Jumat, 01 Maret 2019

Budaya Indonesia Tari Topeng

Budaya Indonesia


Seni tari menjadi di antara kekayaan kebiasaan yang dipunyai oleh Indonesia. Setiap wilayah mempunyai tari-tarian dengan keunikannya sendiri. Misalnya, Tari Topeng dari Cirebon, Jawa Barat, adalahseni tari peragaan yang penuh akan simbol-simbol bermakna yang diharapkan dapat dipahami oleh penontonnya. Simbol-simbol yang dimaksud dapat berupa nilai kepemimpinan, cinta, atau kearifan yang dikatakan melalui media Tari Topeng.

Bahkan di Cirebon, Sunan Gunung Jati dan Sunan Kalijaga memakai tarian ini sebagai alat guna menyiarkan agama Islam, sekaligus menjadi hiburan di lingkungan keraton.

Tari Topeng sendiri sebetulnya sudah ada selama abad ke-10 atau ke-11 Masehi, tepatnya pada masa pemerintahan Prabu Panji Dewa, Raja Jenggala di Jawa Timur. Seni tari ini lantas dibawa oleh seniman jalanan ke Cirebon yang selanjutnya merasakan proses akulturasi. Dari Cirebon, seni tari ini kemudian menyebar lagi ke daerah-daerah beda di Jawa Barat. Di provinsi ini, ada dua jenis Tari Topeng, yakni Tari Topeng Cirebon dan Tari Topeng Priangan.

Simbol-simbol penuh makna dari suatu pementasan Tari Topeng dikatakan melalui warna topeng, jumlah topeng, dan pun jumlah gamelan pengiringnya. Total jumlah topengnya terdapat sembilan, yang dipecah menjadi dua kelompok, yakni lima topeng pokok (panji, samba atau pamindo, rumyang, tumenggung atau patih, kelana atau rahwana) dan empat topeng lainnya lainnya (pentul, nyo atau sembelep, jingananom dan aki-aki) dipakai jika lakon yang dimainkan berjudul Jaka Blowo, Panji Blowo, atau Panji Gandrung.

Lima topeng pokok dinamakan sebagai Topeng Panca Wanda yang dengan kata lain topeng lima watak. Panji, misalnya, ditafsirkan sebagai seorang bayi iyang masih bersih atau tidak berdosa. Pamindo mencerminkan kesatria. Patih mencerminkan kedewasaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar