleh Sudhana.
Penggambarannya dalam 460 pigura didasarkan pada buku suci Buddha Mahayana yang berjudul Gandawyuha, dan guna bagian penutupnya menurut kisah kitab lainnya yakni Bhadracari.
ARCA BUDDHA
Di samping wujud buddha dalam kosmologi buddhis yang terukir di dinding, di Borobudur terdapat tidak sedikit arca buddha duduk bersila dalam posisi lotus serta memperlihatkan mudra atau sikap tangan simbolis tertentu.
Patung buddha dalam relung-relung di tingkat Rupadhatu, ditata menurut deretan di sisi luar pagar langkan.
Jumlahnya semakin berkurang pada sisi atasnya.
Barisan pagar langkan kesatu terdiri dari 104 relung, baris kedua 104 relung, baris ketiga 88 relung , baris keempat 72 relung, dan baris kelima 64 relung.
Jumlah total ada 432 arca Buddha di tingkat Rupadhatu.
Pada unsur Arupadhatu (tiga pelataran melingkar), arca Buddha ditaruh di dalam stupa-stupa berterawang (berlubang).
Pada pelataran melingkar kesatu ada 32 stupa, pelataran kedua 24 stupa, dan pelataran ketiga ada 16 stupa, semuanya total 72 stupa.
Dari jumlah asli sejumlah 504 arca Buddha, lebih dari 300 telah bobrok (kebanyakan tanpa kepala) dan 43 hilang (sejak penemuan monumen ini, kepala buddha sering dicopet sebagai barang koleksi, banyak sekali oleh museum luar negeri).
Secara sepintas seluruh arca buddha ini tampak serupa, akan namun ada perbedaan halus diantaranya, yakni pada mudra atau posisi sikap tangan.
Terdapat lima kelompok mudra: Utara, Timur, Selatan, Barat, dan Tengah, kesemuanya menurut lima arah utama kompas menurut doktrin Mahayana.
Keempat pagar langkan mempunyai empat mudra: Utara, Timur, Selatan, dan Barat,
dimana setiap arca buddha yang menghadap arah tersebut memperlihatkan mudra yang khas.
Arca Buddha pada pagar langkan kelima dan arca buddha di dalam 72 stupa berterawang di pelataran atas memperlihatkan mudra: Tengah atau Pusat.
Masing-masing mudra menggambarkan lima Dhyani Buddha;
masing-masing dengan arti simbolisnya tersendiri
Borobudur ialah nama suatu candi Buddha yang terletak di Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang
yang letaknya sebelah unsur selatan + 15 km sebelah unsur selatan kota Magelang dataran kedu yang berbukit nyaris seluruhnya di kelilingi pegunungan, pegunungan yang mengelilingi Candi Borobudur di antaranya di sebelah unsur timur ada Gunung Merbabu dan Gunung Merapi Barat, Laut Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro.
Dalam etnis Tionghoa, candi ini disebut pun 婆羅浮屠 (Hanyu Pinyin: pó luó fú tú) dalam bahasa Mandarin.
ASAL USUL SEJARAH SINGKAT CANDI BOROBUDUR
WAKTU DIDIRIKAN
Banyak kitab – kitab sejarah yang menyebutkan mengenai Candi Borobudur akan namun kapan Candi Borobudur tersebut di dirikan tidaklah bisa di ketahui secara pasti
namun suatu estimasi dapat di peroleh dengan artikel singkat yang di pahatkan di atas pigura relief kaki pribumi Candi Borobudur ( Karwa Wibhangga )
menunjukan huruf sejenis dengan yang di dapatkan dari prasati di akhir abad ke – 8 sampai mula abad ke – 9
dari bukti – bukti itu dapat di tarik benang merah bahwa Candi Borobudur di dirikan selama tahun 800 M.
Kesimpulan itu di atas tersebut ternyata cocok benar dengan dengan kerangka sejarah Indonesia pada lazimnya dan pun sejarah yang berada di wilayah jawa tengah pada khususnya
periode antara abad ke – 8 dan pertengahan abad ke – 9 di familiar dengan abad Emas Wangsa Syailendra
kejayaan ini di tandai di bangunnya sebanyak besar candi yang di lereng – lereng gunung banyak sekali berdiri khas bangunan hindu sementara yang bertebaran di dataran – dataran ialah khas bangunan Budha namun ada pun sebagian khas Hindu
Dengan demikian bisa di tarik benang merah bahwa Candi Borobudur di bangun oleh wangsa Syailendra yang familiar dalam sejarah sebab karena usaha guna menjunjung tinggi dan memuliakan agama Budha Mahayana.
Tahap Pembangunan Borobudur
Tahap kesatu
Masa pembangunan Borobudur tidak diketahui tentu (diperkirakan antara 750 dan 850 M). Pada tadinya dibangun tata susun bertingkat. Sepertinya dirancang sebagai piramida berundak. tetapi lantas diubah. Sebagai bukti terdapat tata susun yang dibongkar.
Tahap kedua
Pondasi Borobudur diperlebar, diperbanyak dengan dua undak persegi dan satu undak lingkaran yang langsung diserahkan stupa induk besar.
Tahap ketiga
Undak atas lingkaran dengan stupa induk besar dirombak dan dihilangkan dan diganti tiga undak lingkaran. Stupa-stupa di bina pada puncak undak-undak ini dengan satu stupa besar di tengahnya.
Tahap keempat
Ada evolusi kecil seperti penciptaan relief evolusi tangga dan lengkung atas pintu.
PENEMUAN KEMBALI
Borobudur yang menjadi keganjilan dunia menjulang tinggi antara dataran rendah di sekelilingnya.
Tidak bakal pernah masuk akal mereka menyaksikan karya seni terbesar yang adalahhasil karya paling mengagumkan dan tidak lebih masuk akal lagi bila disampaikan Candi Borobudur pernah merasakan kerusakan
Memang demikian keadaannya Candi Borobudur terlupakan sekitar tenggang masa-masa yang lumayan lama bahkan hingga berabad – abad bangunan yang begitu megahnya di hadapkan pada proses kehancuran.
Kira – kira melulu 150 tahun Candi Borobudur di pakai sebagai pusat Ziarah, masa-masa yang singkat di bandingkan dengan usianya saat pekerja menghiasi / membina bukit alam Candi Borobudur dengan batu – batu di bawah pemerintahan yang paling terkenal yakni SAMARATUNGGA,
sekitar tahun 800 – an dengan berakhirnya kerajaan Mataram tahu 930 M pusat kehidupan dan kebudayaan jawa bergeser ke timur
Demikian sebab terbengkalai tak terurus maka lama – lama di sana – sini tumbuh macam – macam tumbuhan binal yang lama kelamaan menjadi rimbun dan menutupi bangunannya.
Pada kira – kira abad ke – 10 Candi Borobudur terlantar dan terlupakan.
Baru pada tahun 1814 M berkat usaha Sir Thomas Stamford Rafles Candi Borobudur hadir dari kegelapan masa silam.
Rafles ialah Letnan Gubernur Jendral Inggris, saat Indonesia di kuasai / di jajah Inggris pada tahun 1811 M –1816 M.
Pada tahun 1835 M semua candi dilepaskan dari apa yang menjadi penghalang pemandangan oleh Presiden kedua yang mempunyai nama Hartman,
karena begitu tertariknya terhadap Candi Borobudur sampai-sampai ia mengusahakan pembersihan lebih lanjut,
puing –puing yang masih menutupi candi di singkirkan dan tanah yang menutupi lorong – lorong dari bangunan candi di singkirkan semua sampai-sampai candi lebih baik di bandingkan sebelumnya.
Foto Pertama Candi Borobudur dari tahun 1873, bendera Belanda nampak pada stupa utama candi
PENYELAMATAN 1
Semenjak Candi Borobudur di temukan dimulailah usaha perbaikan dan pemugaran pulang bangunan Candi Borobudur
mula – awal hanya dilaksanakan secara kecil – kecilan serta penciptaan gambar – gambar dan photo – photo reliefnya.
Pemugaran Candi Borobudur yang kesatu kali dilaksanakan pada tahun 1907 M – 1911 M di bawah pimpinan Tuan Van erf dengan maksudnya ialah untuk menghindari kehancuran – kehancuran yang lebih banyak lagi dari bangunan Candi Borobudur
Teras tertinggi sesudah restorasi Van Erp
walaupun tidak sedikit bagian tembok atau dinding – dinding khususnya tingkat tiga dari bawah sebelah Barat Laut, Utara dan Timur Laut yang masih tampak oleng dan paling mengkhawatirkan untuk para pengunjung maupun bangunannya sendiri tetapi pekerjaan Van Erp itu untuk sedangkan Candi Borobudur bisa di selamatkan dari kehancuran yang lebih besar.
Mengenai gapura – gapura hanya sejumlah saja yang sudah di lakukan masa tersebut telah membalikkan kejayaan masa silam,
namun pun perlu di sadari bahwa tahun – tahun yang dilewati borobudur sekitar tersembunyi di semak – semak secara tidak langsung sudah menutupi dan mengayomi dari cuaca buruk yang barangkali dapat merusak bangunan Candi Borobudur,
Van Erp berasumsi miring dan meleseknya dinding – dinding dari bangunan tersebut tidak paling membahayakan bangunan itu,
Pendapat tersebut sampai 50 tahun lantas memang tidak salah bakal tetapi semenjak tahun 1960 M pendapat Tuan Van erf tersebut mulai di ragukan dan di khawatirkan bakal ada kehancuran yang lebih parah
PEMUGARAN CANDI BOROBUDUR
Pemugaran Candi Borobudur di mulai tanggal 10 Agustus 1973
prasati dimulainya kegiatan pemugaran Candi Borobudur terletak di sebelah Barat Laut Menghadap ke timur
karyawan pemugaran tidak tidak cukup dari 600 orang diantaranya terdapat tenaga – tenaga muda alumni SMA dan SIM
bangunan yang memang diserahkan pendidikan terutama mengenai teori dan praktek dalam bidang Chemika Arkeologi ( CA ) dan Teknologi Arkeologi ( TA )
Teknologi Arkeologi bertugas merombak dan memasang batu - batu Candi Borobudur sementara Chemika Arkeologi bertugas mencuci serta membetulkan batu – batu yang telah retak dan pecah,
pekerjaan – pekerjan di atas mempunyai sifat arkeologi seluruh di tangani oleh badan pemugaran Candi Borobudur,
sedangkan kegiatan yang mempunyai sifat teknis laksana penyediaan transportasi pengadaaan bahan – bahan bangunan di tangani oleh kontraktor
( PT NIDYA KARYA dan THE CONTRUCTION AND DEVELOPMENT CORPORATION OF THE FILIPINE ).
Bagian – unsur Candi Borobudur yang di pugar merupakan bagian Rupadhatu yaitu lokasi tingkat dari bawah yang berbentuk bujur sangkar sementara kaki Candi Borobudur serta teras I, II, III dan stupa induk ikut di pugar pemugaran berlalu pada tanggal 23 Februari 1983 M di bawah pimpinan DR Soekmono dengan di tandai suatu batu prasati seberat + 20 Ton.
Prasasti peresmian selesainya pemugaran sedang di halaman barat dengan batu yang paling besar di buatkan dengan dua unsur satu menghadap ke unsur utara satu lagi menghadap ke timur
penulisan dalam prasasti itu di tanda tangani langsung oleh tenaga yang berpengalaman dan terampil dari Yogyakarta yang bekerja pada proyek pemugaran Candi Borobudur.
Ikhtisar Waktu Proses Pemugaran Candi borobudur
1814 - Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jenderal Britania Raya di Jawa, mendengar adanya penemuan benda purbakala di desa Borobudur.
Raffles menyuruh H.C. Cornelius guna menyelidiki tempat penemuan, berupa bukit yang diisi semak belukar.
1873 - monografi kesatu mengenai candi diterbitkan.
1900 - pemerintahan Hindia Belanda memutuskan sebuah panitia pemugaran dan perawatan candi Borobudur.
1907 - Theodoor van Erp memimpin pemugaran sampai tahun 1911.
1926 - Borobudur dipugar kembali, namun terhenti pada tahun 1940 dampak krisis malaise dan Perang Dunia II.
1956 - Pemerintah Indonesia meminta pertolongan UNESCO.
Prof. Dr. C. Coremans datang ke Indonesia dari Belgia untuk menganalisis sebab-sebab kehancuran Borobudur.
1963 - Pemerintah Indonesia menerbitkan surat keputusan guna memugar Borobudur, namun berantakan sesudah terjadi peristiwa G-30-S.
1968 - Pada konferensi-15 di Perancis, UNESCO setuju guna memberi pertolongan untuk mengamankan Borobudur.
1971 - Pemerintah Indonesia menyusun badan pemugaran Borobudur yang diketuai Prof.Ir.Roosseno.
1972 - International Consultative Committee disusun dengan melibatkan sekian banyak negara dan Roosseno sebagai ketuanya.
Komite yang disponsori UNESCO meluangkan 5 juta dolar Amerika Serikat dari ongkos pemugaran 7.750 juta dolar Amerika Serikat.
Sisanya ditanggung Indonesia.
10 Agustus 1973 - Presiden Soeharto meresmikan dimulainya pemugaran Borobudur; pemugaran berlalu pada tahun 1984
21 Januari 1985 - terjadi serangan bom yang merusakkan sejumlah stupa pada Candi Borobudur yang lantas segera dibetulkan kembali.
Serangan dilaksanakan oleh kumpulan Islam ekstremis yang dipimpin oleh Husein Ali Al Habsyi.
1991 - Borobudur diputuskan sebagai Warisan Dunia UNESCO.
BAtu Peringatan Pemugaran candi Borobudur dengan pertolongan UNESCO
ASAL USUL NAMA BOROBUDUR
Banyak teori yang berjuang menjelaskan nama candi ini.
Salah satunya mengaku bahwa nama ini bisa jadi berasal dari kata Sambharabhudhara, yaitu dengan kata lain "gunung" (bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras.
Selain tersebut terdapat sejumlah etimologi rakyat lainnya.
Misalkan kata borobudur berasal dari perkataan "para Buddha" yang sebab pergeseran bunyi menjadi borobudur.
Penjelasan lain merupakan bahwa nama ini berasal dari dua kata "bara" dan "beduhur".
Kata bara konon berasal dari kata vihara, sedangkan ada pula keterangan lain di mana bara berasal dari bahasa Sansekerta yang dengan kata lain kompleks candi atau biara dan beduhur dengan kata lain ialah "tinggi", atau mengingatkan dalam bahasa Bali yang berarti "di atas".
Jadi maksudnya merupakan sebuah biara atau asrama yang sedang di tanah tinggi.
Sejarawan J.G. de Casparis dalam disertasinya guna mendapatkan gelar doktor pada 1950 berasumsi bahwa Borobudur ialah tempat pemujaan.
Berdasarkan prasasti Karangtengah dan Kahulunan, Casparis memperkirakan pendiri Borobudur ialah raja Mataram dari wangsa Syailendra mempunyai nama Samaratungga, yang mengerjakan pembangunan selama tahun 824 M.
Bangunan raksasa tersebut baru dapat ditamatkan pada masa putrinya, Ratu Pramudawardhani.
Pembangunan Borobudur diduga memakan waktu separuh abad.
Dalam prasasti Karangtengah pula dilafalkan mengenai penganugerahan tanah sima (tanah bebas pajak) oleh Çrī Kahulunan (Pramudawardhani) untuk merawat Kamūlān yang dinamakan Bhūmisambhāra.
Istilah Kamūlān sendiri berasal dari kata awal yang berarti lokasi asal muasal, bangunan suci untuk menghormati leluhur,
kemungkinan leluhur dari wangsa Sailendra.
Casparis memperkirakan bahwa Bhūmi Sambhāra Bhudhāra dalam bahasa sansekerta yang berarti "Bukit himpunan kebaikan sepuluh tingkatan boddhisattwa", ialah nama pribumi Borobudur.
BANGUNAN CANDI BOROBUDUR
URAIAN BANGUNAN CANDI BOROBUDUR
Candi Borobudur di bangun mengunakan batu Adhesit sejumlah 55.000 M3
bangunan Candi Borobudur berbentuk limas yang berundak – undak dengan tangga naik pada ke – 4 sisinya ( Utara, selatan, Timur Dan Barat )
pada Candi Borobudur tidak terdapat ruangan di mana orang tak dapat masuk melainkan dapat naik ke atas saja.
Lebar bangunan Candi Borobudur 123 M
Panjang bangunan Candi Borobudur 123 M
Pada sudut yang membelok 113 M
Dan tinggi bangunan Candi Borobudur 30.5 M
Pada kaki yang pribumi di di blokir oleh batu Adhesit sejumlah 12.750 M3 sebagai selasar undaknya.
Candi Borobudur mempunyai struktur dasar punden berundak, dengan enam pelataran berbentuk bujur sangkar, tiga pelataran berbentuk bundar melingkar dan suatu stupa utama sebagai puncaknya.
Selain tersebut tersebar di seluruh pelatarannya sejumlah stupa.
Sepuluh pelataran yang dipunyai Borobudur mencerminkan secara jelas filsafat mazhab Mahayana.
Bagaikan suatu kitab, Borobudur mencerminkan sepuluh tingkatan Bodhisattva yang mesti dilewati untuk menjangkau kesempurnaan menjadi Buddha.
Bagian kaki Borobudur menggambarkan Kamadhatu, yakni dunia yang masih dikuasai oleh kama atau "nafsu rendah".
Bagian ini mayoritas tertutup oleh tumpukan batu yang diduga diciptakan untuk memperkuat konstruksi candi.
Pada unsur yang tertutup struktur ekstra ini ada 120 panel kisah Kammawibhangga.
Sebagian kecil struktur tambahan tersebut disisihkan sampai-sampai orang masih dapat menyaksikan relief pada unsur ini.
Empat lantai dengan dinding berelief di atasnya oleh para berpengalaman dinamakan Rupadhatu.
Lantainya berbentuk persegi.
Rupadhatu ialah dunia yang telah dapat melepaskan diri dari nafsu, namun masih terbelenggu oleh rupa dan bentuk.
Tingkatan ini menggambarkan alam antara yakni, antara alam bawah dan alam atas.
Pada unsur Rupadhatu ini patung-patung Buddha ada pada ceruk-ceruk dinding di atas ballustrade atau selasar.
Mulai lantai kelima sampai ketujuh dindingnya tidak berelief.
Tingkatan ini disebut Arupadhatu (yang berarti tidak berupa atau tidak berwujud).
Denah lantai berbentuk lingkaran.
Tingkatan ini menggambarkan alam atas, di mana insan sudah bebas dari segala kemauan dan ikatan format dan rupa, tetapi belum menjangkau nirwana.
Patung-patung Buddha ditempatkan di dalam stupa yang diblokir berlubang-lubang laksana dalam kurungan.
Dari luar patung-patung tersebut masih terlihat samar-samar.
Tingkatan tertinggi yang mencerminkan ketiadaan wujud dicerminkan berupa stupa yang terbesar dan tertinggi.
Stupa dicerminkan polos tanpa lubang-lubang.
Di dalam stupa terbesar ini pernah ditemukan patung Buddha yang tidak sempurna atau disebut pun unfinished Buddha, yang disalahsangkakan sebagai patung Adibuddha, padahal melewati penelitian lebih lanjut tidak pernah terdapat patung pada stupa utama, patung yang tidak selesai tersebut merupakan kekeliruan pemahatnya pada zaman dahulu.
menurut keyakinan patung yang salah dalam proses pembuatannya memang jangan dirusak.
Penggalian arkeologi yang dilaksanakan di halaman candi ini menemukan tidak sedikit patung laksana ini.
Di masa lalu, sejumlah patung Buddha bareng dengan 30 batu dengan relief, dua patung singa, sejumlah batu berbentuk kala, tangga dan gerbang diantarkan kepada Raja Thailand, Chulalongkorn yang mendatangi Hindia Belanda (kini Indonesia) pada tahun 1896 sebagai hadiah dari pemerintah Hindia Belanda saat itu.
Borobudur tidak mempunyai ruang-ruang pemujaan laksana candi-candi lain.
Yang ada merupakan lorong-lorong panjang yang adalahjalan sempit.
Lorong-lorong diberi batas dinding mengelilingi candi tingkat demi tingkat.
Di lorong-lorong berikut umat Buddha diduga melakukan upacara berlangsung kaki mengelilingi candi ke arah kanan.
Bentuk bangunan tanpa ruangan dan struktur bertingkat-tingkat ini diperkirakan adalahperkembangan dari format punden berundak, yang merupakan format arsitektur pribumi dari masa prasejarah Indonesia.
Struktur Borobudur bila disaksikan dari atas menyusun struktur Mandala.
Struktur Borobudur tidak menggunakan semen sama sekali, tetapi sistem interlock yaitu laksana balok-balok Lego yang dapat menempel tanpa lem.
PATUNG
Di dalam bangunan Budha ada patung – patung Budha berjumlah 504 buah diantaranya sebagai berikut:
Patung Budha yang ada pada relung – relung : 432 Buah
Sedangkan pada teras – teras I, II, III berjumlah : 72 Buah
Jumlah : 504 Buah
Agar lebih jelas rangkaian – rangkaian patung Budha pada Budha sebagai berikut:
1. Langkah I Teradapat : 104 Patung Budha
2. Langkah II Terdapat : 104 Patung Budha
3. Langkah III Terdapat : 88 Patung Budha
4. Langkah IV Terdapat : 22 Patung Budha
5. Langkah V Terdapat : 64 Patung Budha
6. Teras Bundar I Terdapat : 32 Patung Budha
7. Teras Bundar II Terdapat : 24 Patung Budha
8. Teras Bundar III Terdapat : 16 Patung Budha
Jumlah : 504 Patung Budha
Sekilas patung Budha tersebut tampak serupa semuanya tetapi sesunguhnya ada pun perbedaannya perbedaan yang paling jelas dan pun yang memisahkan satu sama lainya ialah dalam sikap tangannya yang di sebut Mudra dan merupakan karakteristik untuk masing-masing patung
sikap tangan patung Budha di Candi Borobudur terdapat 6 macam melulu saja sebab macam oleh sebab macam mudra yang di miliki menghadap seluruh arah (Timur Selatan Barat dan Utara) pada unsur rupadhatu tahapan V maupun pada unsur arupadhatu pada umumnya mencerminkan maksud yang sama maka jumlah mudra yang pokok terdapat 5
kelima mudra itu ialah Bhumispara – Mudra Wara – Mudra, Dhayana – Mudra, Abhaya – Mudra, Dharma Cakra – Mudra.
PATUNG SINGA
Pada Candi Borobudur di samping patung Budha pun ada patung singa jumlah patung singa seharusnya tidak tidak cukup dari 32 buah akan namun bila di hitung kini jumlahnya berkurang karena sekian banyak sebab satu satunya patung singa besar berada pada halaman sisi Barat yang pun menghadap ke barat seolah – olah sedang mengawal bangunan Candi Borobudur yang megah dan anggun.
STUPA
- Stupa Induk
Berukuran lebih banyak dari stupa – stupa lainya dan terletak di tengah – tengah sangat atas yang adalahmhkota dari semua monumen bangunan Candi Borobudur,
garis tengah Stupa induk + 9.90 M puncak yang tertinggi di sebut pinakel / Yasti Cikkara, terletak di atas Padmaganda dan pun trletak di garis Harmika.
- Stupa Berlubang / Terawang
Yang dimaksud stupa berlubang atau terawang merupakan Stupa yang ada pada teras I, II, III di mana di dalamnya ada patung Budha.
Di Candi Borobudur jumlah stupa berlubang seluruhnya 72 Buah, stupa – stupa itu berada pada tingkat Arupadhatu
Teras I ada 32 Stupa
Teras II ada 24 Stupa
Teras III ada 16 Stupa
Jumlah 72 Stupa
- Stupa kecil
Stupa kecil berbentuk nyaris sama dengan stupa yang lainya melulu saja perbedaannya yang menojol ialah ukurannya yang lebih kecil dari stupa yang lainya, seolah – olah menjadi dekorasi bangunan Candi Borobudur keberadaanstupa ini menduduki relung – relung pada tahapan ke II saampai tahapan ke V sementara pada tahapan I berupa Keben dan beberapa berupa Stupa kecil jumlah stupa kecil terdapat 1472 Buah.
RELIEF
Di masing-masing tingkatan dipahat relief-relief pada dinding candi.
Relief-relief ini dibaca cocok arah jarum jam atau dinamakan mapradaksina dalam bahasa Jawa Kuna yang berasal dari bahasa Sansekerta daksina yang dengan kata lain ialah timur.
Relief-relief ini bermacam-macam isi ceritanya, antara beda relief-relief kisah jātaka.
Pembacaan cerita-cerita relief ini senantiasa dimulai, dan selesai pada pintu gerbang sisi unsur timur di masing-masing tingkatnya, mulainya di sebelah kiri dan selesai di sebelah kanan pintu gerbang itu.
Maka secara nyata bahwa sebelah timur ialah tangga naik yang bahwasannya (utama) dan mengarah ke puncak candi, dengan kata lain bahwa candi menghadap ke unsur timur meskipun sisi-sisi lainnya serupa benar.
Secara runtutan, maka kisah pada relief candi secara singkat bermakna inilah ini :
KARMAWIBHANGGA
Sesuai dengan arti simbolis pada kaki candi,
relief yang menghiasi dinding batur yang terselubung tersebut mencerminkan hukum karma.
Deretan relief itu bukan merupakan kisah seri (serial),
tetapi pada masing-masing pigura mencerminkan suatu kisah yang memiliki korelasi karena akibat.
Relief itu tidak saja memberi cerminan terhadap tindakan tercela insan disertai dengan hukuman yang bakal diperolehnya,
tetapi pun perbuatan baik insan dan pahala.
Secara borongan adalahpenggambaran kehidupan insan dalam lingkaran bermunculan - hidup - mati (samsara) yang tidak pernah berakhir, dan oleh agama Buddha rantai tersebutlah yang akan diselesaikan untuk mengarah ke kesempurnaan
LALITAWISTARA
Merupakan penggambaran riwayat Sang Buddha dalam barisan relief-relief (tetapi bukan adalahriwayat yang menyeluruh )
yang dibuka dari turunnya Sang Buddha dari sorga Tusita, dan selesai dengan wejangan kesatu di Taman Rusa dekat kota Banaras.
Relief ini berjajar dari tangga pada sisi sebelah selatan, sesudah melampui barisan relief sejumlah 27 pigura yang dibuka dari tangga sisi timur.
Ke-27 pigura tersebut mencerminkan kesibukan, baik di sorga maupun di dunia, sebagai persiapan guna menyambut hadirnya penjelmaan terakhir Sang Bodhisattwa selaku calon Buddha.
Relief tersebut mencerminkan lahirnya Sang Buddha di arcapada ini sebagai Pangeran Siddhartha, putra Raja Suddhodana dan Permaisuri Maya dari Negeri Kapilawastu.
Relief itu berjumlah 120 pigura, yang selesai dengan wejangan kesatu, yang secara simbolis ditetapkan sebagai Pemutaran Roda Dharma, doktrin Sang Buddha di sebut dharma yang pun berarti "hukum", sementara dharma dicerminkan sebagai roda.
JATAKA DAN AWADANA
Jataka ialah cerita mengenai Sang Buddha sebelum dicetuskan sebagai Pangeran Siddharta.
Isinya adalahpokok penonjolan tindakan baik, yang memisahkan Sang Bodhisattwa dari makhluk beda manapun juga.
Sesungguhnya, pendataan jasa/perbuatan baik adalahtahapan persiapan dalam usaha mengarah ke ketingkat ke-Buddha-an.
Sedangkan Awadana, pada dasarnya nyaris sama dengan Jataka akan namun pelakunya bukan Sang Bodhisattwa, tetapi orang beda dan ceritanya dihimpun dalam buku Diwyawadana yang berarti tindakan mulia kedewaan, dan buku Awadanasataka atau seratus kisah Awadana.
Pada relief candi Borobudur jataka dan awadana, diperlakukan sama, dengan kata lain keduanya ada dalam barisan yang sama tanpa dibedakan.
Himpunan yang sangat terkenal dari kehidupan Sang Bodhisattwa ialah Jatakamala atau untaian kisah Jataka, karya penyair Aryasura dan jang hidup dalam abad ke-4 Masehi.
GANDAWYUHA
Merupakan barisan relief menghiasi dinding lorong ke-2,adalah kisah Sudhana yang berkelana tanpa mengenal lelah dalam usahanya menggali Pengetahuan Tertinggi mengenai Kebenaran Sejati oleh Sudhana.
Penggambarannya dalam 460 pigura didasarkan pada buku suci Buddha Mahayana yang berjudul Gandawyuha, dan guna bagian penutupnya menurut kisah kitab lainnya yakni Bhadracari.
ARCA BUDDHA
Di samping wujud buddha dalam kosmologi buddhis yang terukir di dinding, di Borobudur terdapat tidak sedikit arca buddha duduk bersila dalam posisi lotus serta memperlihatkan mudra atau sikap tangan simbolis tertentu.
Patung buddha dalam relung-relung di tingkat Rupadhatu, ditata menurut deretan di sisi luar pagar langkan.
Jumlahnya semakin berkurang pada sisi atasnya.
Barisan pagar langkan kesatu terdiri dari 104 relung, baris kedua 104 relung, baris ketiga 88 relung , baris keempat 72 relung, dan baris kelima 64 relung.
Jumlah total ada 432 arca Buddha di tingkat Rupadhatu.
Pada unsur Arupadhatu (tiga pelataran melingkar), arca Buddha ditaruh di dalam stupa-stupa berterawang (berlubang).
Pada pelataran melingkar kesatu ada 32 stupa, pelataran kedua 24 stupa, dan pelataran ketiga ada 16 stupa, semuanya total 72 stupa.
Dari jumlah asli sejumlah 504 arca Buddha, lebih dari 300 telah bobrok (kebanyakan tanpa kepala) dan 43 hilang (sejak penemuan monumen ini, kepala buddha sering dicopet sebagai barang koleksi, banyak sekali oleh museum luar negeri).
Secara sepintas seluruh arca buddha ini tampak serupa, akan namun ada perbedaan halus diantaranya, yakni pada mudra atau posisi sikap tangan.
Terdapat lima kelompok mudra: Utara, Timur, Selatan, Barat, dan Tengah, kesemuanya menurut lima arah utama kompas menurut doktrin Mahayana.
Keempat pagar langkan mempunyai empat mudra: Utara, Timur, Selatan, dan Barat,
dimana setiap arca buddha yang menghadap arah tersebut memperlihatkan mudra yang khas.
Arca Buddha pada pagar langkan kelima dan arca buddha di dalam 72 stupa berterawang di pelataran atas memperlihatkan mudra: Tengah atau Pusat.
Masing-masing mudra menggambarkan lima Dhyani Buddha;
masing-masing dengan arti simbolisnya tersendiri
Borobudur ialah nama suatu candi Buddha yang terletak di Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang
yang letaknya sebelah unsur selatan + 15 km sebelah unsur selatan kota Magelang dataran kedu yang berbukit nyaris seluruhnya di kelilingi pegunungan, pegunungan yang mengelilingi Candi Borobudur di antaranya di sebelah unsur timur ada Gunung Merbabu dan Gunung Merapi Barat, Laut Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro.
Dalam etnis Tionghoa, candi ini disebut pun 婆羅浮屠 (Hanyu Pinyin: pó luó fú tú) dalam bahasa Mandarin.
ASAL USUL SEJARAH SINGKAT CANDI BOROBUDUR
WAKTU DIDIRIKAN
Banyak kitab – kitab sejarah yang menyebutkan mengenai Candi Borobudur akan namun kapan Candi Borobudur tersebut di dirikan tidaklah bisa di ketahui secara pasti
namun suatu estimasi dapat di peroleh dengan artikel singkat yang di pahatkan di atas pigura relief kaki pribumi Candi Borobudur ( Karwa Wibhangga )
menunjukan huruf sejenis dengan yang di dapatkan dari prasati di akhir abad ke – 8 sampai mula abad ke – 9
dari bukti – bukti itu dapat di tarik benang merah bahwa Candi Borobudur di dirikan selama tahun 800 M.
Kesimpulan itu di atas tersebut ternyata cocok benar dengan dengan kerangka sejarah Indonesia pada lazimnya dan pun sejarah yang berada di wilayah jawa tengah pada khususnya
periode antara abad ke – 8 dan pertengahan abad ke – 9 di familiar dengan abad Emas Wangsa Syailendra
kejayaan ini di tandai di bangunnya sebanyak besar candi yang di lereng – lereng gunung banyak sekali berdiri khas bangunan hindu sementara yang bertebaran di dataran – dataran ialah khas bangunan Budha namun ada pun sebagian khas Hindu
Dengan demikian bisa di tarik benang merah bahwa Candi Borobudur di bangun oleh wangsa Syailendra yang familiar dalam sejarah sebab karena usaha guna menjunjung tinggi dan memuliakan agama Budha Mahayana.
Tahap Pembangunan Borobudur
Tahap kesatu
Masa pembangunan Borobudur tidak diketahui tentu (diperkirakan antara 750 dan 850 M). Pada tadinya dibangun tata susun bertingkat. Sepertinya dirancang sebagai piramida berundak. tetapi lantas diubah. Sebagai bukti terdapat tata susun yang dibongkar.
Tahap kedua
Pondasi Borobudur diperlebar, diperbanyak dengan dua undak persegi dan satu undak lingkaran yang langsung diserahkan stupa induk besar.
Tahap ketiga
Undak atas lingkaran dengan stupa induk besar dirombak dan dihilangkan dan diganti tiga undak lingkaran. Stupa-stupa di bina pada puncak undak-undak ini dengan satu stupa besar di tengahnya.
Tahap keempat
Ada evolusi kecil seperti penciptaan relief evolusi tangga dan lengkung atas pintu.
PENEMUAN KEMBALI
Borobudur yang menjadi keganjilan dunia menjulang tinggi antara dataran rendah di sekelilingnya.
Tidak bakal pernah masuk akal mereka menyaksikan karya seni terbesar yang adalahhasil karya paling mengagumkan dan tidak lebih masuk akal lagi bila disampaikan Candi Borobudur pernah merasakan kerusakan
Memang demikian keadaannya Candi Borobudur terlupakan sekitar tenggang masa-masa yang lumayan lama bahkan hingga berabad – abad bangunan yang begitu megahnya di hadapkan pada proses kehancuran.
Kira – kira melulu 150 tahun Candi Borobudur di pakai sebagai pusat Ziarah, masa-masa yang singkat di bandingkan dengan usianya saat pekerja menghiasi / membina bukit alam Candi Borobudur dengan batu – batu di bawah pemerintahan yang paling terkenal yakni SAMARATUNGGA,
sekitar tahun 800 – an dengan berakhirnya kerajaan Mataram tahu 930 M pusat kehidupan dan kebudayaan jawa bergeser ke timur
Demikian sebab terbengkalai tak terurus maka lama – lama di sana – sini tumbuh macam – macam tumbuhan binal yang lama kelamaan menjadi rimbun dan menutupi bangunannya.
Pada kira – kira abad ke – 10 Candi Borobudur terlantar dan terlupakan.
Baru pada tahun 1814 M berkat usaha Sir Thomas Stamford Rafles Candi Borobudur hadir dari kegelapan masa silam.
Rafles ialah Letnan Gubernur Jendral Inggris, saat Indonesia di kuasai / di jajah Inggris pada tahun 1811 M –1816 M.
Pada tahun 1835 M semua candi dilepaskan dari apa yang menjadi penghalang pemandangan oleh Presiden kedua yang mempunyai nama Hartman,
karena begitu tertariknya terhadap Candi Borobudur sampai-sampai ia mengusahakan pembersihan lebih lanjut,
puing –puing yang masih menutupi candi di singkirkan dan tanah yang menutupi lorong – lorong dari bangunan candi di singkirkan semua sampai-sampai candi lebih baik di bandingkan sebelumnya.
Foto Pertama Candi Borobudur dari tahun 1873, bendera Belanda nampak pada stupa utama candi
PENYELAMATAN 1
Semenjak Candi Borobudur di temukan dimulailah usaha perbaikan dan pemugaran pulang bangunan Candi Borobudur
mula – awal hanya dilaksanakan secara kecil – kecilan serta penciptaan gambar – gambar dan photo – photo reliefnya.
Pemugaran Candi Borobudur yang kesatu kali dilaksanakan pada tahun 1907 M – 1911 M di bawah pimpinan Tuan Van erf dengan maksudnya ialah untuk menghindari kehancuran – kehancuran yang lebih banyak lagi dari bangunan Candi Borobudur
Teras tertinggi sesudah restorasi Van Erp
walaupun tidak sedikit bagian tembok atau dinding – dinding khususnya tingkat tiga dari bawah sebelah Barat Laut, Utara dan Timur Laut yang masih tampak oleng dan paling mengkhawatirkan untuk para pengunjung maupun bangunannya sendiri tetapi pekerjaan Van Erp itu untuk sedangkan Candi Borobudur bisa di selamatkan dari kehancuran yang lebih besar.
Mengenai gapura – gapura hanya sejumlah saja yang sudah di lakukan masa tersebut telah membalikkan kejayaan masa silam,
namun pun perlu di sadari bahwa tahun – tahun yang dilewati borobudur sekitar tersembunyi di semak – semak secara tidak langsung sudah menutupi dan mengayomi dari cuaca buruk yang barangkali dapat merusak bangunan Candi Borobudur,
Van Erp berasumsi miring dan meleseknya dinding – dinding dari bangunan tersebut tidak paling membahayakan bangunan itu,
Pendapat tersebut sampai 50 tahun lantas memang tidak salah bakal tetapi semenjak tahun 1960 M pendapat Tuan Van erf tersebut mulai di ragukan dan di khawatirkan bakal ada kehancuran yang lebih parah
PEMUGARAN CANDI BOROBUDUR
Pemugaran Candi Borobudur di mulai tanggal 10 Agustus 1973
prasati dimulainya kegiatan pemugaran Candi Borobudur terletak di sebelah Barat Laut Menghadap ke timur
karyawan pemugaran tidak tidak cukup dari 600 orang diantaranya terdapat tenaga – tenaga muda alumni SMA dan SIM
bangunan yang memang diserahkan pendidikan terutama mengenai teori dan praktek dalam bidang Chemika Arkeologi ( CA ) dan Teknologi Arkeologi ( TA )
Teknologi Arkeologi bertugas merombak dan memasang batu - batu Candi Borobudur sementara Chemika Arkeologi bertugas mencuci serta membetulkan batu – batu yang telah retak dan pecah,
pekerjaan – pekerjan di atas mempunyai sifat arkeologi seluruh di tangani oleh badan pemugaran Candi Borobudur,
sedangkan kegiatan yang mempunyai sifat teknis laksana penyediaan transportasi pengadaaan bahan – bahan bangunan di tangani oleh kontraktor
( PT NIDYA KARYA dan THE CONTRUCTION AND DEVELOPMENT CORPORATION OF THE FILIPINE ).
Bagian – unsur Candi Borobudur yang di pugar merupakan bagian Rupadhatu yaitu lokasi tingkat dari bawah yang berbentuk bujur sangkar sementara kaki Candi Borobudur serta teras I, II, III dan stupa induk ikut di pugar pemugaran berlalu pada tanggal 23 Februari 1983 M di bawah pimpinan DR Soekmono dengan di tandai suatu batu prasati seberat + 20 Ton.
Prasasti peresmian selesainya pemugaran sedang di halaman barat dengan batu yang paling besar di buatkan dengan dua unsur satu menghadap ke unsur utara satu lagi menghadap ke timur
penulisan dalam prasasti itu di tanda tangani langsung oleh tenaga yang berpengalaman dan terampil dari Yogyakarta yang bekerja pada proyek pemugaran Candi Borobudur.
Ikhtisar Waktu Proses Pemugaran Candi borobudur
1814 - Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jenderal Britania Raya di Jawa, mendengar adanya penemuan benda purbakala di desa Borobudur.
Raffles menyuruh H.C. Cornelius guna menyelidiki tempat penemuan, berupa bukit yang diisi semak belukar.
1873 - monografi kesatu mengenai candi diterbitkan.
1900 - pemerintahan Hindia Belanda memutuskan sebuah panitia pemugaran dan perawatan candi Borobudur.
1907 - Theodoor van Erp memimpin pemugaran sampai tahun 1911.
1926 - Borobudur dipugar kembali, namun terhenti pada tahun 1940 dampak krisis malaise dan Perang Dunia II.
1956 - Pemerintah Indonesia meminta pertolongan UNESCO.
Prof. Dr. C. Coremans datang ke Indonesia dari Belgia untuk menganalisis sebab-sebab kehancuran Borobudur.
1963 - Pemerintah Indonesia menerbitkan surat keputusan guna memugar Borobudur, namun berantakan sesudah terjadi peristiwa G-30-S.
1968 - Pada konferensi-15 di Perancis, UNESCO setuju guna memberi pertolongan untuk mengamankan Borobudur.
1971 - Pemerintah Indonesia menyusun badan pemugaran Borobudur yang diketuai Prof.Ir.Roosseno.
1972 - International Consultative Committee disusun dengan melibatkan sekian banyak negara dan Roosseno sebagai ketuanya.
Komite yang disponsori UNESCO meluangkan 5 juta dolar Amerika Serikat dari ongkos pemugaran 7.750 juta dolar Amerika Serikat.
Sisanya ditanggung Indonesia.
10 Agustus 1973 - Presiden Soeharto meresmikan dimulainya pemugaran Borobudur; pemugaran berlalu pada tahun 1984
21 Januari 1985 - terjadi serangan bom yang merusakkan sejumlah stupa pada Candi Borobudur yang lantas segera dibetulkan kembali.
Serangan dilaksanakan oleh kumpulan Islam ekstremis yang dipimpin oleh Husein Ali Al Habsyi.
1991 - Borobudur diputuskan sebagai Warisan Dunia UNESCO.
BAtu Peringatan Pemugaran candi Borobudur dengan pertolongan UNESCO
ASAL USUL NAMA BOROBUDUR
Banyak teori yang berjuang menjelaskan nama candi ini.
Salah satunya mengaku bahwa nama ini bisa jadi berasal dari kata Sambharabhudhara, yaitu dengan kata lain "gunung" (bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras.
Selain tersebut terdapat sejumlah etimologi rakyat lainnya.
Misalkan kata borobudur berasal dari perkataan "para Buddha" yang sebab pergeseran bunyi menjadi borobudur.
Penjelasan lain merupakan bahwa nama ini berasal dari dua kata "bara" dan "beduhur".
Kata bara konon berasal dari kata vihara, sedangkan ada pula keterangan lain di mana bara berasal dari bahasa Sansekerta yang dengan kata lain kompleks candi atau biara dan beduhur dengan kata lain ialah "tinggi", atau mengingatkan dalam bahasa Bali yang berarti "di atas".
Jadi maksudnya merupakan sebuah biara atau asrama yang sedang di tanah tinggi.
Sejarawan J.G. de Casparis dalam disertasinya guna mendapatkan gelar doktor pada 1950 berasumsi bahwa Borobudur ialah tempat pemujaan.
Berdasarkan prasasti Karangtengah dan Kahulunan, Casparis memperkirakan pendiri Borobudur ialah raja Mataram dari wangsa Syailendra mempunyai nama Samaratungga, yang mengerjakan pembangunan selama tahun 824 M.
Bangunan raksasa tersebut baru dapat ditamatkan pada masa putrinya, Ratu Pramudawardhani.
Pembangunan Borobudur diduga memakan waktu separuh abad.
Dalam prasasti Karangtengah pula dilafalkan mengenai penganugerahan tanah sima (tanah bebas pajak) oleh Çrī Kahulunan (Pramudawardhani) untuk merawat Kamūlān yang dinamakan Bhūmisambhāra.
Istilah Kamūlān sendiri berasal dari kata awal yang berarti lokasi asal muasal, bangunan suci untuk menghormati leluhur,
kemungkinan leluhur dari wangsa Sailendra.
Casparis memperkirakan bahwa Bhūmi Sambhāra Bhudhāra dalam bahasa sansekerta yang berarti "Bukit himpunan kebaikan sepuluh tingkatan boddhisattwa", ialah nama pribumi Borobudur.
BANGUNAN CANDI BOROBUDUR
URAIAN BANGUNAN CANDI BOROBUDUR
Candi Borobudur di bangun mengunakan batu Adhesit sejumlah 55.000 M3
bangunan Candi Borobudur berbentuk limas yang berundak – undak dengan tangga naik pada ke – 4 sisinya ( Utara, selatan, Timur Dan Barat )
pada Candi Borobudur tidak terdapat ruangan di mana orang tak dapat masuk melainkan dapat naik ke atas saja.
Lebar bangunan Candi Borobudur 123 M
Panjang bangunan Candi Borobudur 123 M
Pada sudut yang membelok 113 M
Dan tinggi bangunan Candi Borobudur 30.5 M
Pada kaki yang pribumi di di blokir oleh batu Adhesit sejumlah 12.750 M3 sebagai selasar undaknya.
Candi Borobudur mempunyai struktur dasar punden berundak, dengan enam pelataran berbentuk bujur sangkar, tiga pelataran berbentuk bundar melingkar dan suatu stupa utama sebagai puncaknya.
Selain tersebut tersebar di seluruh pelatarannya sejumlah stupa.
Sepuluh pelataran yang dipunyai Borobudur mencerminkan secara jelas filsafat mazhab Mahayana.
Bagaikan suatu kitab, Borobudur mencerminkan sepuluh tingkatan Bodhisattva yang mesti dilewati untuk menjangkau kesempurnaan menjadi Buddha.
Bagian kaki Borobudur menggambarkan Kamadhatu, yakni dunia yang masih dikuasai oleh kama atau "nafsu rendah".
Bagian ini mayoritas tertutup oleh tumpukan batu yang diduga diciptakan untuk memperkuat konstruksi candi.
Pada unsur yang tertutup struktur ekstra ini ada 120 panel kisah Kammawibhangga.
Sebagian kecil struktur tambahan tersebut disisihkan sampai-sampai orang masih dapat menyaksikan relief pada unsur ini.
Empat lantai dengan dinding berelief di atasnya oleh para berpengalaman dinamakan Rupadhatu.
Lantainya berbentuk persegi.
Rupadhatu ialah dunia yang telah dapat melepaskan diri dari nafsu, namun masih terbelenggu oleh rupa dan bentuk.
Tingkatan ini menggambarkan alam antara yakni, antara alam bawah dan alam atas.
Pada unsur Rupadhatu ini patung-patung Buddha ada pada ceruk-ceruk dinding di atas ballustrade atau selasar.
Mulai lantai kelima sampai ketujuh dindingnya tidak berelief.
Tingkatan ini disebut Arupadhatu (yang berarti tidak berupa atau tidak berwujud).
Denah lantai berbentuk lingkaran.
Tingkatan ini menggambarkan alam atas, di mana insan sudah bebas dari segala kemauan dan ikatan format dan rupa, tetapi belum menjangkau nirwana.
Patung-patung Buddha ditempatkan di dalam stupa yang diblokir berlubang-lubang laksana dalam kurungan.
Dari luar patung-patung tersebut masih terlihat samar-samar.
Tingkatan tertinggi yang mencerminkan ketiadaan wujud dicerminkan berupa stupa yang terbesar dan tertinggi.
Stupa dicerminkan polos tanpa lubang-lubang.
Di dalam stupa terbesar ini pernah ditemukan patung Buddha yang tidak sempurna atau disebut pun unfinished Buddha, yang disalahsangkakan sebagai patung Adibuddha, padahal melewati penelitian lebih lanjut tidak pernah terdapat patung pada stupa utama, patung yang tidak selesai tersebut merupakan kekeliruan pemahatnya pada zaman dahulu.
menurut keyakinan patung yang salah dalam proses pembuatannya memang jangan dirusak.
Penggalian arkeologi yang dilaksanakan di halaman candi ini menemukan tidak sedikit patung laksana ini.
Di masa lalu, sejumlah patung Buddha bareng dengan 30 batu dengan relief, dua patung singa, sejumlah batu berbentuk kala, tangga dan gerbang diantarkan kepada Raja Thailand, Chulalongkorn yang mendatangi Hindia Belanda (kini Indonesia) pada tahun 1896 sebagai hadiah dari pemerintah Hindia Belanda saat itu.
Borobudur tidak mempunyai ruang-ruang pemujaan laksana candi-candi lain.
Yang ada merupakan lorong-lorong panjang yang adalahjalan sempit.
Lorong-lorong diberi batas dinding mengelilingi candi tingkat demi tingkat.
Di lorong-lorong berikut umat Buddha diduga melakukan upacara berlangsung kaki mengelilingi candi ke arah kanan.
Bentuk bangunan tanpa ruangan dan struktur bertingkat-tingkat ini diperkirakan adalahperkembangan dari format punden berundak, yang merupakan format arsitektur pribumi dari masa prasejarah Indonesia.
Struktur Borobudur bila disaksikan dari atas menyusun struktur Mandala.
Struktur Borobudur tidak menggunakan semen sama sekali, tetapi sistem interlock yaitu laksana balok-balok Lego yang dapat menempel tanpa lem.
PATUNG
Di dalam bangunan Budha ada patung – patung Budha berjumlah 504 buah diantaranya sebagai berikut:
Patung Budha yang ada pada relung – relung : 432 Buah
Sedangkan pada teras – teras I, II, III berjumlah : 72 Buah
Jumlah : 504 Buah
Agar lebih jelas rangkaian – rangkaian patung Budha pada Budha sebagai berikut:
1. Langkah I Teradapat : 104 Patung Budha
2. Langkah II Terdapat : 104 Patung Budha
3. Langkah III Terdapat : 88 Patung Budha
4. Langkah IV Terdapat : 22 Patung Budha
5. Langkah V Terdapat : 64 Patung Budha
6. Teras Bundar I Terdapat : 32 Patung Budha
7. Teras Bundar II Terdapat : 24 Patung Budha
8. Teras Bundar III Terdapat : 16 Patung Budha
Jumlah : 504 Patung Budha
Sekilas patung Budha tersebut tampak serupa semuanya tetapi sesunguhnya ada pun perbedaannya perbedaan yang paling jelas dan pun yang memisahkan satu sama lainya ialah dalam sikap tangannya yang di sebut Mudra dan merupakan karakteristik untuk masing-masing patung
sikap tangan patung Budha di Candi Borobudur terdapat 6 macam melulu saja sebab macam oleh sebab macam mudra yang di miliki menghadap seluruh arah (Timur Selatan Barat dan Utara) pada unsur rupadhatu tahapan V maupun pada unsur arupadhatu pada umumnya mencerminkan maksud yang sama maka jumlah mudra yang pokok terdapat 5
kelima mudra itu ialah Bhumispara – Mudra Wara – Mudra, Dhayana – Mudra, Abhaya – Mudra, Dharma Cakra – Mudra.
PATUNG SINGA
Pada Candi Borobudur di samping patung Budha pun ada patung singa jumlah patung singa seharusnya tidak tidak cukup dari 32 buah akan namun bila di hitung kini jumlahnya berkurang karena sekian banyak sebab satu satunya patung singa besar berada pada halaman sisi Barat yang pun menghadap ke barat seolah – olah sedang mengawal bangunan Candi Borobudur yang megah dan anggun.
STUPA
- Stupa Induk
Berukuran lebih banyak dari stupa – stupa lainya dan terletak di tengah – tengah sangat atas yang adalahmhkota dari semua monumen bangunan Candi Borobudur,
garis tengah Stupa induk + 9.90 M puncak yang tertinggi di sebut pinakel / Yasti Cikkara, terletak di atas Padmaganda dan pun trletak di garis Harmika.
- Stupa Berlubang / Terawang
Yang dimaksud stupa berlubang atau terawang merupakan Stupa yang ada pada teras I, II, III di mana di dalamnya ada patung Budha.
Di Candi Borobudur jumlah stupa berlubang seluruhnya 72 Buah, stupa – stupa itu berada pada tingkat Arupadhatu
Teras I ada 32 Stupa
Teras II ada 24 Stupa
Teras III ada 16 Stupa
Jumlah 72 Stupa
- Stupa kecil
Stupa kecil berbentuk nyaris sama dengan stupa yang lainya melulu saja perbedaannya yang menojol ialah ukurannya yang lebih kecil dari stupa yang lainya, seolah – olah menjadi dekorasi bangunan Candi Borobudur keberadaanstupa ini menduduki relung – relung pada tahapan ke II saampai tahapan ke V sementara pada tahapan I berupa Keben dan beberapa berupa Stupa kecil jumlah stupa kecil terdapat 1472 Buah.
RELIEF
Di masing-masing tingkatan dipahat relief-relief pada dinding candi.
Relief-relief ini dibaca cocok arah jarum jam atau dinamakan mapradaksina dalam bahasa Jawa Kuna yang berasal dari bahasa Sansekerta daksina yang dengan kata lain ialah timur.
Relief-relief ini bermacam-macam isi ceritanya, antara beda relief-relief kisah jātaka.
Pembacaan cerita-cerita relief ini senantiasa dimulai, dan selesai pada pintu gerbang sisi unsur timur di masing-masing tingkatnya, mulainya di sebelah kiri dan selesai di sebelah kanan pintu gerbang itu.
Maka secara nyata bahwa sebelah timur ialah tangga naik yang bahwasannya (utama) dan mengarah ke puncak candi, dengan kata lain bahwa candi menghadap ke unsur timur meskipun sisi-sisi lainnya serupa benar.
Secara runtutan, maka kisah pada relief candi secara singkat bermakna inilah ini :
KARMAWIBHANGGA
Sesuai dengan arti simbolis pada kaki candi,
relief yang menghiasi dinding batur yang terselubung tersebut mencerminkan hukum karma.
Deretan relief itu bukan merupakan kisah seri (serial),
tetapi pada masing-masing pigura mencerminkan suatu kisah yang memiliki korelasi karena akibat.
Relief itu tidak saja memberi cerminan terhadap tindakan tercela insan disertai dengan hukuman yang bakal diperolehnya,
tetapi pun perbuatan baik insan dan pahala.
Secara borongan adalahpenggambaran kehidupan insan dalam lingkaran bermunculan - hidup - mati (samsara) yang tidak pernah berakhir, dan oleh agama Buddha rantai tersebutlah yang akan diselesaikan untuk mengarah ke kesempurnaan
LALITAWISTARA
Merupakan penggambaran riwayat Sang Buddha dalam barisan relief-relief (tetapi bukan adalahriwayat yang menyeluruh )
yang dibuka dari turunnya Sang Buddha dari sorga Tusita, dan selesai dengan wejangan kesatu di Taman Rusa dekat kota Banaras.
Relief ini berjajar dari tangga pada sisi sebelah selatan, sesudah melampui barisan relief sejumlah 27 pigura yang dibuka dari tangga sisi timur.
Ke-27 pigura tersebut mencerminkan kesibukan, baik di sorga maupun di dunia, sebagai persiapan guna menyambut hadirnya penjelmaan terakhir Sang Bodhisattwa selaku calon Buddha.
Relief tersebut mencerminkan lahirnya Sang Buddha di arcapada ini sebagai Pangeran Siddhartha, putra Raja Suddhodana dan Permaisuri Maya dari Negeri Kapilawastu.
Relief itu berjumlah 120 pigura, yang selesai dengan wejangan kesatu, yang secara simbolis ditetapkan sebagai Pemutaran Roda Dharma, doktrin Sang Buddha di sebut dharma yang pun berarti "hukum", sementara dharma dicerminkan sebagai roda.
JATAKA DAN AWADANA
Jataka ialah cerita mengenai Sang Buddha sebelum dicetuskan sebagai Pangeran Siddharta.
Isinya adalahpokok penonjolan tindakan baik, yang memisahkan Sang Bodhisattwa dari makhluk beda manapun juga.
Sesungguhnya, pendataan jasa/perbuatan baik adalahtahapan persiapan dalam usaha mengarah ke ketingkat ke-Buddha-an.
Sedangkan Awadana, pada dasarnya nyaris sama dengan Jataka akan namun pelakunya bukan Sang Bodhisattwa, tetapi orang beda dan ceritanya dihimpun dalam buku Diwyawadana yang berarti tindakan mulia kedewaan, dan buku Awadanasataka atau seratus kisah Awadana.
Pada relief candi Borobudur jataka dan awadana, diperlakukan sama, dengan kata lain keduanya ada dalam barisan yang sama tanpa dibedakan.
Himpunan yang sangat terkenal dari kehidupan Sang Bodhisattwa ialah Jatakamala atau untaian kisah Jataka, karya penyair Aryasura dan jang hidup dalam abad ke-4 Masehi.
GANDAWYUHA
Merupakan barisan relief menghiasi dinding lorong ke-2,adalah kisah Sudhana yang berkelana tanpa mengenal lelah dalam usahanya menggali Pengetahuan Tertinggi mengenai Kebenaran Sejati oleh Sudhana.
Penggambarannya dalam 460 pigura didasarkan pada buku suci Buddha Mahayana yang berjudul Gandawyuha, dan guna bagian penutupnya menurut kisah kitab lainnya yakni Bhadracari.
ARCA BUDDHA
Di samping wujud buddha dalam kosmologi buddhis yang terukir di dinding, di Borobudur terdapat tidak sedikit arca buddha duduk bersila dalam posisi lotus serta memperlihatkan mudra atau sikap tangan simbolis tertentu.
Patung buddha dalam relung-relung di tingkat Rupadhatu, ditata menurut deretan di sisi luar pagar langkan.
Jumlahnya semakin berkurang pada sisi atasnya.
Barisan pagar langkan kesatu terdiri dari 104 relung, baris kedua 104 relung, baris ketiga 88 relung , baris keempat 72 relung, dan baris kelima 64 relung.
Jumlah total ada 432 arca Buddha di tingkat Rupadhatu.
Pada unsur Arupadhatu (tiga pelataran melingkar), arca Buddha ditaruh di dalam stupa-stupa berterawang (berlubang).
Pada pelataran melingkar kesatu ada 32 stupa, pelataran kedua 24 stupa, dan pelataran ketiga ada 16 stupa, semuanya total 72 stupa.
Dari jumlah asli sejumlah 504 arca Buddha, lebih dari 300 telah bobrok (kebanyakan tanpa kepala) dan 43 hilang (sejak penemuan monumen ini, kepala buddha sering dicopet sebagai barang koleksi, banyak sekali oleh museum luar negeri).
Secara sepintas seluruh arca buddha ini tampak serupa, akan namun ada perbedaan halus diantaranya, yakni pada mudra atau posisi sikap tangan.
Terdapat lima kelompok mudra: Utara, Timur, Selatan, Barat, dan Tengah, kesemuanya menurut lima arah utama kompas menurut doktrin Mahayana.
Keempat pagar langkan mempunyai empat mudra: Utara, Timur, Selatan, dan Barat,
dimana setiap arca buddha yang menghadap arah tersebut memperlihatkan mudra yang khas.
Arca Buddha pada pagar langkan kelima dan arca buddha di dalam 72 stupa berterawang di pelataran atas memperlihatkan mudra: Tengah atau Pusat.
Masing-masing mudra menggambarkan lima Dhyani Buddha;
masing-masing dengan arti simbolisnya tersendiri
Borobudur ialah nama suatu candi Buddha yang terletak di Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang
yang letaknya sebelah unsur selatan + 15 km sebelah unsur selatan kota Magelang dataran kedu yang berbukit nyaris seluruhnya di kelilingi pegunungan, pegunungan yang mengelilingi Candi Borobudur di antaranya di sebelah unsur timur ada Gunung Merbabu dan Gunung Merapi Barat, Laut Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro.
Dalam etnis Tionghoa, candi ini disebut pun 婆羅浮屠 (Hanyu Pinyin: pó luó fú tú) dalam bahasa Mandarin.
ASAL USUL SEJARAH SINGKAT CANDI BOROBUDUR
WAKTU DIDIRIKAN
Banyak kitab – kitab sejarah yang menyebutkan mengenai Candi Borobudur akan namun kapan Candi Borobudur tersebut di dirikan tidaklah bisa di ketahui secara pasti
namun suatu estimasi dapat di peroleh dengan artikel singkat yang di pahatkan di atas pigura relief kaki pribumi Candi Borobudur ( Karwa Wibhangga )
menunjukan huruf sejenis dengan yang di dapatkan dari prasati di akhir abad ke – 8 sampai mula abad ke – 9
dari bukti – bukti itu dapat di tarik benang merah bahwa Candi Borobudur di dirikan selama tahun 800 M.
Kesimpulan itu di atas tersebut ternyata cocok benar dengan dengan kerangka sejarah Indonesia pada lazimnya dan pun sejarah yang berada di wilayah jawa tengah pada khususnya
periode antara abad ke – 8 dan pertengahan abad ke – 9 di familiar dengan abad Emas Wangsa Syailendra
kejayaan ini di tandai di bangunnya sebanyak besar candi yang di lereng – lereng gunung banyak sekali berdiri khas bangunan hindu sementara yang bertebaran di dataran – dataran ialah khas bangunan Budha namun ada pun sebagian khas Hindu
Dengan demikian bisa di tarik benang merah bahwa Candi Borobudur di bangun oleh wangsa Syailendra yang familiar dalam sejarah sebab karena usaha guna menjunjung tinggi dan memuliakan agama Budha Mahayana.
Tahap Pembangunan Borobudur
Tahap kesatu
Masa pembangunan Borobudur tidak diketahui tentu (diperkirakan antara 750 dan 850 M). Pada tadinya dibangun tata susun bertingkat. Sepertinya dirancang sebagai piramida berundak. tetapi lantas diubah. Sebagai bukti terdapat tata susun yang dibongkar.
Tahap kedua
Pondasi Borobudur diperlebar, diperbanyak dengan dua undak persegi dan satu undak lingkaran yang langsung diserahkan stupa induk besar.
Tahap ketiga
Undak atas lingkaran dengan stupa induk besar dirombak dan dihilangkan dan diganti tiga undak lingkaran. Stupa-stupa di bina pada puncak undak-undak ini dengan satu stupa besar di tengahnya.
Tahap keempat
Ada evolusi kecil seperti penciptaan relief evolusi tangga dan lengkung atas pintu.
PENEMUAN KEMBALI
Borobudur yang menjadi keganjilan dunia menjulang tinggi antara dataran rendah di sekelilingnya.
Tidak bakal pernah masuk akal mereka menyaksikan karya seni terbesar yang adalahhasil karya paling mengagumkan dan tidak lebih masuk akal lagi bila disampaikan Candi Borobudur pernah merasakan kerusakan
Memang demikian keadaannya Candi Borobudur terlupakan sekitar tenggang masa-masa yang lumayan lama bahkan hingga berabad – abad bangunan yang begitu megahnya di hadapkan pada proses kehancuran.
Kira – kira melulu 150 tahun Candi Borobudur di pakai sebagai pusat Ziarah, masa-masa yang singkat di bandingkan dengan usianya saat pekerja menghiasi / membina bukit alam Candi Borobudur dengan batu – batu di bawah pemerintahan yang paling terkenal yakni SAMARATUNGGA,
sekitar tahun 800 – an dengan berakhirnya kerajaan Mataram tahu 930 M pusat kehidupan dan kebudayaan jawa bergeser ke timur
Demikian sebab terbengkalai tak terurus maka lama – lama di sana – sini tumbuh macam – macam tumbuhan binal yang lama kelamaan menjadi rimbun dan menutupi bangunannya.
Pada kira – kira abad ke – 10 Candi Borobudur terlantar dan terlupakan.
Baru pada tahun 1814 M berkat usaha Sir Thomas Stamford Rafles Candi Borobudur hadir dari kegelapan masa silam.
Rafles ialah Letnan Gubernur Jendral Inggris, saat Indonesia di kuasai / di jajah Inggris pada tahun 1811 M –1816 M.
Pada tahun 1835 M semua candi dilepaskan dari apa yang menjadi penghalang pemandangan oleh Presiden kedua yang mempunyai nama Hartman,
karena begitu tertariknya terhadap Candi Borobudur sampai-sampai ia mengusahakan pembersihan lebih lanjut,
puing –puing yang masih menutupi candi di singkirkan dan tanah yang menutupi lorong – lorong dari bangunan candi di singkirkan semua sampai-sampai candi lebih baik di bandingkan sebelumnya.
Foto Pertama Candi Borobudur dari tahun 1873, bendera Belanda nampak pada stupa utama candi
PENYELAMATAN 1
Semenjak Candi Borobudur di temukan dimulailah usaha perbaikan dan pemugaran pulang bangunan Candi Borobudur
mula – awal hanya dilaksanakan secara kecil – kecilan serta penciptaan gambar – gambar dan photo – photo reliefnya.
Pemugaran Candi Borobudur yang kesatu kali dilaksanakan pada tahun 1907 M – 1911 M di bawah pimpinan Tuan Van erf dengan maksudnya ialah untuk menghindari kehancuran – kehancuran yang lebih banyak lagi dari bangunan Candi Borobudur
Teras tertinggi sesudah restorasi Van Erp
walaupun tidak sedikit bagian tembok atau dinding – dinding khususnya tingkat tiga dari bawah sebelah Barat Laut, Utara dan Timur Laut yang masih tampak oleng dan paling mengkhawatirkan untuk para pengunjung maupun bangunannya sendiri tetapi pekerjaan Van Erp itu untuk sedangkan Candi Borobudur bisa di selamatkan dari kehancuran yang lebih besar.
Mengenai gapura – gapura hanya sejumlah saja yang sudah di lakukan masa tersebut telah membalikkan kejayaan masa silam,
namun pun perlu di sadari bahwa tahun – tahun yang dilewati borobudur sekitar tersembunyi di semak – semak secara tidak langsung sudah menutupi dan mengayomi dari cuaca buruk yang barangkali dapat merusak bangunan Candi Borobudur,
Van Erp berasumsi miring dan meleseknya dinding – dinding dari bangunan tersebut tidak paling membahayakan bangunan itu,
Pendapat tersebut sampai 50 tahun lantas memang tidak salah bakal tetapi semenjak tahun 1960 M pendapat Tuan Van erf tersebut mulai di ragukan dan di khawatirkan bakal ada kehancuran yang lebih parah
PEMUGARAN CANDI BOROBUDUR
Pemugaran Candi Borobudur di mulai tanggal 10 Agustus 1973
prasati dimulainya kegiatan pemugaran Candi Borobudur terletak di sebelah Barat Laut Menghadap ke timur
karyawan pemugaran tidak tidak cukup dari 600 orang diantaranya terdapat tenaga – tenaga muda alumni SMA dan SIM
bangunan yang memang diserahkan pendidikan terutama mengenai teori dan praktek dalam bidang Chemika Arkeologi ( CA ) dan Teknologi Arkeologi ( TA )
Teknologi Arkeologi bertugas merombak dan memasang batu - batu Candi Borobudur sementara Chemika Arkeologi bertugas mencuci serta membetulkan batu – batu yang telah retak dan pecah,
pekerjaan – pekerjan di atas mempunyai sifat arkeologi seluruh di tangani oleh badan pemugaran Candi Borobudur,
sedangkan kegiatan yang mempunyai sifat teknis laksana penyediaan transportasi pengadaaan bahan – bahan bangunan di tangani oleh kontraktor
( PT NIDYA KARYA dan THE CONTRUCTION AND DEVELOPMENT CORPORATION OF THE FILIPINE ).
Bagian – unsur Candi Borobudur yang di pugar merupakan bagian Rupadhatu yaitu lokasi tingkat dari bawah yang berbentuk bujur sangkar sementara kaki Candi Borobudur serta teras I, II, III dan stupa induk ikut di pugar pemugaran berlalu pada tanggal 23 Februari 1983 M di bawah pimpinan DR Soekmono dengan di tandai suatu batu prasati seberat + 20 Ton.
Prasasti peresmian selesainya pemugaran sedang di halaman barat dengan batu yang paling besar di buatkan dengan dua unsur satu menghadap ke unsur utara satu lagi menghadap ke timur
penulisan dalam prasasti itu di tanda tangani langsung oleh tenaga yang berpengalaman dan terampil dari Yogyakarta yang bekerja pada proyek pemugaran Candi Borobudur.
Ikhtisar Waktu Proses Pemugaran Candi borobudur
1814 - Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jenderal Britania Raya di Jawa, mendengar adanya penemuan benda purbakala di desa Borobudur.
Raffles menyuruh H.C. Cornelius guna menyelidiki tempat penemuan, berupa bukit yang diisi semak belukar.
1873 - monografi kesatu mengenai candi diterbitkan.
1900 - pemerintahan Hindia Belanda memutuskan sebuah panitia pemugaran dan perawatan candi Borobudur.
1907 - Theodoor van Erp memimpin pemugaran sampai tahun 1911.
1926 - Borobudur dipugar kembali, namun terhenti pada tahun 1940 dampak krisis malaise dan Perang Dunia II.
1956 - Pemerintah Indonesia meminta pertolongan UNESCO.
Prof. Dr. C. Coremans datang ke Indonesia dari Belgia untuk menganalisis sebab-sebab kehancuran Borobudur.
1963 - Pemerintah Indonesia menerbitkan surat keputusan guna memugar Borobudur, namun berantakan sesudah terjadi peristiwa G-30-S.
1968 - Pada konferensi-15 di Perancis, UNESCO setuju guna memberi pertolongan untuk mengamankan Borobudur.
1971 - Pemerintah Indonesia menyusun badan pemugaran Borobudur yang diketuai Prof.Ir.Roosseno.
1972 - International Consultative Committee disusun dengan melibatkan sekian banyak negara dan Roosseno sebagai ketuanya.
Komite yang disponsori UNESCO meluangkan 5 juta dolar Amerika Serikat dari ongkos pemugaran 7.750 juta dolar Amerika Serikat.
Sisanya ditanggung Indonesia.
10 Agustus 1973 - Presiden Soeharto meresmikan dimulainya pemugaran Borobudur; pemugaran berlalu pada tahun 1984
21 Januari 1985 - terjadi serangan bom yang merusakkan sejumlah stupa pada Candi Borobudur yang lantas segera dibetulkan kembali.
Serangan dilaksanakan oleh kumpulan Islam ekstremis yang dipimpin oleh Husein Ali Al Habsyi.
1991 - Borobudur diputuskan sebagai Warisan Dunia UNESCO.
BAtu Peringatan Pemugaran candi Borobudur dengan pertolongan UNESCO
ASAL USUL NAMA BOROBUDUR
Banyak teori yang berjuang menjelaskan nama candi ini.
Salah satunya mengaku bahwa nama ini bisa jadi berasal dari kata Sambharabhudhara, yaitu dengan kata lain "gunung" (bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras.
Selain tersebut terdapat sejumlah etimologi rakyat lainnya.
Misalkan kata borobudur berasal dari perkataan "para Buddha" yang sebab pergeseran bunyi menjadi borobudur.
Penjelasan lain merupakan bahwa nama ini berasal dari dua kata "bara" dan "beduhur".
Kata bara konon berasal dari kata vihara, sedangkan ada pula keterangan lain di mana bara berasal dari bahasa Sansekerta yang dengan kata lain kompleks candi atau biara dan beduhur dengan kata lain ialah "tinggi", atau mengingatkan dalam bahasa Bali yang berarti "di atas".
Jadi maksudnya merupakan sebuah biara atau asrama yang sedang di tanah tinggi.
Sejarawan J.G. de Casparis dalam disertasinya guna mendapatkan gelar doktor pada 1950 berasumsi bahwa Borobudur ialah tempat pemujaan.
Berdasarkan prasasti Karangtengah dan Kahulunan, Casparis memperkirakan pendiri Borobudur ialah raja Mataram dari wangsa Syailendra mempunyai nama Samaratungga, yang mengerjakan pembangunan selama tahun 824 M.
Bangunan raksasa tersebut baru dapat ditamatkan pada masa putrinya, Ratu Pramudawardhani.
Pembangunan Borobudur diduga memakan waktu separuh abad.
Dalam prasasti Karangtengah pula dilafalkan mengenai penganugerahan tanah sima (tanah bebas pajak) oleh Çrī Kahulunan (Pramudawardhani) untuk merawat Kamūlān yang dinamakan Bhūmisambhāra.
Istilah Kamūlān sendiri berasal dari kata awal yang berarti lokasi asal muasal, bangunan suci untuk menghormati leluhur,
kemungkinan leluhur dari wangsa Sailendra.
Casparis memperkirakan bahwa Bhūmi Sambhāra Bhudhāra dalam bahasa sansekerta yang berarti "Bukit himpunan kebaikan sepuluh tingkatan boddhisattwa", ialah nama pribumi Borobudur.
BANGUNAN CANDI BOROBUDUR
URAIAN BANGUNAN CANDI BOROBUDUR
Candi Borobudur di bangun mengunakan batu Adhesit sejumlah 55.000 M3
bangunan Candi Borobudur berbentuk limas yang berundak – undak dengan tangga naik pada ke – 4 sisinya ( Utara, selatan, Timur Dan Barat )
pada Candi Borobudur tidak terdapat ruangan di mana orang tak dapat masuk melainkan dapat naik ke atas saja.
Lebar bangunan Candi Borobudur 123 M
Panjang bangunan Candi Borobudur 123 M
Pada sudut yang membelok 113 M
Dan tinggi bangunan Candi Borobudur 30.5 M
Pada kaki yang pribumi di di blokir oleh batu Adhesit sejumlah 12.750 M3 sebagai selasar undaknya.
Candi Borobudur mempunyai struktur dasar punden berundak, dengan enam pelataran berbentuk bujur sangkar, tiga pelataran berbentuk bundar melingkar dan suatu stupa utama sebagai puncaknya.
Selain tersebut tersebar di seluruh pelatarannya sejumlah stupa.
Sepuluh pelataran yang dipunyai Borobudur mencerminkan secara jelas filsafat mazhab Mahayana.
Bagaikan suatu kitab, Borobudur mencerminkan sepuluh tingkatan Bodhisattva yang mesti dilewati untuk menjangkau kesempurnaan menjadi Buddha.
Bagian kaki Borobudur menggambarkan Kamadhatu, yakni dunia yang masih dikuasai oleh kama atau "nafsu rendah".
Bagian ini mayoritas tertutup oleh tumpukan batu yang diduga diciptakan untuk memperkuat konstruksi candi.
Pada unsur yang tertutup struktur ekstra ini ada 120 panel kisah Kammawibhangga.
Sebagian kecil struktur tambahan tersebut disisihkan sampai-sampai orang masih dapat menyaksikan relief pada unsur ini.
Empat lantai dengan dinding berelief di atasnya oleh para berpengalaman dinamakan Rupadhatu.
Lantainya berbentuk persegi.
Rupadhatu ialah dunia yang telah dapat melepaskan diri dari nafsu, namun masih terbelenggu oleh rupa dan bentuk.
Tingkatan ini menggambarkan alam antara yakni, antara alam bawah dan alam atas.
Pada unsur Rupadhatu ini patung-patung Buddha ada pada ceruk-ceruk dinding di atas ballustrade atau selasar.
Mulai lantai kelima sampai ketujuh dindingnya tidak berelief.
Tingkatan ini disebut Arupadhatu (yang berarti tidak berupa atau tidak berwujud).
Denah lantai berbentuk lingkaran.
Tingkatan ini menggambarkan alam atas, di mana insan sudah bebas dari segala kemauan dan ikatan format dan rupa, tetapi belum menjangkau nirwana.
Patung-patung Buddha ditempatkan di dalam stupa yang diblokir berlubang-lubang laksana dalam kurungan.
Dari luar patung-patung tersebut masih terlihat samar-samar.
Tingkatan tertinggi yang mencerminkan ketiadaan wujud dicerminkan berupa stupa yang terbesar dan tertinggi.
Stupa dicerminkan polos tanpa lubang-lubang.
Di dalam stupa terbesar ini pernah ditemukan patung Buddha yang tidak sempurna atau disebut pun unfinished Buddha, yang disalahsangkakan sebagai patung Adibuddha, padahal melewati penelitian lebih lanjut tidak pernah terdapat patung pada stupa utama, patung yang tidak selesai tersebut merupakan kekeliruan pemahatnya pada zaman dahulu.
menurut keyakinan patung yang salah dalam proses pembuatannya memang jangan dirusak.
Penggalian arkeologi yang dilaksanakan di halaman candi ini menemukan tidak sedikit patung laksana ini.
Di masa lalu, sejumlah patung Buddha bareng dengan 30 batu dengan relief, dua patung singa, sejumlah batu berbentuk kala, tangga dan gerbang diantarkan kepada Raja Thailand, Chulalongkorn yang mendatangi Hindia Belanda (kini Indonesia) pada tahun 1896 sebagai hadiah dari pemerintah Hindia Belanda saat itu.
Borobudur tidak mempunyai ruang-ruang pemujaan laksana candi-candi lain.
Yang ada merupakan lorong-lorong panjang yang adalahjalan sempit.
Lorong-lorong diberi batas dinding mengelilingi candi tingkat demi tingkat.
Di lorong-lorong berikut umat Buddha diduga melakukan upacara berlangsung kaki mengelilingi candi ke arah kanan.
Bentuk bangunan tanpa ruangan dan struktur bertingkat-tingkat ini diperkirakan adalahperkembangan dari format punden berundak, yang merupakan format arsitektur pribumi dari masa prasejarah Indonesia.
Struktur Borobudur bila disaksikan dari atas menyusun struktur Mandala.
Struktur Borobudur tidak menggunakan semen sama sekali, tetapi sistem interlock yaitu laksana balok-balok Lego yang dapat menempel tanpa lem.
PATUNG
Di dalam bangunan Budha ada patung – patung Budha berjumlah 504 buah diantaranya sebagai berikut:
Patung Budha yang ada pada relung – relung : 432 Buah
Sedangkan pada teras – teras I, II, III berjumlah : 72 Buah
Jumlah : 504 Buah
Agar lebih jelas rangkaian – rangkaian patung Budha pada Budha sebagai berikut:
1. Langkah I Teradapat : 104 Patung Budha
2. Langkah II Terdapat : 104 Patung Budha
3. Langkah III Terdapat : 88 Patung Budha
4. Langkah IV Terdapat : 22 Patung Budha
5. Langkah V Terdapat : 64 Patung Budha
6. Teras Bundar I Terdapat : 32 Patung Budha
7. Teras Bundar II Terdapat : 24 Patung Budha
8. Teras Bundar III Terdapat : 16 Patung Budha
Jumlah : 504 Patung Budha
Sekilas patung Budha tersebut tampak serupa semuanya tetapi sesunguhnya ada pun perbedaannya perbedaan yang paling jelas dan pun yang memisahkan satu sama lainya ialah dalam sikap tangannya yang di sebut Mudra dan merupakan karakteristik untuk masing-masing patung
sikap tangan patung Budha di Candi Borobudur terdapat 6 macam melulu saja sebab macam oleh sebab macam mudra yang di miliki menghadap seluruh arah (Timur Selatan Barat dan Utara) pada unsur rupadhatu tahapan V maupun pada unsur arupadhatu pada umumnya mencerminkan maksud yang sama maka jumlah mudra yang pokok terdapat 5
kelima mudra itu ialah Bhumispara – Mudra Wara – Mudra, Dhayana – Mudra, Abhaya – Mudra, Dharma Cakra – Mudra.
PATUNG SINGA
Pada Candi Borobudur di samping patung Budha pun ada patung singa jumlah patung singa seharusnya tidak tidak cukup dari 32 buah akan namun bila di hitung kini jumlahnya berkurang karena sekian banyak sebab satu satunya patung singa besar berada pada halaman sisi Barat yang pun menghadap ke barat seolah – olah sedang mengawal bangunan Candi Borobudur yang megah dan anggun.
STUPA
- Stupa Induk
Berukuran lebih banyak dari stupa – stupa lainya dan terletak di tengah – tengah sangat atas yang adalahmhkota dari semua monumen bangunan Candi Borobudur,
garis tengah Stupa induk + 9.90 M puncak yang tertinggi di sebut pinakel / Yasti Cikkara, terletak di atas Padmaganda dan pun trletak di garis Harmika.
- Stupa Berlubang / Terawang
Yang dimaksud stupa berlubang atau terawang merupakan Stupa yang ada pada teras I, II, III di mana di dalamnya ada patung Budha.
Di Candi Borobudur jumlah stupa berlubang seluruhnya 72 Buah, stupa – stupa itu berada pada tingkat Arupadhatu
Teras I ada 32 Stupa
Teras II ada 24 Stupa
Teras III ada 16 Stupa
Jumlah 72 Stupa
- Stupa kecil
Stupa kecil berbentuk nyaris sama dengan stupa yang lainya melulu saja perbedaannya yang menojol ialah ukurannya yang lebih kecil dari stupa yang lainya, seolah – olah menjadi dekorasi bangunan Candi Borobudur keberadaanstupa ini menduduki relung – relung pada tahapan ke II saampai tahapan ke V sementara pada tahapan I berupa Keben dan beberapa berupa Stupa kecil jumlah stupa kecil terdapat 1472 Buah.
RELIEF
Di masing-masing tingkatan dipahat relief-relief pada dinding candi.
Relief-relief ini dibaca cocok arah jarum jam atau dinamakan mapradaksina dalam bahasa Jawa Kuna yang berasal dari bahasa Sansekerta daksina yang dengan kata lain ialah timur.
Relief-relief ini bermacam-macam isi ceritanya, antara beda relief-relief kisah jātaka.
Pembacaan cerita-cerita relief ini senantiasa dimulai, dan selesai pada pintu gerbang sisi unsur timur di masing-masing tingkatnya, mulainya di sebelah kiri dan selesai di sebelah kanan pintu gerbang itu.
Maka secara nyata bahwa sebelah timur ialah tangga naik yang bahwasannya (utama) dan mengarah ke puncak candi, dengan kata lain bahwa candi menghadap ke unsur timur meskipun sisi-sisi lainnya serupa benar.
Secara runtutan, maka kisah pada relief candi secara singkat bermakna inilah ini :
KARMAWIBHANGGA
Sesuai dengan arti simbolis pada kaki candi,
relief yang menghiasi dinding batur yang terselubung tersebut mencerminkan hukum karma.
Deretan relief itu bukan merupakan kisah seri (serial),
tetapi pada masing-masing pigura mencerminkan suatu kisah yang memiliki korelasi karena akibat.
Relief itu tidak saja memberi cerminan terhadap tindakan tercela insan disertai dengan hukuman yang bakal diperolehnya,
tetapi pun perbuatan baik insan dan pahala.
Secara borongan adalahpenggambaran kehidupan insan dalam lingkaran bermunculan - hidup - mati (samsara) yang tidak pernah berakhir, dan oleh agama Buddha rantai tersebutlah yang akan diselesaikan untuk mengarah ke kesempurnaan
LALITAWISTARA
Merupakan penggambaran riwayat Sang Buddha dalam barisan relief-relief (tetapi bukan adalahriwayat yang menyeluruh )
yang dibuka dari turunnya Sang Buddha dari sorga Tusita, dan selesai dengan wejangan kesatu di Taman Rusa dekat kota Banaras.
Relief ini berjajar dari tangga pada sisi sebelah selatan, sesudah melampui barisan relief sejumlah 27 pigura yang dibuka dari tangga sisi timur.
Ke-27 pigura tersebut mencerminkan kesibukan, baik di sorga maupun di dunia, sebagai persiapan guna menyambut hadirnya penjelmaan terakhir Sang Bodhisattwa selaku calon Buddha.
Relief tersebut mencerminkan lahirnya Sang Buddha di arcapada ini sebagai Pangeran Siddhartha, putra Raja Suddhodana dan Permaisuri Maya dari Negeri Kapilawastu.
Relief itu berjumlah 120 pigura, yang selesai dengan wejangan kesatu, yang secara simbolis ditetapkan sebagai Pemutaran Roda Dharma, doktrin Sang Buddha di sebut dharma yang pun berarti "hukum", sementara dharma dicerminkan sebagai roda.
JATAKA DAN AWADANA
Jataka ialah cerita mengenai Sang Buddha sebelum dicetuskan sebagai Pangeran Siddharta.
Isinya adalahpokok penonjolan tindakan baik, yang memisahkan Sang Bodhisattwa dari makhluk beda manapun juga.
Sesungguhnya, pendataan jasa/perbuatan baik adalahtahapan persiapan dalam usaha mengarah ke ketingkat ke-Buddha-an.
Sedangkan Awadana, pada dasarnya nyaris sama dengan Jataka akan namun pelakunya bukan Sang Bodhisattwa, tetapi orang beda dan ceritanya dihimpun dalam buku Diwyawadana yang berarti tindakan mulia kedewaan, dan buku Awadanasataka atau seratus kisah Awadana.
Pada relief candi Borobudur jataka dan awadana, diperlakukan sama, dengan kata lain keduanya ada dalam barisan yang sama tanpa dibedakan.
Himpunan yang sangat terkenal dari kehidupan Sang Bodhisattwa ialah Jatakamala atau untaian kisah Jataka, karya penyair Aryasura dan jang hidup dalam abad ke-4 Masehi.
GANDAWYUHA
Merupakan barisan relief menghiasi dinding lorong ke-2,adalah kisah Sudhana yang berkelana tanpa mengenal lelah dalam usahanya menggali Pengetahuan Tertinggi mengenai Kebenaran Sejati oleh Sudhana.
Penggambarannya dalam 460 pigura didasarkan pada buku suci Buddha Mahayana yang berjudul Gandawyuha, dan guna bagian penutupnya menurut kisah kitab lainnya yakni Bhadracari.
ARCA BUDDHA
Di samping wujud buddha dalam kosmologi buddhis yang terukir di dinding, di Borobudur terdapat tidak sedikit arca buddha duduk bersila dalam posisi lotus serta memperlihatkan mudra atau sikap tangan simbolis tertentu.
Patung buddha dalam relung-relung di tingkat Rupadhatu, ditata menurut deretan di sisi luar pagar langkan.
Jumlahnya semakin berkurang pada sisi atasnya.
Barisan pagar langkan kesatu terdiri dari 104 relung, baris kedua 104 relung, baris ketiga 88 relung , baris keempat 72 relung, dan baris kelima 64 relung.
Jumlah total ada 432 arca Buddha di tingkat Rupadhatu.
Pada unsur Arupadhatu (tiga pelataran melingkar), arca Buddha ditaruh di dalam stupa-stupa berterawang (berlubang).
Pada pelataran melingkar kesatu ada 32 stupa, pelataran kedua 24 stupa, dan pelataran ketiga ada 16 stupa, semuanya total 72 stupa.
Dari jumlah asli sejumlah 504 arca Buddha, lebih dari 300 telah bobrok (kebanyakan tanpa kepala) dan 43 hilang (sejak penemuan monumen ini, kepala buddha sering dicopet sebagai barang koleksi, banyak sekali oleh museum luar negeri).
Secara sepintas seluruh arca buddha ini tampak serupa, akan namun ada perbedaan halus diantaranya, yakni pada mudra atau posisi sikap tangan.
Terdapat lima kelompok mudra: Utara, Timur, Selatan, Barat, dan Tengah, kesemuanya menurut lima arah utama kompas menurut doktrin Mahayana.
Keempat pagar langkan mempunyai empat mudra: Utara, Timur, Selatan, dan Barat,
dimana setiap arca buddha yang menghadap arah tersebut memperlihatkan mudra yang khas.
Arca Buddha pada pagar langkan kelima dan arca buddha di dalam 72 stupa berterawang di pelataran atas memperlihatkan mudra: Tengah atau Pusat.
Masing-masing mudra menggambarkan lima Dhyani Buddha;
Tidak ada komentar:
Posting Komentar